Tokoh Agama dan Kecerdasan Buatan (AI): Menimbang Mafsadat dan Mudharat

Tokoh Agama dan Kecerdasan Buatan (AI): Menimbang Mafsadat dan Mudharat

- in Narasi
83
0
Tokoh Agama dan Kecerdasan Buatan (AI): Menimbang Mafsadat dan Mudharat

Telah menjadi hukum alam, manfaat dan mafsadat ada di tangan manusia. Pisau dapur memberikan manfaat apabila ada di tangan ibu-ibu rumah tangga, tetapi menjadi senjata pembunuh di tangan begal dan perampok.

Di saat Tuhan akan menciptakan manusia, malaikat bertanya, kenapa Tuhan hendak menciptakan manusia yang hobinya mengalirkan darah di bumi? Dijawab, tidak semuanya seperti itu, ada banyak di antara mereka yang sujud dan menjadi hamba yang patuh dan taat.

Pada dasarnya manusia adalah mahluk mulia. Watak dasarnya baik, hanya pengaruh nafsu yang tak terkendali saja manusia menjadi jahat. Manusia diberikan bekal akal. Dengan kecerdasan pada akal tersebut manusia bisa menciptakan teknologi canggih seperti kita saksikan saat ini.

Salah satu teknologi canggih itu bernama Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Secara sederhana, AI adalah suatu mesin yang dibuat oleh manusia melalui pemrograman untuk membantu kegiatan manusia. Suatu sistem komputer yang dikhususkan untuk memecahkan masalah kognitif yang berkaitan dengan kecerdasan manusia.

AI bermanfaat mambantu kegiatan manusia jadi lebih optimal, efektif dan efisien. Bekerja dengan sistem komputer dengan penampilan meniru intelegensia dan kemampuan manusia. Diantara komponennya adalah mesin belajar (machine learning), berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang dapat menulis dalam konsep dan melakukan proses pada tugas, dan malah memberi pedoman kerja (algoritma) untuk menyelesaikan tugas.

Pengaruh AI dalam kehidupan beragama

Salah satu yang mungkin terjadi, dan itu sangat mungkin, dengan memfungsikan AI akan tercipta sosok ulama yang tak pernah sakit dan tak akan mati. Ya, benar. Karena ulama yang dimaksud berupa robot yang memiliki pengetahuan sempurna, tanpa lupa dan menguasai ragam jenis ilmu agama.

Semakin canggih Artificial Intelligence (AI), semakin alim pula ulama yang berupa robot tersebut. Kita tentu pernah mendengar pendeta robot yang diberi nama Mindar. Tak ada pendeta biasa yang akan mampu mengalahkan robot tersebut. Maka, ulama robot juga demikian. Tak akan ada satu ulama di masa sekarang yang akan mengalahkannya. Akan ada ulama robot yang bacaan al Qur’annya sangat merdu, retorika dakwahnya sangat menyentuh, hafalan dan kecerdasannya tidak akan tertandingi oleh ulama biasa dalam sosok manusia.

Ini adalah capaian manusia yang sangat spektakuler. Sangat bermanfaat bagi umat beragama, bisa membantu dalam memahami ilmu agama. AI mampu memecahkan setiap problem hukum agama, dan membantu belajar ilmu agama secara optimal, efektif dan efisien. Sehingga, bisa dikatakan, AI memberikan manfaat luar biasa bagi manusia.

Namun, seperti dikatakan di atas, akan terjadi ketegangan yang lazim, antara manfaat AI dan apa yang dilarang oleh agama. Manfaatnya telah sangat jelas. Sementara mafsadatnya adalah sangat rentan diselewengkan oleh pihak-pihak tertentu untuk suatu kepentingan. AI bisa dimanipulasi untuk mendistorsi dan penyampaian pengetahuan agama secara parsial.

Seperti yang dilakukan oleh kelompok ekstremis seperti ISIS yang memanfaatkan deepfake dan chatbot untuk menciptakan karakter AI sebagai medium propaganda. Al Qaeda bahkan lebih tanggap memanfaatkan kecerdasan buatan dengan memanfaatkannya untuk soliditas gerakan dan komunikasi dengan dan antar anggotanya di seluruh dunia.

Efek paling buruk dari aktifitas kelompok ekstremis dengan memanfaatkan AI adalah bisa mendangkalkan pengetahuan dan pengalaman agama menjadi seperti apa yang dikehendaki oleh mereka. Kalau tidak jeli, umat akan terpengaruh dan menduga sebagai kebenaran.

Kalau tidak segera diambil langkah antisipatif oleh pemerintah, tokoh agama yang masih peduli terhadap umat dan bangsanya, dan seluruh elemen masyarakat yang masih peduli terhadap kewibawaan agama yang dipeluknya, maka kehancuran bangsa dan agama sudah pasti. Khusus bagi umat Islam, jika tidak tanggap untuk menguasai teknologi kecerdasan buatan ini akan hanyut dan sangat mudah terpengaruh propaganda dan doktrin kelompok radikal.

Saatnya Ulama Melek AI

Diakui atau tidak, sedikit sekali tokoh agama seperti Kiai/ustad yang memiliki cara pandang visioner; tidak hanya bicara hukum agama, lebih dari itu, mencerdaskan umat akan pentingnya teknologi, politik dan sosial. Kehadiran teknologi kecerdasan buatan semestinya mendapatkan perhatian serius, sebab jika disalah gunakan seperti apa yang dilakukan oleh Al Qaeda dan ISIS yang menjadikan AI sebagai medium propaganda akan menyerat umat dalam suatu situasi yang sangat miris.

Pemanfaatan AI oleh kelompok ekstremis pada saatnya nanti akan dengan mudah mengalahkan ceramah di mimbar khutbah, mimbar pengajian dan majelis-majelis taklim. Kelompok radikal sangat pandai dan kreatif memoles propaganda menjadi seolah-olah ajaran agama yang sesungguhnya.

Sebelum terlambat, edukasi umat tentang pentingnya AI dan pengaruhnya dalam kehidupan beragama, baik positif maupun pengaruh negatif terhadap umat. Ulama, Kiai/ustad harus lebih dulu memahaminya, kemudian disampaikan kepada umat.

AI akan menjadi teknologi canggih yang liar dan menyesatkan di tangan creator kelompok radikal. Menjadi senjata pembunuh, adu domba dan perbuatan buruk lainnya. Namun sebaliknya, di tangan creator muslim moderat AI akan sangat bermanfaat menambah wawasan ilmu agama, wawasan kebangsaan yang baik, serta manfaat-manfaat yang lain.

Facebook Comments