Tahun baru 2016 sudah mendekat, setiap orang akan merayakannya sesuai dengan kebiasannya masing-masing. Yang menarik karena tahun baru berdekatan dengan perayaan Natal sehingga bukan saja orang-orang Kristiani yang turut bergembira tetapi juga umat Islam.
Berdasarkan pengalaman selama ini, setiap menjelang Natal dan Tahun Baru, muncul berbagai opini tentang keabsahan menyampaikan ucapan selamat Natal kepada mereka yang bukan seiman bahkan mengkategorikan perbuatan musyrik. Namun juga ada yang membolehkannya dan menilai sebagai sesuatu yang biasa saja. Keduanya menunjukkan dalil masing-masing yang dianggap sebagai dalil pamungkas terhadap lawannya.
Umat Kristiani di Indonesia hampir sama dengan di beberapa negara Arab lainnya seperti, Mesir, Lebanon, Suriah, Irak, Sudan, Palestina dimana agama tidak menjadi jurang pemisah dalam bermasyarakat sehingga tidak mengherankan jika dalam satu keluarga terdapat dua penganut agama yang berbeda.
Berbeda dengan di negara-negara Arab teluk dimana umat Kristiani umumnya sebagai “expatriate” bukan bagian dari masyarakat setempat. Karena itu, tidak mengherankan jika bukanlah persoalan jika tidak menyampaikan selamat kepada mereka yang merayakan Natal karena yang merayakan Natal bukanlah bagian dari masyarakatnya.
Di Indonesia sama dengan di beberapa negara Arab. Artinya interaksi masyarakat muslim dan kristiani bukan saja sebagai pertemanan di kantor tetapi juga di dalam lingkungan masyarakat sehingga hubungan antara satu penganut agama dengan penganut agama lain relatif kuat tanpa ada pembatas karena mereka saling membutuhkan apakah sebagai tetangga atau keluarga atau bagian penting dari masyarakatnya.
Dalam komunitas seperti ini penyampaian selamat kepada satu penganut agama dengan agama lain bukanlah hal yang sangat aneh bahkan menjadi biasa. Di negara-negara tersebut di atas menyampaikan selamat kepada penganut agama lain bukanlah isu yang membuat setiap orang harus membuka kitab masing-masing akan tetapi hal seperti itu semuanya diserahkan kepada pribadi masing-masing tanpa harus menghukum sebagai musyrik. .
Jika umat Islam merayakan hari raya Idul Adha, maka umat lainnya dengan senang hati turut bergembira menyampaikan selamat. Demikian pula sebaliknya jika umat Kristiani yang merayakan hari besarnya maka lumrah seorang muslim menyampaikan ucapan selamat kepada tetangganya bahkan turut memeriahkannya dengan memberikan hadiah-hadiah yang layak. Hal ini terjadi karena antara masyarakat muslim dengan masyarakat kristiani telah menyatu dalam satu komunitas yang tidak dibatasi dengan keyakinan akan tetapi mereka diikat dalam satu ikatan persaudaraan dan kemaysrakatan yang begitu kental.
Di Indonesia, hubungan persaudaraan dengan semua agama telah terjalin dengan baik sehingga terasa aneh jika seseorang tidak saling menyampaikan selamat saat memperingati hari-hari besar masing-masing. Yang menyedihkan jika diantara kita umat Islam justru menghukumi haram atau musyrik bagi yang menyampaikan ucapan selamat kepada yang bukan seagamanya.
Pertentangan tentang boleh atau tidaknya menyampaikan ucapan selamat kepada tetangga atau teman yang berbeda dengan keyakinan kita sebaiknya dihilangkan sehingga tidak menimbulkan keresahan di antara kita. Sejatinya mereka yang memahami Islam mengarahkan masyarakat agar menjadi muslim yang baik yang dapat diterima di mana-mana bukan menjadikan eksclusive dalam pergaulan sehari-hari.
Pada akhirnya bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain. Sungguh banyak yang bukan sekeyakinan kita menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari apakah dia seorang insinyur, dokter, pilot, polisi, tentara, dosen, guru dan lain-lain sebagainya. Karena itu, akan sangat naif jika hanya karena menyampaikan selamat kepada mereka lalu kita saling mengeluarkan dalil ayat dan hadis apalagi dicap sebagai orang musyrik. Nauzubillahi minzalik.