Aktualisasi Etos Kepahlawanan Sepanjang Masa

Aktualisasi Etos Kepahlawanan Sepanjang Masa

- in Narasi
1383
0
Aktualisasi Etos Kepahlawanan Sepanjang Masa

Saban tanggal 10 November kita memperingari Hari Pahlawan. Peringatan itu mengacu pada momentum peristiwa pertempuran Surabaya yang terjadi pada tahun 1945. Kala itu, rakyat Surabaya bersama para pejuang kemerdekaan RI bertempur habis-habisan selama tiga hari melawan tentara Inggris. Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Di tahun 2020 ini, peringatan Hari Pahlawan mengusung tema “Pahlawan Sepanjang Masa”. Tema ini mengandung filosofi bahwa kepahlawanan ialah etos yang senantiasa bertransformasi secara makna.

Di masa lalu, kepahlawanan identik dengan perjuangan melawan kolonialisme, penjajahan dan penindasan, baik melalui perjuangan fisik (perang) maupun perjuangan non-fisik (diplomasi, negosiasi dan sejenisnya). Di masa sekarang, kepahlawanan memiliki cakupan makna yang lebih luas, yakni sosok yang ideal menjadi panutan, dan dapat menjadi motor penggerak perubahan serta mampu memberi sumbangsih positif dalam berbagai dimensi, mulai dari ekonomi, politik, sosial-budaya, seni, pariwisata, dalam lingkup lokal maupun global.

Dalam tafsiran yang demikian itu, memperingati Hari Pahlawan pada dasarnya ialah upaya merawat etos kepahlawanan yang diwariskan oleh generasi pendahulu. Peringatan Hari Pahlawan tidak dimaksudkan untuk mengobarkan semangat heroisme belaka. Lebih dari itu, peringatan Hari Pahlawan merupakan bagian dari semangat merawat nilai dan prinsip yang telah dipraktikkan oleh para pahlawan kemerdekaan di masa lalu. Maka dari itu, peringatan Hari Pahlawan idealnya tidak hanya berhenti pada selebrasi dan seremoni saja. Masa pandemi yang mengharuskan kita mengurangi aktivitas berkerumun ini kiranya bisa menjadi momentum untuk merenungi kembali makna Hari Pahlawan.

Tantangan Kebangsaan di Era Kontemporer

Generasi saat ini tentu memiliki pergulatan fisik dan batin yang berbeda dengan generasi era revolusi kemerdekaan. Di era revolusi kemerdekaan, para pejuang menghadapi musuh nyata yang tampak secara fisik. Mereka melawan penjajahan dari berbagai pendekatan. Dalam bukunya Nasionalisme dan Revolusi Indonesia, George McTurin Kahin menjelaskan bahwa gerakan revolusi kemerdekaan dapat diklasifikasikan ke dalam dua pendekatan. Pertama, pendekatan non-kooperatif, yakni usaha merebut kemerdekaan bangsa dari penjajah dengan jalan berperang secara fisik melawan kolonialisme. Kedua, pendekaatan kooperatif, yakni usaha untuk memerdekaan diri melalui jalur-jalur komunikasi non-kekerasan (perang) mulai dari negosiasi dengan kaum kolonial sampai menggalan solidaritas internasional melalui jalur diplomasi bawah tanah. Kedua pendekatan itu menurut Kahin memiliki andil sama besar dalam mewujudkan kemerdekaan RI.

Kini, anak bangsa yang hidup di zaman sekarang menghadapi tantangan yang jauh lebih kompleks dari kolonialisme klasik tersebut. Di masa sekarang, ketika perkembangan dunia telah sampai pada fase puncak dari modernitas, tantangan kita sebagai bagian dari komunitas global pun tidak bisa dianggap ringan. Isu-isu seputar ekonomi, politik, sosial-budaya, hingga isu agama kerap menghadirkan problem serius yang jika tidak segera ditangani akan berdampak pada ketahanan bangsa dan negara. Di titik inilah, aktualisasi etos kepahlawanan perlu kita rawat tidak hanya untuk saat ini, namun untuk sepanjang masa.

Jika kita menengok ke belakang, terutama dalam konteks perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, kita bisa menarik setidaknya tiga nilai utama yang menjadi pilar utama etos kepahlawanan. Pertama, nilai sensitifitas alias kepekaaan dalam melihat penderitaan rakyat akibat penjajahan bangsa asing. Dimensi kepekaan inilah yang menjadi modal awal munculnya pergerakan nasioal mewujudkan revolusi kemerdekaan. Kedua, komitmen pada keadilan sosial yang terusik akibat adanya ketimpangan yang terjadi di era penjajahan, dimana masyarakat dibedakan menurut kasta sosial dan latar belakangnya. Komitmen pada keadilan inilah yang mengobarkan semangat para pahlawan untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

Ketiga, spirit berani berkorban demi kepentingan bangsa yang lebih besar dengan mengesampingkan kepentingan golongan dan individu. Seperti kita tahu, kemerdekaan yang kita nikmati saat ini bukanlah barang gratisan yang didapatkan tanpa usaha. Sebaliknya, kemerdekaan ini harus kita tebus dengan ongkos yang mahal berupa harta, benda bahkan nyawa manusia. Tiga nilai dan prinsip etos kepahlawanan inilah yang idealnya harus kita rawat dan aktualisasikan sepanjang masa. Terlebih di masa sekarang, ketika etos kepahlawanan menjadi barang mahal dan langka di negeri ini.

Meneladani dan Mengaktualisasikan Etos Kepahlawanan

Dalam beberapa tahun terakhir, bangsa Indonesia seolah tengah mengalami krisis kepahlawanan. Tersebab, sebagian besar masyarakat lebih memetingkan ego pribadi dan golongan ketimbang kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar. Di level para elite, kita dijangkiti semacam krisis kepemimpinan dan keteladanan. Di level akar rumput, kita mengalami krisis kemanusiaan akut yang ditandai dengan menguatnya individualisme, pragmatisme dan fanatisme berlatar isu agama dan politik. Benang kusut persoalan yang diakibatkan oleh krisis multidimensi ini kiranya bisa diurai dengan mengaktualisasikan kembali etos kepahlawanan yang telah diwariskan pada pendahulu kita.

Tiga pilar penting etos kepahlawanan, yakni aspek sensitifitas, komitmen pada keadilan serta kesediaan untuk berkorban kiranya harus kita kembangkan lagi dalam konteks kekinian. Karut marut persoalan kebangsaan dan kenegaraan ini kiranya bisa kita selesaikan apabila semua komponen bangsa mau meneladani etos kepahlawanan tersebut. Di level elite, para pemimpin (eksekutif, yudikatif dan legislatif) dari pusat hingga daerah idealnya mampu mengaktualisasikan etos kepahlawanan dengan mengejawantahkan nilai kepedulian, keadilan dan pengorbanan. Hari ini, kita jelas membutuhkan para pemimpin yang peduli pada rakyat, bersikap adil dalam membuat kebijakan dan berani berkorban demi kebenaran.

Di saat yang sama, masyarakat juga diwajibkan untuk senantiasa mengaktualisasikan etos kepahlawanan dalam kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara. Masyarakat perlu menumbuhkan sikap peduli sekaligus mengikis sikap individualis, pragmatis dan fanatis yang selama ini menjadi penghalang kita untuk menciptakan relasi sosial yang harmonis dan egaliter. Kepedulian sangat diperlukan terutama di tengah pandemi berkepanjangan yang diwarnai oleh berbagai problem sosial ini. Bersikap adil juga harus kita kembangkan agar kita mampu melihat semua isu dan persoalan secara proporsional dan tidak ekstrem. Terakhir, keberanian berkorban mutlak diperlukan masyarakat agar seluruh keruwetan bangsa ini bisa kita urai secara bersama-sama. Arkian, mari kita peringati Hari Pahlawan dengan meneladani dan mengaktualisasikan etos kepahlawanan sepanjang masa.

Facebook Comments