Lebih Kaya Dari Tuhan

Lebih Kaya Dari Tuhan

- in Narasi
7502
2

Anda boleh saja menganggap Panjul sudah kelewatan sombongnya kali ini, sepanjang hari tak ada hentinya ia sunggingkan senyum di bibirnya itu. Perasaan bahagia meluap-luap dalam dirinya. Padahal untuk orang seperti dirinya, yang belum pasti dapat mengisi perutnya dengan makanan sebanyak dua kali dalam sehari, perasaan bahagia tentu hal yang sangat sulit untuk didapat. Bukankah hal ini sudah menjadi hal yang lumrah, orang yang memiliki banyak harta selalu identik dengan orang yang hidup dengan bahagia? Kalau anda masih berfikir begitu, itu tandanya kalau anda belum mengenal Panjul!

Ia adalah orang yang mampu merubah anggapan di atas dalam skala seratus delapun puluh derajat! Panjul adalah bukti nyata betapa orang yang miskin sekalipun mempunyai kesempatan untuk bahagia, sama halnya dengan seorang kaya. Namun bukan Panjul namanya kalau tidak mengisi otaknya dengan hal-hal yanganeh(saya juga kurang terlalu ngerti apa arti aneh ini…). suatu ketika, selepas melaksanakan sholat sunnah duha, Panjul menengadahkan tangannya untuk berdoa. Awalnya, ia terlihat sangat khusyuk kala berdoa. Kepalanya tertunduk layaknya orang yang memang benar-benar memasrahkan dirinya hanya untuk Tuhan. Sesekali bibirnya komat-kamit menyampaikan unek-uneknya kepada Tuhan. Anda jangan beranggapan kalau Panjul ini selalu berdoa dengan menggunakan bahasa Arab.

“Tuhan itu maha tau, jadi biarpun saya berdoa menggunakan bahasa Indonesia, Tuhan juga tahu maksudnya” demikian kata Panjul saat salah seorang tetangganya menegur dirinya karena memimpin doa di masjid dekat rumahnya dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Antum ini gimana, berdoakokpake bahasa Indonesia? Bid’ah itu!” diprotes demikian, Panjul hanya tersenyum saja. Ia menghargai keyakinan orang lain, meski dalam hati ia kurangsregjuga. Ia hanya tidak mau ambil pusing dengan orang-orang yang belum bisa freedengan agamanya, biarin saja.Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. pusing kebanyakan omong, enaknya di timpuk batu!Hehe..

Dalam doanya kali ini, kembali ia menggunakan bahasa Indonesia. Bukannya ia tidak mengetahui keunggulan bahasa Arab, namun hal ini ia lakukan sebab ia menolak untuk menjadi orang Islam yang lupa akan budaya dimana ia berasal. “Lha wong saya ini orang Indonesia. jadi, meskipun saya beragama Islam, tapi saya tetap orang Indonesia, Bukan orang Arab! Menjadi orang Indonesia sekaligus menjadi seorang Muslim yang baik juga bisa kok!”

Facebook Comments