Kompleksitas Isu Sudan; Bahaya Jihad FOMO Berkedok Ukhuwah Global

Kompleksitas Isu Sudan; Bahaya Jihad FOMO Berkedok Ukhuwah Global

- in Narasi
22
0
Kompleksitas Isu Sudan; Bahaya Jihad FOMO Berkedok Ukhuwah Global

Isu Suriah sudah lewat. Gaza sudah berangsur normal. Isu lain seperti Uyghur, Rohingya, dan sebagainya tampaknya tidak terlalu menjual. Kini, isu konflik Sudan dikomodifikasi kelompok ekstremis untuk mempropagandakan jihad dengan narasi ukhuwah global.

Frasa ukhuwah global itu terdengar megah dan terkesan mulia bahkan suci. Padahal sejatinya, frasa ukhuwah global itu adalah bahasa lain dadi khilafah Islamiyyah alias imperium Islam yang diperjuangkan ISIS selama ini. Ukhuwah global adalah penghalusan dari ajakan mendirikan kekhalifahan Islam global.

Isu Sudan dianggap potensial untuk mempropagandakan ajakan jihad lantaran sejumlah alasan. Pertama, negara itu dikenal mayoritas penduduknya muslim. Alhasil, konflik pun pasti memakan banyak korban dari kelompok muslim. Umat Islam yang tidak kritis akan dengan mudah terhasut dengan pemberitaan bahwa umat Islam menjadi korban kekerasan di Sudan. Padahal, pelakunya sebenarnya sama-sama Islam.

Kedua, isu Sudan tengah menjadi sorotan dunia. Media massa memberikan isu Sudan secara masif. Di media sosial, hastag seperti AllEyesOnSudan menjadi langganan trending topic. Alhasil, kelompok ekstrem melihat popularitas isu Sudan ini sebagai sarana potensial untuk mengampanyekan jihad.

Realitas di lapangan tidak sesederhana yang dinarasikan oleh kaum radikal ekstrem. Konflik Sudan memiliki kompleksitas yang melibatkan banyak faksi dan kepentingan. Secara historis, negara itu memang dikenal memiliki sejarah panjang terkait konflik horisontal akibat perebutan kekuasaan politik. Kudeta telah menjadi fenomena yang lazim di negara tersebut. Sementara perang saudara kadung dinormalisasi.

Maka, umat Islam terutama generasi muda yang tengah menggelegak semangat membela agamanya jangan sampai terjebak pada fenomena jihad FoMO. Jihad karena ikut-ikutan tanpa tahu duduk persoalan yang sebenarnya. Jihad yang dibutukan saat ini bukan tiba-tiba berangkat ke Sudan. Namun, lebih ke memahami apa akar konflik di Sudan dan di wilayah lain sekaligus menjadi solusi jangka panjang yang sifatnya permanen.

Jihad yang dilandasi perilaku FoMO alias ikut-ikutan alias latah ini jelas berbahaya. Makna jihad menjadi terdistorsi dan terdegrasasi. Selain itu jihad FoMO juga rawan mendalangi aksi kekerasan acak yang menyasar siapa saja dan dimana saja. Jihad itu tindakan mulia dan suci yang buruh perencanaan matang, target yang jelas dan tujuan yang benar-benar sesuai ajaran agama. Bahkan FoMO karena ikut-ikutan yang tengah trending.

Ketika tren isu Suriah, muncul seruan jihad ke Suriah. Ketika isu Gaza panas, muncul ajakan jihad ke Palestina. Sekarang ketika isu Sudan menjadi trending topic di media massa dan media sosial, muncul ajakan jihad ke Sudan. Itulah fenomena jihad FoMO yang berbahaya bagi bangsa dan umat secara keseluruhan.

Jihad FoMO alias jihad yang didasarkan pada sikap latah dan ikut-ikutan itu cenderung bahaya bagi bangsa dan umat Islam secara keseluruhan. Di satu sisi, secara internal kebangsaan fenomena jihad FoMO ini tentu rawan menimbulkan ganguan keamanan dan stabilitas sosial. Setiap potensi teror pasti melahirkan kecemasan dan ketakutan di tengah publik.

Selain gangguan keamanan, fenomena jihad FoMO juga rentan memecah-belah bangsa. Sikap saling curiga atas perbedaan dalam menyikapi konflik yang melibatkan muslim di negara lain rawan menimbulkan ketegangan sosial dan permusuhan antarsesama anak bangsa.

Paling berbahaya adalah jika konflik yang terjadi di luar negeri itu berusaha diimpor ke dalam negeri melalui sejumlah narasi dan strategi. Importasi konflik adalah tindakan berbahaya lantaran dapat merobohkan bangsa dari dalam.

Sedangkan dari sisi eksternal, terkait umat Islam secara keseluruhan, fenomena jihad FoMO dapat mendistorsi kesucian ajaran Islam. Jihad FoMO rawan melahirkan persepsi bahwa Islam adalah agama pedang yang hanya mengenal kekerasan sebagai satu-satunya jalan menyelesaikan konflik dan persoalan.

Kompleksitas konflik Sudan harus dipahami melalui pendekatan geopolitik yang memadai. Umat Islam perlu melek sejarah dan paham wacana serta peta politik mutakhir. Umat Islam juga harus jeli membaca manuver kelompok ekstrem dalam menunggangi isu yang tengah menjadi sorotan global.

Seruan jihad yang mendompleng isu konflik di negara muslim, lalu dibingkai ke dalam narasi persaudaraan global, persatuan global, atau solidaritas global tidak lebih dari upaya mempropagandakan ideologi keagamaan radikal ekstrim yakni khilafah Islamiyyah.

Persaudaraan global dapat diwujudkan tanpa jalur kekerasan, apalagi teror. Jihad tidak lantas harus dimaknai sebagai tindakan perang fisik apalagi di negara lain. Menjadi muslim yang perlu sesamanya tidak harus diekspresikan dengan membenci saudara sebangsa yang berbeda pandangan. Menjadi ironis jika kepedulian terhadap bangsa lain justru membuat kita benci pada bangsa sendiri.

Sudah saatnya kita meredam segala propaganda jihad yang dimaknai kekerasan dan peperangan dengan mendompleng isu konflik negara lain. Kita harus mengembangkan pola pikir yang kritis. Saatnya kita memperkuat nasionalisme di tengah tarikan internasionalisme semu yang memecah belah bangsa dan umat.

Facebook Comments