Rabu, 31 Desember, 2025
Informasi Damai
Archives by: Imam Santoso

Imam Santoso

0 comments

Imam Santoso Posts

Teror Pembakaran Al-Quran, Bagaimana Menyikapinya?

Teror Pembakaran Al-Quran, Bagaimana Menyikapinya?
Faktual
Lagi, pembakaran al-Quran kembali terjadi di masjid terbesar di Stockholm ibukota Swedia pada rabu siang (28/6/2023) waktu setempat. Lebih tragisnya, waktu pembakaran bertepatan ketika umat muslim di seluruh dunia sedang merayakan hari raya Idul Adha, pada Kamis (29/6) kemarin.Terlihat seorang pria di Swedia bernama Salwan Momika (37) melakukan pelecehan dan pembakaran kitab suci al-Quran tepat di depan Medborgarplasten. Dengan alasan yang sama seperti politikus Rasmus Paludan, yang sudah melakukan aksi ...
Read more 0

Warung Buka di Bulan Ramadan dan Logika Menghormati Orang yang Berpuasa

Warung Buka di Bulan Ramadan dan Logika Menghormati Orang yang Berpuasa
Narasi
Mungkin selama ini kita tidak asing dengan fenomena penutupan warung secara paksa atau dikenal dengan istilah sweeping yang di lakukan oleh individua tau kelompok saat pelaksanaan puasa bulan Ramadan. Alasan yang sering dan selalu mereka lontarkan tak lain adalah agar mereka menghormati bulan puasa dan umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Fenomena ini merupakan cerminan sikap egois dan kekanak-kanakan dalam beragama. Anak kecil selalu ingin minta diperhatikan, tetapi tidak ...
Read more 0

Filosofi Puasa dan Keterampilan Mengendalikan Diri

Filosofi Puasa dan Keterampilan Mengendalikan Diri
Narasi
Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk merefleksikan, mengevaluasi diri serta melatih diri untuk menemukan jati diri yang kuat. Melalui ibadah puasa, umat Islam menahan diri sejenak untuk tidak melakukan aktifitas sebagaimana biasanya. Proses menahan diri ini menjadi kunci dari ibadah puasa. Allah menjadikan dan mewajibkan puasa kepada semua manusia yang beriman, sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum mereka agar mereka menjadi orang yang bertakwa. Bukan hanya berlaku untuk agama Islam saja, ...
Read more 0

Politik Gaya Khawarij : Membela Agama Kedok Halus Politisasi Agama

Politik Gaya Khawarij : Membela Agama Kedok Halus Politisasi Agama
Narasi
Politik identitas bukanlah hal baru di Indonesia. Sebut saja, dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada 2019 lalu juga terendus banyaknya praktek politik identitas sebagai lanjutan success story dari kontestasi politik di Pilgub DKI. Isu penistaan agama terus digoreng secara massif oleh kelompok tertentu dengan target kepentingan politik. Tidak murnia persoalan membela agama, tetapi memang dikapitalisasi untuk kepentingan politik. Membela agama terkadang menjadi kedok dalam permainan narasi politisasi agama atau ...
Read more 0

Ekspansi Wahabi dan Potensi Konflik di Tengah Masyarakat

Ekspansi Wahabi dan Potensi Konflik di Tengah Masyarakat
Narasi
Wahabi merupakan sebuah paham atau aliran dalam Islam yang disematkan kepada pengikut Muhammad bin Abdullah Wahab. Ia merupakan salah satu ulama berpengaruh yang hidup di abad-12 H. Ia menorehkan sejarah baru dalam pemikiran Islam dengan karakter puritan-konservatif. Slogan kembali pada Al-Quran dan Hadist menjadi diktum memukau yang menandai pembaharuan sekaligus kemunduran. Sejak kemunculannya, pandangan yang dimiliki oleh Ibnu Abdul Wahab telah banyak mengandung kontroversial dan mengundang banyak kritikan bahkan hujatan ...
Read more 0

Mengutuk Aksi Pembakaran Al-Quran dan Membuang Benalu Dialog Islam-Barat

Mengutuk Aksi Pembakaran Al-Quran dan Membuang Benalu Dialog Islam-Barat
Faktual
Tak hentinya, dunia Barat membuat heboh dengan pelecehan terhadap identitas dan simbol yang sakral dalam Islam. Setelah sebelumnya peredaran kartun dan karikatur Nabi Muhammad, kali ini aksi pembakaran al-Quran kembali terjadi di Eropa. Tak ayal, aksi ini pun telah membakar dan menyulut emosi umat muslim di seluruh dunia. Pembakaran kali ini memang dilandaskan pada islamofobia akut. Pelakunya adalah seorang ekstremis Denmark-Swedia Rasmus Paludan, yang memimpin gerakan Stram Kurs, atau Garis ...
Read more 0

Potret Penyebaran Ideologi Khilafah Tahun 2022: Sebuah Pembelajaran untuk Tahun 2023

Potret Penyebaran Ideologi Khilafah Tahun 2022: Sebuah Pembelajaran untuk Tahun 2023
Narasi
Masih ingatkah pada bulan Juni 2022 terjadi konvoi khilafatul muslimin yang menyerukan tegaknya khilafah. Ternyata, penyebaran ideologi khilafah pada tahun 2022 bisa terjadi di ruang public secara terbuka. Artinya, penyebaran ideologi yang bertentangan dengan Pancasila bisa dilakukan siapapun tanpa rasa takut di jalanan. Aksi ini sangat memperihatinkan karena masih ada kelompok yang secara berani ingin menegakkan dasar dan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Mereka tanpa rasa takut di ruang publik ...
Read more 0

Pesona Sepak Bola dan Sufisme Maroko dalam Melawan Ekstremisme

Pesona Sepak Bola dan Sufisme Maroko dalam Melawan Ekstremisme
Faktual
Perjuangan Maroko akan selalu menjadi kisah sejarah yang akan banyak dikenang dalam sejarah sepak bola dunia. Maroko mampu mengukir sejarah besar di Piala Dunia 2022 Qatar dengan secara mengejutkan masuk ke semifinal. Banyak kalangan tidak memperhitungkan. Namun, dengan mengalahkan Portugal di babak semifinal dengan skor 1-0, Maroko mencatat tinta baru sebagai Negara Islam pertama kali yang mampu melangkah ke babak semifinal. Selain fakta bahwa Maroko merupakan Negara Islam pertama yang ...
Read more 0

Menjawab Narasi: Kenapa Takut dengan Khilafah? Bukankah Khilafah Ajaran Islam ?

Menjawab Narasi: Kenapa Takut dengan Khilafah? Bukankah Khilafah Ajaran Islam ?
Keagamaan
Para pembela khilafah akan mengatakan dengan ringan, “kenapa takut dengan khilafah? Bukankah khilafah ajaran Islam yang ada dalam Qur’an dan Sunnah?”. Secara sederhana seorang muballigh muallaf yang dulunya dikenal sebagai juru bicara khilafah mengatakan dengan ringan: sederhananya, khilafah merujuk pada Qur’an dan sunnah, itulah khilafah. Kenapa harus takut? Jika ingin menjawab pertanyaan ringan di atas semestinya kita bisa balik bertanya: kenapa negara-negara Islam tidak memakai sistem dan ideologi khilafah sebagaimana ...
Read more 0

Mencegah Radikalisasi di Lingkungan Aparat Negara

Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan penangkapan dua oknum aparat polisi di Lampung oleh Densus 88. Pendalaman dan penyidikan masih terus ditindaklanjuti. Apa yang mengagetkan bahwa aparat penegak hukum pun tidak imun dari paham dan jaringan terorisme. Persoalan ini memang bukan kali pertama. Salah satu mantan teroris yang kita kenal dari aparat kepolisian, Sufyan Tsauri, adalah bagian dari proses radikalisasi yang terjadi di tubuh institusi ini. Sebelumnya juga telah banyak berita dan cerita aparat kepolisian yang terpapar paham radikal. Tidak hanya di Polri, TNI dan ASN pun telah dimasukin kelompok ini. Apa yang perlu dipahami bahwa radikalisme sejatinya tidak melulu tentang tindak kekerasan, namun juga mengarah kepada sikap intoleransi. Radikalisme merupakan fase awal yang menyebabkan seseorang bertindak kekerasan. Biasanya pemahaman ini dimulai dengan sikap intoleran yang mulai menggugat berbagai keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai sebuah kekayaan bangsa. Virus intoleransi dan radikal memang lebih sangat berbahaya ketika merasuki lingkungan kerja pemerintahan. Mereka yang dididik dengan wawasan kebangsaan dan bekerja untuk pemerintahan saja masih mudah terpengaruh paham radikal. Bahkan tidak hanya pemikiran, tetapi ada pula yang sudah bergabung dalam organisasi dan jaringan yang terlarang. Pemerintah memang telah mengantisipasi dengan menerbitkan Surat Edaran Bersama Menteri PANRB dan Kepala BKN Nomor 2 Tahun 2001 No. 2/SE/I/2021 yang diterbitkan pada 25 Januari 2021. Yang berbunyi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Tjahjo Kumolo, melarang Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) berhubungan maupun mendukung seluruh organisasi yang dilarang pemerintah seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dan Front Pembela Islam (FPI). Tindaklanjutnya, Kemenpan RB menyebutkan telah melakukan langkah pemecatan sekitar 30 sampai 40 ASN tiap bulan karena berbagai pelanggaran, di antaranya tersangkut radikalisme maupun yang tergabung dalam organisasi terlarang dan tidak mengakui Pancasila dan UUD 1945. Memang tidak mengherankan karena menurut hasil penelitian The Habibie Center, seperti yang disebut Direktur Program dan Riset Muhammad Hasan Ansori, pada 2017 menunjukkan setidaknya 30%-40% ASN di Indonesia telah terpapar paham radikal. Memang banyak hal yang perlu dibenahi dalam membentengi wawasan kebangsaan para aparat negara. Bayangkan mereka akan menjadi duri dalam sekam yang memanfaatkan anggaran negara sementara mereka bisa memilih tergabung dalam organisasi yang intoleran, menolak Pancasila, dan mendirikan khilafah atau negara Islam. Tidak sedikitnya aparat negara yang memilih untuk bergabung dalam organisasi tersebut harus mendapatkan perhatian. Pemerintah memang perlu sangat tegas dan tidak boleh main-main dalam urusan ideologi di lingkungannya. Tidak toleransi bagi mereka yang memilih mengabdi buat negeri untuk memiliki pandangan yang bertentangan dengan NKRI. Pembinaan ideologi sejatinya tidak hanya dimarakkan kepada masyarakat umum, tetapi aparat pemerintah sejatinya garda depan untuk dilakukan pembinaan yang masif. Namun, persoalannya pemerintah tidak boleh hanya fokus pada sangsi. Semakin banyak yang menerima sangsi bahkan pemecatan sejatinya bukan suatu keberhasilan, tetapi justru menjadi kemunduran. Fokus utama yang dilakukan adalah mencegah dan menyembuhkan. Pemerintah harus mempunyai strategis dari hulu hingga hilir yang bisa mencegah dan mengantisipasi radikalisasi di lingkungan aparat negara. Pemecatan sejatinya langkah terakhir jika memang sudah jelas terbukti memiliki afiliasi dengan organisasi terlarang. Tetapi langkah pemecatan juga harus dibarengi dengan pendampingan. Jika tidak timbulnya balas dendam dan benci terhadap negara akan menimbulkan persoalan. Dan bukan tidak mungkin, ini akan menjadi alasan kuat untuk terjerat dalam jaringan radikal terorisme. Pemerintah harus mempunyai formula tepat dalam menanggulangi radikalisasi di kalangan aparat negara. Bukan sekedar sangsi, tetapi ikhtiar pembinaan ideologi mutlak dilakukan. Setelah mereka berikrar dan sumpah setia terhadap NKRI, persoalan selanjutnya adalah menjaga wawasan kebangsaan ini tetap teguh. Jika tidak, mereka hanya menjadi duri dalam daging. Keberadaannya bisa menjadi benalu dan virus yang bisa mematikan. Tidak besar tetapi dapat menggangu roda perjalanan.
Faktual
Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan penangkapan dua oknum aparat polisi di Lampung oleh Densus 88. Pendalaman dan penyidikan masih terus ditindaklanjuti. Apa yang mengagetkan bahwa aparat penegak hukum pun tidak imun dari paham dan jaringan terorisme. Persoalan ini memang bukan kali pertama. Salah satu mantan teroris yang kita kenal dari aparat kepolisian, Sufyan Tsauri, adalah bagian dari proses radikalisasi yang terjadi di tubuh institusi ini. Sebelumnya juga telah ...
Read more 0