Nabi Ibrahim melantunkan doa; “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS. Ibrahim 14 : 35). Pelajaran besar yang diwariskan nabi Ibrahim kepada semua anak cucunya adalah untuk selalu bermohon kepada Allah Swt agar negeri yang ditempati selalu aman, baik secara fisik – jauh dari peperangan, aman dari segala macam bentuk ancaman- maupun secara non fisik berupa ancaman ideologi, ancaman kelaparan, ancaman ketakutan, ancaman krisis multi dimensi, dll.
Doa dan harapan Ibrahim kepada Allah Swt untuk negeri yang aman diulangi pada ayat yang lain dalam QS. Al-Baqarah 2 : 126. “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” Nabi Ibrahim tidak memohon kepada Allah untuk membentuk negara Islam, beliau mengutamakan kondisi keamanan dan kesejahteraan negerinya (Makkah) dan secara berkelanjutan diteruskan oleh Rasulullah Saw.
Membangun negeri Yasrib kemudian berubah nama Madinah yang berarti beradab, menghargai bentuk plural, merangkul berbagai macam penduduk dengan latar belakang agama, suku dan tradisi yang berbeda. Selama 13 tahun Rasul Muhammad Saw membina masyarakat plural Madinah di atas norma keagamaan dan keragaman, bukan keseragaman. Piagam Madinah yang dipedomani Rasulullah Muhammad Saw memberikan peluang yang sama kepada seluruh penduduk negeri Madinah untuk melaksanakan segala aktifitasnya, mulai kegiatan keagamaan hingga kegiatan sosial dan ekonomi kemasyarakatan.
Tiga pilar utama permohonan Ibrahim kepada Tuhan dalam membangun negerinya, yaitu pertama negeri yang aman, kedua penduduk yang memiliki keyakinan, dan ketiga negeri yang sejahtera. Mengurai tiga pilar tersebut, sekaligus mengetahui dan memahaminya dapat menuntun kita pada sebuah pencapaian kumpulan komunitas yang senantiasa berada di bawah lindungan Tuhan, Ibrahim melantunkan harapan tersebut bukan hanya untuk dirinya pada negeri Mekkah, akan tetapi kepada semua anak cucunya hingga akhir zaman.
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari anak cucu Ibrahim, kita mengemban tugas dan amanah di atas pundak kita untuk merealisasikan harapan Ibrahim yang telah mendoakan khusus negeri kita dan anak cucu beliau agar selalu kita berada dalam negeri yang aman, dalam keimanan yang teguh, serta dalam kehidupan yang sejahtera. Namun, membaca fenomena dan kejadian saat ini, banyak anak cucu Ibrahim yang mengkhianati doa dan harapan tersebut, banyak di antara kita yang menjadi sumber terjadinya kekacauan, keresahan, merasa diri benar, mengkafirkan sesama saudara, serta tidak berupaya mewujudkan dan menciptakan rasa aman dalam negerinya, justeru yang terjadi sebaliknya, membuat keonaran, kekacauan, bahkan membantai orang yang tidak berdosa, hingga melakukan aksi bom bunuh diri di tengah keramaian.
Selanjutnya, banyak di antara anak cucu Ibrahim yang semakin jauh dari naungan teduh Sebuah keyakinan, hidup tidak memiliki keyakinan kepada Tuhan menjadi kebanggaan, api tauhid bangsa manusia pada banyak tempat semakin hari semakin redup. Muncullah istilah Tuhan telah mati, sebuah pernyataan yang menafikan eksistensi Tuhan. Namun demikian pada hakekatnya bukan Tuhan yang mati, Tuhanlah yang menciptakan hidup dan mati, yang terjadi adalah semua ciptaanNya akan menjumpai kematian, termasuk orang yang menyatakan bahwa Tuhan telah mati, juga telah dijemput oleh kematian. Tuhan ada sebelum ada kata mati, dan Tuhan terus eksis setelah kata mati itu pada akhirnya tiada.
Hidup sejahtera dengan rejeki yang melimpah merupakan salah satu pilar yang dipinta nabi Ibrahim As kepada Tuhan bagi anak cucunya. Pilar ketiga ini merupakan capaian yang diraih setelah mewujudkan negeri yang aman, damai, tenteram dan sentosa di atas pilar keyakinan dan ketauhidan serta menjauhkan diri dari menyembah berhala atau menghambakan diri pada selain Allah swt, tidak menghamabakan diri kepada nafsu dunia, tidak diperbudak oleh pangkat dan jabatan. Pada era kini secara tekstual tidak ada lagi secara nyata menyembah berhala seperti pada masa jahiliyah, tetapi jauh dari penghambaan diri kepada Allah swt, digantikan oleh penghambaan diri kepada nafsu duniawi, nafsu keserakahan, egoisme, dan semangat ingin menang sendiri, yang menjadikan semakin jauh dari status hamba dari Tuhan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki penduduk beragama Islam terbesar di dunia dengan sistem demokrasi yang akomodatif akulturatif sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam, Indonesia juga merupakan negara yang seluruh masyarakatnya memiliki keyakinan dan keimanan, namun Indonesia bukanlah negara agama, tentu juga sangat diharapkan aflikasi nilai-nilai religi mampu mengikis model perbudakan, penghambaan kepada materi, pangkat dan jabatan.
Mewujudkan harapan nabi Ibrahim, Tuhan menempatkan dan memilih negara Indonesia sebagai salah satu negeri yang sangat memungkinkan menjadi negeri yang senantiasa diliputi rasa aman, damai, tenteram, juga Indonesia tetap memelihara kehidupan keberagamaan agar seluruh masyarakat Indonesia tetap pada keyakinan akan eksistensi Tuhan. Demikian pula secara geografis dan sumber kekayaan alam yang melimpah, merupakan sebuah negeri yang digambarkan Ibrahim dalam doa yang dimohinkan kepada Tuhan.
Kita memiliki tanggung jawab yang berat untuk senantiasa menciptakan rasa aman, damai, tenteram dan sentosa, jauh dari prilaku anarkis oleh kelompok radikal ektrimis yang bertopeng agama. Selain itu, masyarakat Indonesia tetap terus dalam koridor masyarakat yang memiliki agama serta jauh dari prilaku perbudakan nafsu amarah dan nafsu duniawi serta tidak menjadi bangsa yang tidak mengenal agama dan jalan kebenaran. Demikian juga, bangsa Indonesia dengan kekayaan yang melimpah dapat meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Demikianlah tiga pilar yang terdapat dalam penggalan doa dan harapan nabi Ibrahim kepada Tuhan yang banyak dibaca orang, namun tidak sedikit pula yang mengkhianatinya, sementara tiap individu mendambakan hidup yang aman, damai, tenteram dan sentosa, serta tetap berada dibawah kontrol keimanan yang diliputi dengan kehidupan yang sejahtera.