Dari beberapa pembicara nasional yang dihadirkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada Workshop Damai di Dunia Maya kemarin (Kamis, 29 Oktober 2015), kesemuanya sepakat bahwa Islam adalah agama perdamaian yang mengajarkan ketenteraman, kehidupan yang teratur dan berperadaban, serta kemajuan dan kecintaan. Pernyataan para pembicara itu bukan saja mengurai dalil-dalil Alquran yang mengajarkan kedamaian dan kecintaan serta kemajuan, akan tetapi juga hadis-hadis Nabi Muhamad Saw serta fakta sejarah yang menunjukkan kemajuan Islam beberapa abad lalu.
Mereka juga sepakat bahwa pemahaman teroris terhadap agama adalah pemahaman dangkal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Mereka bahkan menilai teroris yang mengklaim dirinya sebagai penegak Islam justru tindakan dan kelakuannya tidak mencerminkan nilai-nilai Islam karena apa yang dilakukan bukan saja menimbulkan ketakutan di tengah-tengah masyarakat, tetapi juga mengancam stabilitas nasional setiap negara termasuk stabilitas nasional Indonesia.
Radikalisme bukan saja disebar melalui pengajian-pengajian dan perkumpulan-perkumpulan suatu komunitas, tetapi juga melalui dunia maya. ‘Proyek’ radikalisasi ini dilakukan oleh secara masif melalui penyebaran progapaganda kebencian, fitnah, permusuhan, dan kebencian terhadap kelompok yang tidak sepaham dengannya, termasuk sesama sesama muslim, pemerintah dan negara.
Cara dan metoda kelompok-kelompok radikal ini ternyata memberikan hasil yang memuaskan bagi mereka, karena sejauh ini mereka telah berhasil merekrut anak-anak muda untuk bergabung kedalam kelompok mereka, termasuk ikut berperang di Suriah dan Iraq sebagai wujud dari jihad yang mereka tafriskan secara sempit. Mereka membuat anak-anak muda begitu ingin untuk menjadi syahid dengan asumsi akan mendapatkan 72 bidadari setelah ia meninggal dalam perjuangannya.
Fenomena ini sungguh miris dan menyayat hati serta pikiran, terutama bagi umat Islam yang memahami Islam secara komprehensif dan konsisten menjalankan agama Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Inilah yang menjadi perhatian BNPT dengan memfokuskan kegiatan-kegiatannya pada upaya pencegahan warga negara Indonesia untuk terlibat atau terpengaruh terhadap pengaruh-pengaruh radikalisme yang pada ujungnya akan menggiring korban menjadi teroris.
Peserta yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai universitas di Jogja dan perwakilan mahasiswa dari seluruh Indonesia ini sangat antusias dan memahami apa yang dilakukan oleh BNPT, sehingga mereka menyatakan dukungan yang tiada hentinya atas semua program yang diselenggarakan oleh BNPT. Hampir semua peserta yang berasal dari berbagai sudut Indonesia ini mengaku sangat prihatin terhadap fenomena radikalisme, mereka meminta pemerintah semakin mengintensifkan upaya pencegahan ini dan menekankan kesediaan mereka untuk mendukung semua program BNPT dalam memerangi terorisme dan ISIS yang kini mulai masuk ke Indonesia.
Para peserta juga meyakini bahwa Islam yang dimaksud oleh BNPT seperti yang diungkapkan oleh sejumlah pembicara memang perlu terus digalakkan, membanjiri dunia maya dengan tulisan-tulisan tentang Islam yang benar atau Islam yang seperti disebutkan dalam Alquran sebagai Islam yang hanif bukan Islam yang diajarkan oleh kelompok-kelompok teroris yang mengajarkan kebencian, pembunuhan dan pembantaian.
Selamat BNPT!