Jihad dalam Tafsir dan Praktek Santri untuk Kemerdekaan

Jihad dalam Tafsir dan Praktek Santri untuk Kemerdekaan

- in Narasi
530
0
Jihad dalam Tafsir dan Praktek Santri untuk Kemerdekaan

Pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya, bangsa Indonesia merayakan Hari Santri untuk menghormati peran santri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Hari Santri juga memberi kita kesempatan untuk memahami kembali konsep jihad dalam Islam khususnya di kalangan santri dan bagaimana ia dijalankan secara tepat dalam konteks pemaknaan serta ruang dan waktunya.

Pemahaman jihad santri di momentum perang kemerdekaan Republik Indonesia adalah pemaknaan yang sangat relevan ditinjau dalam aspek tujuan, waktu dan tempatnya. Tentu hal ini akan berbeda dengan teriakan kelompok ekstremis yang mengatasnamakan jihad tetapi salah dalam berbagai aspek.

Jihad dalam Islam: Perlindungan Hak-Hak Dasar

Jihad, dalam konteks Islam, sering kali disalahpahami. Barat juga seringkali apriori terkait konsep ini dengan menganggap Islam sebagai agama perang. Begitu pula kelompok kecil ekstrem dalam Islam sering pula sembrono dan serampangan menyematkan tindakan kekerasannya atas nama jihad.

Konsep ini sebenarnya mengacu pada “perjuangan” (jahada) dan bukan “perang” (qital) dalam arti sempit. Jihad didefinisikan sebagai usaha sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu, yang dalam Islam dinyatakan sebagai menjaga hak-hak dasar manusia. Kelima hak dasar tersebut mencakup: agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan yang menjadi pilar dari tujuan syariat (maqasyid syariah).

Jihad, ketika dipahamai dan dipraktekkan dengan benar, adalah sarana untuk melindungi hak-hak dasar tersebut. Jihad dalam Islam tidak hanya terbatas pada pertahanan diri, tetapi juga mencakup upaya untuk memastikan semua orang dapat menjalani kehidupan yang aman, bermartabat, dan sejahtera. Jihad adalah sarana untuk membangun perdamaian, bukan sebaliknya.

Kesalahan Jihad Kelompok Ekstremisme

Sayangnya, konsep jihad telah dibajak dan disalahgunakan oleh kelompok ekstremis yang berusaha membenarkan tindakan kekerasan terhadap orang yang tidak bersalah, merusak infrastruktur, dan menciptakan permusuhan. Penafsiran mereka tentang jihad seringkali bertentangan dengan ajaran Islam yang sejati dan kontraproduktif dalam mencapai perdamaian.

Dalam konteks bernegara, kelompok ini justru meneriakkan jihad untuk memusuhi negara. Tentu sangat berbeda dengan kalangan santri yang dalam sejarah meneriakkan takbir untuk merebut kemerdekaan dan membangun negeri. Mereka kelompok ekstremis dan radikal teroris justru membunuh saudaranya atas nama agama.

Dalam Islam, jihad seharusnya dijalankan dengan memperhatikan kerangka hukum yang ketat dan dalam konteks perjuangan hak-hak dasar. Dalam pandangan banyak ulama, jihad dilakukan hanya sebagai respons atas ancaman terhadap hak-hak dasar manusia, seperti agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan.

Oleh karena itu, jihad perang bukan masalah perseorangan, upaya bersama yang membutuhkan persetujuan ulama dan amir. Jihad bukan serampangan keluar di jalanan dan menebar ketakutan di tengah masyarakat. Tindakan kekerasan yang tidak beralasan dan melukai orang yang tidak berdosa adalah tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip jihad dalam Islam. Lebih parahnya, tindakan tersebut justru merusak citra Islam.

Belajar dari Jihad Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan

Dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia, santri memainkan peran yang sangat penting dalam melaksanakan konsep jihad yang benar. Peristiwa 10 November 1945 dan beberapa hari sebelumnya di bulan Oktober di Surabaya adalah salah satu contoh jelas bagaimana santri menjalankan jihad mereka untuk merebut kemerdekaan. Mereka berjuang untuk meraih hak-hak dasar yang dijelaskan dalam Islam, termasuk hak untuk menjalani kehidupan yang bebas, aman, dan berdaulat.

Santri tidak hanya berperan sebagai pejuang fisik, tetapi juga sebagai pemersatu dan penyemangat. Mereka merawat semangat dan keyakinan para pejuang melalui pekikan takbir, yang bukan hanya mengingatkan pada pentingnya perjuangan, tetapi juga menjaga semangat dan tekad para pejuang dalam menghadapi kekuatan yang superior.

Perjuangan santri dalam merebut kemerdekaan adalah bukti nyata bahwa Islam memiliki peran yang penting dalam pembentukan bangsa Indonesia. Mereka menjalankan konsep jihad dengan berpegang pada prinsip-prinsip Islam yang benar, termasuk perlindungan hak-hak dasar. Melalui perjuangan mereka, mereka mengidamkan perdamaian dan keadilan bagi seluruh bangsa.

Kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga moral dan spiritual. Mereka memahami bahwa jihad sejati adalah tentang melindungi hak-hak dasar manusia, bukan menghancurkan kehidupan dan harta benda. Ini adalah pandangan jihad yang benar dan sesuai dengan tujuan Islam yang sejati.

Hari Santri adalah waktu yang tepat untuk merenungkan pentingnya konsep jihad dalam Islam dan bagaimana santri menjalankannya dengan benar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Jihad sejati adalah sarana untuk membangun perdamaian, bukan merusaknya. Santri telah memberikan contoh yang kuat tentang bagaimana jihad dapat digunakan untuk melindungi hak-hak dasar manusia dan memperjuangkan kemerdekaan dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang sejati.

Facebook Comments