Diam bagai cupu, bergerak bagai suhu.
Mungkin istilah milenial tersebut tepat untuk diutarakan kepada Ivan Gunawan, seorang designer dan artis ternama Indonesia.
Siapa sangka, ditengah ketenarannya dan penampilan spritualitas yang ‘biasa saja’, ternyata dirinya membangun sebuah masjid di Uganda, Afrika Timur. Tanpa berkoar-koar, obral simbol spiritual, Ivan menunjukkan kesalehan sosialnya kepada umat. Hal ini tentunya patut diapresiasi.
Ini merupakan antitesis dari tren penggunaan simbol agama belakangan ini. Mengaku soleh, namun malah lebih semakin ekslusif, membatasi diri dengan lingkungan sosialnya, bahkan ada yang bersedekah hanya untuk kelompok atau tempat ibadahnya saja.
Sejatinya, keshalehan sosial, tidak hanya melulu tentang simbol agama, melainkan mampu menjadi hamba yang lebih baik, dan bermanfaat kepada sesama.
Meski Igun, panggilan Ivan Gunawan, terlihat ‘duniawi’, ternyata sejak dulu Ivan memiliki nazar mulia ‘surgawi’. Tanpa eksis di ranah agama, Ivan mampu membuktikan dirinya layak mendapatkan tempat terbaik di sisiNya. Bahkan banyak hadits Rasulullah SAW, yang menyatakan bahwa Allah menjamin Surga bagi mereka yang mendedikasikan hartanya untuk membangun masjid.
Masjid berwarna putih tersebut, dinamakan Masjid Indonesia by Ivan Gunawan. Ivan mengaku memilih membangun masjid di Uganda karena melihat kondisi di sana yang sangat menyedihkan. Mereka beribadah di bawah kayu dan ranting yang dialasi dedaunan dengan kondisi kesulitan air bersih.
“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah no. 738)
“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari no. 450 dan Muslim no. 533).
Pada akhir Januari lalu Masjid Indonesia ini diresmikan. Dari media sosial terlihat warga sekitar sangat antusias. Terasa sekali asas manfaat yang diberikan kepada warga sekitar.
Verifikasi Sebelum Berdonasi
Tentu ini bukan hal yang mudah dan murah. Perlu proses bagi Ivan untuk meyakinkan diri untuk membangun rumah Allah di Uganda. Untuk memastikannya, Ivan melakukan pengamatan kepada lembaga donasi dan memberikan kepercayaan kepada sahabatnya Hamzah dan tim yang kala itu berada di Uganda. Secara berkala, Ivan melakukan panggilan video untuk melihat progressnya.
Semangat ini boleh kita tiru, apalagi kalau kita berdonasi untuk kemaslahatan negara sendiri. Tapi harus kita telusuri dulu kepada siapa berdonasi. Apakah lembaganya berizin? Apakah lembaganya memiliki kaitan atau berdonasi kepada kelompok teror? Atau apakah gambar yang disajikan, sesuai dengan faktanya? Hati hati, karena ini marak terjadi.
Berkaca kepada Ivan, tentu harus kita lakukan verifikasi. Jangan sampai berdonasi kepada kelompok teror untuk mendirikan negara tandingan, atau diselewengkan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Hati hati, niat untuk beramal, malah menjadi jurang kriminal.