Persatuan dan kedamaian ialah suatu pesan universal yang diajarkan semua agama kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini. Antara manusia yang satu dengan yang lainnya, antara agama yang satu dengan agama lainnya harus hidup rukun, damai, saling toleransi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika. Dari sini bisa kita pahami bahwa menyebarkan pesan-pesan persatuan dan kedamaian merupakan tanggung jawab dari seriap umat beragama, salah satu medianya ialah melalui rumah ibadah.
Sudah seharusnya keberadaan rumah ibadah hadir tidak semata sebagai sarana kegiatan keagamaan, akan tetapi juga sebagai sarana penebar nilai-nilai persatuan dan kedamaian. Karenanya, rumah ibadah seperti masjid, gereja, pura, wihara, dan klenteng sangatlah efektif digunakan sebagai agen vital dalam menggaungkan pesan-pesan kedamaian antar agama.
Momentum menjelang pilpres saat ini, janganlah rumah ibadah dijadikan sebagai kendaraan untuk berkampanye. Hal ini membuat rumah ibadah keluar dari esensinya dengan bertransformasi menjadi medan pertempuran (battle neck) yang membuat satu pihak benci terhadap pihak lainnya. Kampanye politik punya tempat tersendiri, dan juga harus dijauhkan dari rumah ibadah sebagai kendaraannya. Rumah ibadah sudah sepatutnya mengarah menebar pesan-pesan persatuan dan kedamaian melalui ceramah atau pesan dakwah.
Untuk menunjang peran rumah ibadah sebagai media pemersatu dan penebar pesan-pesan kedamaian tentu harus didukung oleh pemuka agama dan jama’ahnya. Sebagai pendidik agama, pemuka agama biasanya yang berpengaruh di suatu rumah ibadah, dimana hari-harinya dihabiskan untuk mendidik ilmu agama atau memberi nasihat-nasihat baik. Oleh karenanya, kharisma yang tinggi, pemuka agama dalam ekosistem rumah ibadah biasanya sangat dikagumi dan dihormati oleh para jama’ahnya. Sebagai pemuka agama, mereka berperan menahkodai seluruh kegiatan ibadah, termasuk menyampaikan ceramahnya. Sebabnya, sangat strategis para pemuka agama menyelipkan pesan-pesan persatuan dan kedamaian di setiap khotbah atau ceramahnya.
Baca juga :Rumah Ibadah bukan Rumah Kebencian
Adapun sebagai pelayan sosial, seringkali para pemuka agama dijadikan tempat untuk bertanya atau tumpuan orang minta nasihat. Dari sini peran pemuka agama sagatlah strategis untuk menebar pesan-pesan persatuan di berbagai rumah ibadah menyasar seluruh lapisan masyarakat, terutama bagi para jama’ahnya.
Akumulasi dari peran-peran sosial tersebut menjadikan pemuka agama sebagai sosok kharismatik yang disegani begitu melekat kuat. Kekuatan lain yang dimiliki oleh pemuka agama, terletak pada kehalusan dan kemampuan interpretasi paham yang telah dianut, yang kemudian membuat mereka benar-benar sanggup melakukan peran yang oleh Geertz disebut cultural broker, yaitu menjembatani transformasi nilai-nilai kultural yang berkembang dalam masyarakat tradisional. Oleh karenanya, dengan berbagai peran sentral pemuka agama, sangatlah strategis apabila di setiap dakwahnya atau ceramahnya selalu menyuguhkan ajaran agama cinta damai bagi seruruh umat manusia, termasuk antar umat beragama.
Selain itu, peran dari pemuka agama ternyata tidak hanya sebagai agen pembangunan sosial keagamaan ataupun kemasyarakatan semata. Namun, lebih dari pada itu, secara kolektifitas pemuka agama sangat berjasa dalam usaha perjuangan pembentukan NKRI. Sebagai contoh peran seorang kiai, terlepas dari jumlah masyarakat muslim yang mayoritas di Nusantara, gerakan yang diinisiasi oleh kalanngan kiai pada periode pergerakan banyak menjadi perintis gerakan-gerakan lain. Pun dengan pemuka agama-agama lainnya dari kalangan pendeta, biksu, dan lainnya turut andil dalam persatuan NKRI.
Contoh lainnya, momentum pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia paling berpengaruh, diantaranya Resolusi Jihad 22 Oktober yang digagas oleh K.H. Hasyim Asy’ari serta pertempuran 10 November 1945 Surabaya. Kyai-kyai zaman dulu ialah seorang pemuka agama yang cinta NKRI dan mengedepankan persatuan dan kesatuan meski bangsa ini terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. Semboyan Bhineka Tunggal Ika tetap mereka pegang teguh.
Dari semua itu adanya kait mengait antara rumah ibadah dengan pemuka agama serta jamahnya sebagai media pemersatu dalam upaya menebar pesan-pesan damai. Harapannya kedepan jika seluruh entitas tersebut benar-benar dimaksimalkan dalam menyemai pesan damai, maka persatuan antar umat beragama akan terwujud dan juga pada akhirnya keutuhan NKRI akan tetap terjaga.