Lebih Kaya Dari Tuhan

Lebih Kaya Dari Tuhan

- in Narasi
7394
2

Mendapati orang yang masih bangga dengan identitas kebangsaannya ditengah kencangnya gempuran budaya luar seperti Panjul sangat sulit rasanya untuk ditemukan saat ini, sebab banyak kini orang yang beranggapan bahwa menjadi seorang Muslim sama dengan menjadi orang Arab. Saat berbicara, menggunakan banyak kosa kata Arab untuk dicampur dengan bahasa asli mereka. Mode berpakaianpun disama-samakan dengan orang-orang Arab pula, meskipun kita sebenarnya juga kurang tau, Arab yang bagian mana?Lha wongdisana juga banyak diskotik.

Dalam artian bahwa Arab bukanlah satu-satunya bentuk ideal untuk Islam. Meskipun Islam tumbuh dan berkembang di negeri gurun pasir itu, tetapi bukan berarti Islam harus selalu berkiblat ke sana. Sebab Islam sangat menghargai kebudayaan lokal. Bangga dan tidak lupa diri terhadap identitas kebangsaan yang dimiliki merupakan juga bentuk pelaksanaan fitrah Allah, bukankah Ia memang menciptakan manusia dalam keadaan yang berbeda-beda dan berbangsa-bangsa? Hal ini ada loh di Al Qur”an, tuh di surat Al Hujurat; 13. Chek deh…

Panjul kini bersiap untuk berangkat menjalankan tugasnya sebagai seorang guru bantu di sebuah SMA swasta yang terletak lumayan jauh dari rumahnya. Sepanjang perjalanan menuju sekolah yang beberapa bagian gedungnya sudah mulai rusak ini, senyum bahagia itu tak kunjung lepas dari sepasang bibirnya yang hitam legam akibat seringnya asap rokok yang keluar masuk melewati daging bibirnya itu. Yah, Panjul memang perokoknumero uno!! Katanya sih, dia sebenarnya benci dengan rokok, bahkan kalau bisa, dia mau bakar semua pabrik rokok di dunia ini! ah lebay…. Tapi hal itu tidak mungkin bisa dilakukannya. Makanya dia memutuskan untuk membakar pabrik rokok itu dengan cara pelan-pelan. yang dibakar bukan pabriknya, tapi rokoknya dulu. Ia bakar rokok itu satu-persatu, nanti kalau sebungkus sudah habis, ya beli lagi, Begitu seterusnya!

Sesampainya di sekolah, senyum manis itu masih setia nempel di bibirnya. Hingga salah seorang dari teman mengajarnya menghampiri, “Assalamualaikumakhi,antum terlihat bahagia sekali hari ini, sudah mendapat hidayah kah dari Allah SWT?” mendapat pertanyaan sinis begini, ia menjawab tak kalah sinisnya juga,

“Jangan ngomong hidayah pagi-pagi begini, males aku. Dia udah ga pernah menang lagi kalau maen bulu tangkis sekarang”

“Hah, Hidayah main bulu tangkis? Apa maksudantum?” kejar orang ini tak mengerti dengan bergaya Arabgitu deh…

“Ah, kamu sih, ga pernah baca Koran. Itu loh, si Taufik Hidayah!”

“Astaugfirullah, itu bukan Taufik hidayah, tapi Taufik Hidayat!!!”

“Huf, dasar payah. Kamu kalau mau jadi orang Arab jangan tanggung-tanggung dong!”

“Masyaallah,anasemakin tidak mengerti”

“Gimana sih, menurut aturan bahasa Arab tuh, yang bener kan Hidayah, bukan hidayat”

“Ha,ha,ha,ha.Anapaham sekarang,antummemang pintar” orang ini tampak senang kini, meskipun dua orang ini sering terlibat dalam aksi saling mengejek, namun sebenarnya mereka ini teman akrab, sering bepergian bareng. Nempel terus…… kayak belek!

Facebook Comments