Syawal, Bulan Peningkatan Perdamaian dan Cinta Kasih

Syawal, Bulan Peningkatan Perdamaian dan Cinta Kasih

- in Narasi
1426
0

Bulan syawal kembali menyapa umat Islam di seluruh dunia dengan suasana damai Idul Fitri. Sayangnya, di Indonesia kedamaian tersebut terkoyak oleh aksi brutal dan tidak manusiawi. Baru-baru ini, anggota Brimob diserang oleh orang yang tidak dikenal di masjid Falatehan, Jl Sunan Kali Jaga, Jakarta Selatan. Lokasi persisnya di dekat Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta Selatan atau tak jauh dari Markas Besar Polri. Anggota Brimob tersebut diserang sesudah menunaikan shalat Isya’.

Sungguh peristiwa tersebut menjadi pemandangan memilukan, sekaligus menyimpan kegetiran. Bahwa aksi teror masih saja melanda negri ini. Bukan hanya aksi bom saja, melainkan penyerangan dan pembunuhan. Kejahatan dan teror rupanya terus menemukan ruang untuk tumbuh dan berkembang. Ini artinya, upaya pemberantasan terorisme dan kejahatan kemanusiaan masih menjadi tanggung jawab yang belum selesai.

Syawal bulan peningkatan

Hadirnya bulan syawal dengan semangat Idul Fitri semestinya melebur segala ego kebencian, bukan malah melahirkan teror memilukan. Sesuai dengan namanya, “syawal” yang dalam kamus Al-Munawwir maknanya adalah naik, terangkat, semestinya bulan ini menjadi bulan peningkatan. Apa yang ditingkatkan? Salah satunya adalah meningkatnya persaudaraan dan kasih sayang. Ya, persaudaraan sesama umat Islam harus ditanam kembali dan dipupuk agar semakin lestari. Bahkan persaudaraan kebangsaan dimana seluruh elemen bangsa bersatu padu, harus menjadi tujuan bersama.

Apalagi, bangsa ini berisikan komponen dengan tingkat keragaman yang luar biasa, baik itu suku, bahasa, agama, warna kulit, budaya, dan unsur lainnya. Jika semuanya saling menyadari untuk bersama-sama meningkatkan persaudaraan, tentu bangsa ini akan berjalan pada rel perdamaian. Tidak ada sekat primordial yang membuat jurang pemisah satu sama lain. Semuanya melebur dalam semangat persaudaraan di bulan syawal ini.

Di sisi lain, syawal juga menjadi momentum agar manusia kembali kepada fitrah. Apa makna fitrah?Pertama, merujuk kepada Quraish Shihab yang menjelaskan bahwa dari segi bahasa, kata fithrah terambil dari akar kata al-fathr yang berarti belahan dan dari makna ini lahir makna-makna lain antara lain “penciptaan” atau “kejadian”. Dalam Al-Quran kata ini dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak dua puluh delapan kali, empat belas diantaranya dalam konteks uraian tentang bumi dan atau langit. Sisanya dalam konteks penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah manusia. Dengan demikian, makna fitrah berarti bahwa manusia sejak asal kejadiannya, membawa potensi beragama yang lurus, dan dipahami oleh para ulama sebagai tauhid.

Bertolak dari makna fitrah sebagaimana yang disampaikan Quraish Shihab diatas, maka kembali kepada fitrah artinya kembali kepada ajaran yang lurus. Maka, momentum syawal adalah waktu yang tepat untuk menapaki kembali ajaran Islam yang benar. Kebenaran Islam tentu diukur dengan kebaikan, sebagaimana Islam sendiri artinya adalah perdamaian. Karena itu, sungguh telah melenceng dari Islam mereka-mereka yang menggunakan kekerasan, teror, bahkan pembunuhan kepada orang yang tidak berdosa dengan mengatas namakan Islam. Mereka ini merupakan orang-orang yang tidak mendapatkan hikmah bulan syawal, yakni kembali kepada ajaran yang lurus.

Kedua, makna fitrah berarti bersih dan suci. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah yang menjelaskan bahwa lima macam dalam kategori kesucian (fitrah), yaitu berkhitan, memotong rambut, mencukur kumis, menghilangkan kuku, dan mencabut bulu ketiak. Dari makna ini, didapati kesimpulan bahwa kembali kepada fitrah artinya kembali kepada kesucian. Dari sini sudah jelas, bahwa suci merupakan pangkal tujuan yang dicari. Maka, apakah orang-orang yang menggunakan teror, kekerasan, dan pembunuhan dapat dikatakan kembali kepada kesucian? Sungguh, sangat jauh maknanya bukan?

Karena itu, seorang muslim yang menjaga fitrahnya, yakni menjaga kesuciannya, tentu ia senantiasa memancarkan kebaikan dan kedamaian baik dari tutur kata maupun sikapnya. Muslim bukanlah ia yang dengan mudah menyakiti orang lain. Muslim ialah mereka yang meniru Rasulullah saw yang penuh cinta kasih kepada umatnya.

Maka, momentum bulan syawal harus menjadi wadah bagi umat Islam agar kembali kepada ajaran Islam yang benar yakni Islam yang menebar kebaikan, dan juga menjaga kesucian dirinya dari segala tindak kejahatan. Pada muaranya, momentum bulan syawal diharapkan mampu merajut persaudaraan kebangsaan agar semakin kuat.

Facebook Comments