Agar Hoax Tidak Berumur Panjang

Agar Hoax Tidak Berumur Panjang

- in Budaya
3365
2

Peredaran berita hoax tentu sangat meresahkan, terutama karena muatan pada berita-berita hoax sangat bertentangan dengan kebenaran. Meski belakangan jumlah penyebarannya mulai menurun, namun hal tersebut tidak lantas berarti bahwa berita hoax telah benar-benar hilang dari peredaran. Pada momen-momen tertentu, berita-berita berisi kebencian dan hasutan bisa muncul kembali dan menghantui masyarakat kita.

Berita hoax memang sengaja dibuat untuk menyesatkan persepsi orang yang menerima informasi. Tujuannya bisa bermacam-macam, mulai dari sekadar bermain-main untuk iseng ke orang, hingga secara serius dimaksudkan untuk melakukan penyesatan informasi publik. Salah satu hoax terkenal yang bertujuan menjahili orang adalah liputan tentang pohon spageti yang disiarkan BBC pada tahun 1957.

Saat itu dalam rangka memperingati April Mop, BBC melalui program Panorama menjahili pemirsanya dengan meyiarkan video berdurasi sekira tiga menit yang menunjukkan beberapa orang tengah asik memanen spageti dari pohon. Tayangan ini tentu saja mendapat respon luar biasa dari para pemirsanya, mungkin mereka mengira bahwa telah ditemukan sebuah tekhnologi yang dapat membantu manusia untuk menanam spageti.

Pihak BBC sendiri melaporkan bahwa mereka menerima telepon masuk dalam jumlah yang sangat besar, para pemirsa penasaran dan meminta info cara membudidayakan pohon spageti. Dalam konteks ini, ‘kebohongan’ yang ditampilkan semata ditujukan untuk hiburan, terlebih di Amerika dikenal perayaan April Mop, dimana semua orang ‘bebas’ berbuat jahil kepada orang lain dengan tujuan untuk bersenang-senang.

Saya tentu tidak khawatir dengan ‘tipe’ hoax di atas, yang saya kahwatirkan adalah hoax yang bertujuan untuk menyesatkan informasi public, tidak ditujukan untuk bersenang-senang, tetapi sengaja membuat publik resah dan kebingungan. Contoh terbaru dari kasus hoax bisa dilihat pada kasus terkait buku “Program Pelajar Jakarta Berkarakter”. Buku ini diterbitkan oleh Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan Yayasan Al Kahfi untuk penulisannya.

Kasus buku ini ramai dibicarakan dimedia sosial, banyak netizen yang menghujat pemprov DKI karena mengira bahwa buku tersebut menyesatkan masyarakat. Apa sebabnya? Tidak lain, tidak bukan, hoax. Sebelumnya memang telah beredar foto-foto yang menunjukkan beberapa lembar dari buku tersebut yang ‘kebetulan’ berisi hal-hal kontroversial. Menjadi kontroversial karena foto yang asal ambil tersebut disebarkan tanpa disertai dengan penjelasan konteksnya. Hal ini menggiring para netizen untuk menyimpulkan bahwa memang ada yang tidak beres dari isi buku tersebut. Isu ini memaksa Pemprov DKI dan Yayasan Al Kahfi melakukan klarifikasi kepada media massa.

Kasus di atas merupakan bukti nyata betapa hoax benar-benar menyesatkan informasi, jika terus dibiarkan, hal ini tentu dapat memicu konflik yang berkepanjangan, sebuah konflik yang seharusnya tidak perlu terjadi andai masyarakat mendapat informasi yang benar. Karenanya hoax harus segera disikapi secara tegas dan tuntas, apalagi kebanyakan masyarakat kita masih belum terbiasa kritis terhadap informasi.

Dalam konteks tersebut, hoax adalah kejahatan. Ia menghalangi hak asasi masyarakat untuk mendapat informasi yang benar. Kejahatan hoax hanya akan berkurang kalau benar-benar dihentikan, dan kita dapat terlibat aktif dalam upaya penghentian peredaran berita penuh kebohogan tersebut.

Terdapat setidaknya empat hal yang bisa kita lakukan untuk menghentikan penyebaran hoax. Pertama, kritis dalam menyerap informasi. Jangan pernah mengira bahwa informasi yang kita terima adalah sebuah kebenaran baku, karenanya informasi tersebut perlu untuk selalu dikritisi. Kedua, rajin mencari berita pembanding dari media lain yang lebih kredibel. Hal ini penting untuk dilakukan karena kebanyakan berita hoax berasal dari media yang belum jelas kredibilitasnya. Sehingga perlu kiranya bagi kita untuk mencari informasi pembanding dari media lain yang lebih bisa dipercaya untuk menyaring informasinya.

Ketiga, pastikan bahwa kita hanya membagi (share) berita atau informasi yang sudah jelas kebenarannya (valid). Jika diperlukan, sertakan pula konteks beritanya disaat membagikan, sehingga orang lain tidak salah paham dengan maksud yang sebenarnya.

Facebook Comments