Jihad Cerdas Kaum Perempuan

Jihad Cerdas Kaum Perempuan

- in Keagamaan
5372
0

Belum lama ini, terdapat trend baru jihad yang dikhususkan bagi perempuan, yakni jihad nikah. Doktrin itu memprovokasi kaum perempuan untuk terjun ke tempat-tempat perang demi memenuhi hasrat biologis para mujahid. Konon, perempuan yang merelakan dirinya disebut sebagai mujahidah yang dijanjikan surga. Alhasil, doktrin ini menyebabkan banyak perempuan yang hamil dan mengandung janin tanpa ayah. Sungguh ironis, mengapa kekerasan seksual pada perempuan dapat disamarkan dengan label jihad nikah?

Seperti halnya kaum lelaki, kaum perempuan juga ingin mengukir prestasi dengan berjihad. Hal ini tentu saja merupakan suatu cita-cita yang mulia. Pun begitu, jihad nikah nyatanya tidak pernah dan tidak akan mungkin diakui dalam Islam. Sebab, jihad nikah pada dasarnya sangat bertentangan dengan prinsip Islam rahmatan lil ‘alamin. Jihad nikah hanya akan memberikan penderitaan fisik dan psikologis bagi perempuan. Padahal, cita-cita Islam adalah memuliakan kaum perempuan.

Jihad seks hanya merupakan pintu bagi para pria untuk melampiaskan nafsu syahwat secara bebas dan tidak bertanggung jawab. Dalam paradigma psikologi, kondisi ini digambarkan dengan ketidakmampuan menyeimbangkan id, ego, dan super ego. Sikap ini sama sekali tidak mencerminkan kedewasaan, melainkan mencerminkan pola sikap bayi. Pertimbangan nafsu telah mengalahkan pertimbangan akal. Dampak jangka panjangnya, pelaku akan kehilangan sisi kemanusiaannya. Dan, hal ini sangat berlawanan dengan esensi ajaran Islam. Islam mengajarkan kasih sayang, mewujudkan keamanan, dan keharmonisan.

Perempuan sebagai calon madrasah utama bagi generasi masa depan seharusnya dilindungi, bukan sebaliknya. Islam sangat melindungi dan menaungi kaum perempuan. Sehingga, tidak mungkin seorang muslim taat yang shaleh dan smart akan memperlakukan perempuan secara nista. Dan, para mujahid sejati justru akan tegar membela kesucian muslimah, bukan justru sebaliknya. Maka, jika ada mujahid sejati, ia tidak akan tega merenggut kehormatan saudara muslimahnya sendiri.

Pada titik inilah, jihad yang menodai kaum muslimah dengan cara meminta perempuan untuk pergi ke medan perang dan memenuhi hawa nafsu pejuang bukanlah jihad yang sejati. Pastilah, jihad tersebut hanya merupakan kemasan yang berisi aksi yang tidak beradab. Rasulullah SAW merupakan teladan pemimpin yang sangat menjunjung tinggi kesucian dan kehormatan wanita. Bahkan, untuk membela kesucian dan martabat seorang muslimah, Rasulullah SAW tidak segan akan memerangi suatu kaum.

Suatu ketika, seorang muslimah diganggu oleh orang Yahudi dari Bani Qunaiqa di kios emas. Orang Yahudi yang berada di toko mulai menggoda dan melecehkannya. Klimaksnya, tukang emas, pemilik kios, mengikatkan ujung kain muslimah pada sebuah bangku. Dan, ketika perempuan muslim itu berdiri, tersingkaplah auratnya. Orang-orang Yahudi pun tertawa terbahak-bahak dan mencemooh. Seketika Muslimah itu berteriak sekeras-kerasnya dan meminta pertolongan. Rasulullah SAW pun segera mengumumkan perang terhadap Bani Qainuqa demi menjaga kemuliaan seorang perempuan.

Kisah ringkas ini dapat menjadi cermin betapa Islam sangat menjaga perempuan. Islam begitu memuliakan kaum perempuan dan berkukuh melindungi kehormatan mereka. Sehingga, mustahil Islam menganjurkan para muslimah untuk menjadi pelampiasan hawa nafsu bagi para pejuang. Tidak mungkin seorang muslim akan meninggalkan trauma psikologis dan beban sosial bagi saudaranya, para muslimah. Jika realitasnya seperti ini, lantas bagaimana seorang perempuan bisa berjihad? Apakah tidak ada jalan bagi perempuan untuk berjihad?

Jihad bagi kaum perempuan dapat ditempuh dengan mengupayakan ketahanan keluarga. Ringkasnya, perempuan harus berupaya untuk menjadi ibu atau pun calon ibu yang baik. Perempuan juga harus mematuhi suami sepanjang tidak berlawanan dengan prinsip agama. Dan, syarat penting untuk berjihad bagi perempuan adalah menjaga kesucian dirinya. Selain itu, perempuan juga dapat berjihad dengan cara menerapkan dasar-dasar parenting (pengasuhan) yang ramah terhadap anak. Sejak kecil, anak-anak harus mendapatkan siraman kasih sayang agar tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara mental, pandai mereproduksi sikap kasih sayang dan toleransi, serta jauh dari perilaku yang menyakiti sesama.

Praktis, kaum perempuan sudah memiliki ladang jihad yang istimewa. Oleh karena itu, memanfaatkan ladang untuk hasil terbaik merupakan suatu hal yang sangat perlu untuk dilakukan. Perempuan muslim harus cerdas menyikapi isu-isu provokatif terkini mengenai jihad kaum perempuan. Jangan sampai, ketidaktahuan menjadi pintu untuk menjadi korban oknum kelompok radikal yang mengatasnamakan agama. Perempuan adalah generasi utama yang akan mencetak anak bangsa, maka perempuan harus pandai menjaga diri, menjaga ketahanan keluarga, dan menjaga keharmonisan di sekitarnya. Mari, tegakkan komitmen kaum perempuan untuk berjihad (dengan) cerdas!

Facebook Comments