Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dalam lima bulan terakhir telah melahirkan problem kompleks yang sukar diurai. Salah satu yang paling berat, selain sektor kesehatan ialah sektor ekonomi. Presiden Joko Widodo dalam pidatonya beberapa waktu lalu dengan jelas menyebutkan bahwa ancaman resesi telah nyata di depan mata. Pernyataan itu sekaligus sebagai sebuah pesan bagi jajaran pembantunya juga masyarakat pada umumnya agar meningkatkan kinerja demi ketahanan ekonomi nasional.
Di kawasan Asia, gelombang resesi telah melanda sejumlah negara seperti Korea Selatan, Malaysia dan Singapura. Maka, selain problem kompleks di sektor kesehatan, pemerintah dan masyarakat Indonesia memiliki tugas berat untuk menjaga ketahanan ekonomi di masa pandemi ini. Lebih spesifik lagi, memastikan terciptanya distribusi kesejahteraan di kalangan kelas menengah ke bawah yang menjadi kelompok paling rentan terdampak pandemi.
Seperti kita ketahui, sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia di pertengahan Maret lalu, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja tidak bisa dielakkan. Sampai hari ini tercatat puluhan ribu pekerja kehilangan pekerjaan sekaligus penghasilannya. Jumlah pengangguran dan angka kemiskinan pun meningkat tajam. Itu artinya, beban pemerintah kian berat. Belum lagi ditambah membeludaknya angkatan kerja yang tentunya sulit terserap di pasar kerja selama masa pandemi ini berlangsung. Beban berat itu tentu tidak semata menjadi urusan pemerintah, melainkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa. Perayaan Idul Adha yang tahun jatuh pada tanggal 31 Juli 2020 kiranya bisa menjadi momentum untuk mewujudkan distribusi kesejahteraan.
Baca Juga : Bukan Sekedar Berkurban
Di dalam Islam, isu distribusi kesejahteraan bisa dibilang merupakan isu utama yang selalu mengemuka dalam teks-teks keislaman, baik Alquran maupun hadist. Dalam Alquran terdapat banyak sekali ayat yang memerintahkan umat Islam untuk membantu sesamanya dan memastikan terciptanya pemerataan kesejahteraan ekonomi. Begitu pula praktik hidup Nabi Muhammad yang memberikan teladan bagaimana tatanan ekonomi umat dibangun dengan asas pemerataan. Maka dari itu, Islam sangat mengutuk praktik-praktik sosial-ekonomi yang merugikan kelompok masyarakat lemah atau miskin seperti penimbunan harta, riba dan praktik merugikan lainnya. Sebaliknya, Islam menggalakkan praktik peribadatan yang tidak hanya berdimensi spiritual namun juga sosial. Salah satunya ialah ibadah kurban. Ibadah yang diteladani dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini tidak diragukan merupakan bentuk ibadah sosial yang jika dimaknai secara progresif bisa dijadikan katalisator bagi terwujudnya distribusi kesejahteraan. Secara simbolistik, ibadah kurban ditandai dengan penyembelihan hewan kurban (sapi, kerbau, kambing maupun unta) dan membagikan dagingnya kepada para pihak yang berhak menerimanya. Di luar nalar simbolistik itu, kita bisa menangkap pesan bahwa melalui ibadah kurban, Islam mengajak umatnya untuk tidak menumpuk harta benda, melainkan mendistribusikannya kepada orang lain.
Mengambil Inspirasi Keteladanan dari Ibadah Kurban
Dalam konteks kekinian, apalagi di tengah pandemi yang telah menimbulkan dampak ekonomi secara fatal ini, ibadah kurban harus kita tafsirkan secara radikal sebagai sebuah mekanisme sosial untuk memeratakan kesejahteraan. Sebagai ibadah ritual, kita tentu tidak bisa mengubah mekanisme ibadah kurban, baik masalah waktu pelaksanaan, kriteria hewan kurban dan cara-cara penyembelihan maupun pembagiannya. Meski demikian, kiranya kita bisa menjiwai spirit distribusi kesejahteraan yang menjadi ruh ibadah kurban. Dari ibadah kurban, kita bisa mengambil spirit solidaritas kemanusiaan yang kiranya bisa dipraktikkan secara lebih intens di masa pandemi berkepanjangan ini.
Oleh karena itu, ibadah kurban idealnya tidak hanya dilaksanakan dalam bingkai pemahaman ritualisme tahunan. Ibadah kurban idealnya juga tidak diposisikan sebagai sebuah bentuk solidaritas simbolik dari kelompok kaya (the have) kepada kelompok miskin (the have not). Lebih dari itu, ibadah kurban harus kita maknai secara progresif sebagai sebuah gerakan sosial (social movement) untuk melahirkan jejaring solidaritas keumatan dan kemanusiaan yang lebih solid dan masif sehingga mampu mewujudkan distribusi kesejahteraan ke seluruh kelompok masyarakat. Agenda distribusi kesejahteraan ini sebenarnya juga menjadi salah satu tujuan pokok dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Maka dari itu, ada sejumlah hal yang kiranya bisa kita teladani dari spirit Idul Kurban tahun ini. Pertama, yakni menumbuhkan etos kemandirian ekonomi. Di masa pandemi yang diwarnai oleh ancaman krisis bahkan resesi ekonomi ini, kemandirian ekonomi ialah kunci dari ketahanan ekonomi nasional. Kedua, selain kemandirian ekonomi kita juga membutuhkan solidaritas dan gotong-royong mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19. Ibadah kurban mengajarkan pada umat Islam bahwa solidaritas ialah modal sosial utama untuk membangun tatanan masyarakat yang damai, adil dan sejahtera. Ketiga, pelajaran terpenting yang harus kita ambil dari ibadah kurban ialah ajaran tentang ketulusan, keikhlasan dan kesabaran. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah memberikan teladan bagi kita semua mengenai apa itu keikhlasan, ketulusan dan kesabaran. Di masa pandemi yang dipenuhi kesulitan ini, sikap sabar, ikhlas dan tulus sangat penting kita amalkan oleh semua elemen masyarakat. Masyarakat perlu bersabar dan ikhlas ketika pendapatannya menurun atau hilang sama sekali karena roda ekonomi dihantam pandemi. Sikap optimis sekaligus inovatif akan menuntun kita keluar dari kemelut krisis ini dan menemukan jalan terang yang lebih menjanjikan bagi masa depan. Para pemimpin dan pengampu kebijakan harus ikhlas sekaligus amanah dalam menjalani perannya di masa-masa sulit seperti ini. Menjadi pemimpin di masa normal adalah sebuah tantangan. Sedangkan memimpin di masa sulit ialah sebuah ujian. Hanya pribadi memiliki stok kesabaran dan keikhlasan melimpahlah yang akan lolos dari ujian tersebut. Begitu pula orang tua yang harus membimbing putera-puterinya belajar dari rumah selama pandemi ini harus senantiasa tulus melayani anak-anaknya tanpa menyalahkan pihak mana pun. Kiranya, ibadah kurban tahun ini akan menjadi ibadah kurban yang berkesan bagi umat Islam dan mampu menjadi inspirasi bagi terwujudnya distribusi kesejahteraan. Semoga.