Beberapa hari terakhir, perhatian publik tertuju pada insiden penusukan yang menimpa Syekh Ali Jaber saat mengisi pengajian dan wisuda Tahfidz Al Quran di Masjid Falahudin Lampung. Kejadian yang terjadi pada hari Minggu (13/9/2020) tersebut membuat banyak orang bertanya-tanya, terutama soal motif pelaku melakukan tindakan keji tersebut. Kita tentu berharap semua segera terungkap dan pelaku penusukan mendapatkan hukuman yang setimpal.
Di luar hal tersebut, kita bisa belajar banyak hal dari sosok Syekh Ali Jaber yang nampak tenang dan berserah diri kepada Allah, meski mengalami kejadian tersebut. “Alhamdulillah, Allah selamatkan saya dari upaya pembunuhan, saya bisa selamat karena Allah takdirkan saya,” kata beliau, seperti dikutip banyak media. Betapa beliau adalah ulama yang tawakkal, yakin bahwa segala sesuatu terjadi pasti karena takdir Allah.
Bahkan, di tengah munculnya berbagai spekulasi dan isu yang dihembuskan pihak-pihak tertentu terkait kejadian yang menimpanya, Syekh Ali Jaber terlihat begitu menjaga suasana agar tetap damai, tenang, dan aman. Beliau menyerahkan kasus tersebut sepenuhnya kepada kepolisian atau aparat penegak hukum.
Syekh Ali Jaber juga mengajak semua untuk menjadikan kejadian yang menimpanya sebagai pelajaran, terutama untuk lebih menciptakan keamanan dan persatuan di Indonesia. “Mudah-mudahan Indonesia bisa menjaga nikmat aman, sejahtera dan bersatu untuk memperjuangkan Al Qur’an di negeri kita tercinta,” kata Syekh.
Alih-alih menyampaikan permusuhan, emosi, dan balas dendam, Syekh Ali Jaber justru mendinginkan suasana dengan perkataan-perkataan yang sejuk. Meski mengalami kejadian yang membahayakan nyawanya, beliau tidak langsung memprovokasi umat atau jamaah untuk melakukan balas dendam. Setelah kejadian tersebut, beliau juga tidak menyebarkan keresahan, kekhawatiran dan isu-isu permusuhan terhadap kelompok-kelompok tertentu.
Bahkan, saat orang-orang emosi dan menyerang pelaku usai kejadian penusukan tersebut, Syekh Ali Jaber adalah orang yang melerai dan mencegah agar pelaku tidak dihajar massa. Seperti beliau ceritakan di podcast Deddy Corbuzier yang tayang di Youtube kemarin (16/9/2020), beliau mencegah para jamaah main hakim sendiri. Di dalam pembicaraan yang juga dilakukan bersama Gus Miftah tersebut, Syekh menegaskan, meskipun pelaku itu berbuat salah, bukan berarti kita bisa berbuat semaunya untuk menghakiminya. Sebab, sudah ada aparat kepolisian yang akan menanganinya.
Usai kejadian tersebut, beberapa waktu lalu Syekh Ali Jabet juga mendapatkan pesan WA ucapan prihatin dan mendoakan dari para pendeta atas kejadian yang menimpanya. Dan beliau membalas, tidak dengan pesan teks, namun langsung dengan pesan suara dengan perkataan-perkataan yang menenangkan hati para pendeta tersebut. Di sini kita melihat Syekh Ali Jaber begitu peduli dan sangat menghargai orang lain. Beliau membalas orang-orang yang perhatian dengannya dengan bentuk perhatian yang jauh lebih besar.
Tidak memaksakan kehendak, tidak menghakimi
Selain terkait insiden di Lampung tersebut, banyak hal yang bisa kita pelajari dari sosok Syekh Ali Jaber, terutama terkait prinsip-prinsip dalam berdakwah. Masih berdasarkan pembicaraan dalam podcast di Youtube tersebut, kita bisa menyimak perkataan Syekh Ali Jaber tentang prinsip-prinsip dakwah yang selama ini ia pegang.
Salah satunya adalah tentang niat berdakwah hanya untuk mencari ridha Allah, dan pentingnya kerendahan hati dalam berdakwah. Meski menjadi seorang ulama yang dihormati, beliau sadar jika segala ilmu yang dimiliki berasal dari Allah Swt. Beliau bercerita setiap hendak berdakwah selalu berdoa, “Ya Allah, saya tidak punya ilmu apa-apa, gerakkan lidah saya untuk menyampaikan yang terbaik”. Kerendahan hati adalah modal seorang pendakwah agar bisa arif, bijak, dan terhindar dari kesombongan, sehingga tidak merendahkan orang lain.
Kemudian, prinsip dakwah lainnya yang dipegang Syekh Ali Jaber adalah kesadaran bahwa tugas seorang pendakwah hanyalah menyampaikan. Artinya, seorang pendakwah tidak dibenarkan memaksakan kehendak dalam menyampaikan ajaran-ajaran agama. Syekh Ali Jaber menjelaskan bahwa kita tak bisa memaksa orang untuk berubah. Karena orang berubah atau tidak itu semua hanya akan terjadi atas izin Allah Swt.
Prinsip dakwah yang juga ditekankan Syekh Ali Jaber adalah tidak menghakimi orang lain. Berdakwah adalah mengajak, bukan mengejek. Bahkan kepada ahli maksiat sekalipun, kita tak boleh mencela dan menghakiminya, seolah-olah kita tahu nasibnya kelak di akhirat. Syekh Ali Jaber mengatakan, “Jangan memandang orang yang tidak berjilbab itu buruk. Barangkali ia punya dua rekaat tahajud di sisi Allah yang membuat terampuni semua dosa-dosanya”.
Jangan sampai kita menjadi orang yang gemar menghakimi orang lain, seakan kita adalah orang yang paling tahu tentang dosa, pahala, surga, dan neraka. Setiap orang punya rahasia tentang hubungannya dengan Allah Sang Pencipta, sehingga siapa pun tidak memiliki hak menghakimi orang lain. Hanya Allah Yang Maha Kuasa yang tahu isi hati dan kadar keimanan setiap orang.
Dari Syekh Ali Jaber, kita belajar banyak hal, terutama tentang prinsip-prinsip dakwah yang santun, ramah dan damai. Yakni dakwah yang tidak menghakimi dan menuding orang lain, namun dakwah yang didasari kerendahan hati, keikhlasan, dan kasih sayang terhadap sesama. Dari kejadian yang menimpa Syekh Ali Jaber dan bagaimana beliau menyikapinya, kita juga belajar tentang arti penting kesabaran, keteguhan iman, dan pentingnya menjaga kesejukan, persatuan, dan perdamaian. Wallahu a’lam