Bahayanya “Hibrida” Radikalisme dan Watak Premanisme

Bahayanya “Hibrida” Radikalisme dan Watak Premanisme

- in Narasi
1676
0

Ada beberapa cuplikan video perihal aktivitas para demonstran perihal penolakan UU Cipta Kerja yang saya pahami betul. Entah pada saat aksi, terjadi bentrok, hingga melakukan tindakan anarkis. Dari video itulah saya sempat berpikir sejenak. Bahwa benar, tujuan pertama yang mereka inginkan adalah menegakkan keadilan. Tetapi realitas di lapangan justru berbeda. Cita-cita itu tereliminasi oleh karakter kita yang terlalu angkuh, egois dan benarnya sendiri. Kebijaksanaan itu ternodai oleh tindakan-tindakan anarkis.

Bahkan ada yang berteriak “robohkan saja pintu itu” satu orang dengan suara yang lantang, tetapi semua menyulut tekad untuk merobohkan pintu gerbang gedung DPR yang dijaga ketat oleh aparat. Bahkan ada yang berinisiatif untuk membakar apa-pun yang ada di sekeliling mereka. Dengan nada yang sama, semua ingin ikut merusak dan membakar apa-pun yang ada dihadapinya. Hal ini memang berdampak kepada tipologi demokrasi kita yang akan selalu membangun kepekaan sosial. Tetapi terarah kepada resonansi kerusuhan dan kerusakan sosial itu sendiri.

Dinamika semacam ini tidak bisa menutup kemungkinan, akan terjadinya semacam fenomena “hibrida” yang akan mempertemukan watak premanisme para demonstran dengan pro-radikalisme yang secara kualitatif sama-sama memiliki potensi besar berbuat kehancuran dan kerusuhan. Karena potensi besar untuk memanfaatkan mereka para demonstran yang berwatak premanisme untuk keberhasilan capaian kelompok yang selalu menginginkan bangsa ini hancur. Ini sangat memungkinkan kurva anarkisme di dalam aktivitas demokrasi kita akan terus berjalan dan tidak akan terlepas terhadap sesuatu yang sifatnya premanisme. Karena selama ini, kelemahan besar yang mudah dimanfaatkan oleh kelompok yang memiliki niatan jahat kepada bangsa ini, adalah perihal kesadaran massa yang kadang egois, angkuh, benarnya sendiri dan bertindak tanpa nalar yang akan membentuk watak premanisme.

Maka bahaya yang akan melanda kita adalah fenomena hibrida. Penggabungan antara watak premanisme dengan radikalisme hingga menjadi satu. Maka terbentuklah kekuatan yang memiliki massa untuk menghancurkan bangsa ini. Sejalan dengan ungkapan “kita akan melawan bangsa sendiri” artinya, para kelompok yang ingin menghancurkan bangsa ini berusaha untuk menyingkronkan watak premanisme kita dengan paham radikalisme yang memang condong menyukai bangsa ini hancur.

Untuk itu, kesadaran di dalam meneriakkan dan memperjuangkan keadilan itu penting. Apalagi kita memiliki inisiatif untuk membangun bangsa anti korupsi. Membangun komunitas-komunitas yang juga berpartisipasi untuk menyampaikan aspirasi perihal ketidakadilan dan ketimpangan hukum misalnya. Hal ini perlu kita baca secara fungsional untuk menyingkronkan antara tindakan dan tujuan yang akan dilakukan.

Karena insting kejahatan, sifat kebinatangan dan sikap yang kadang kebablasan di luar akal sehat, selalu memungkinkan “Ide” tentang anarkisme itu lahir di tengah-tengah kerumunan massa. Seketika ada orang yang berteriak untuk melakukan hal-hal yang sifatnya merugikan. Seperti membakar, membobol pagar dan melakukan bentrok. Sehingga, semua mengamininya dan terjadilah kejahatan massal.

Untuk itu, perlu kita menghilangkan sikap angkuh, egois dan benarnya sendiri. Karena karakter yang semacam inilah yang memunculkan watak premanisme pada saat kita melakukan semacam ‘hajatan” demokrasi untuk menyalurkan aspirasi terkait memperjuangkan keadilan di negeri ini. Karena jangan sampai kelompok yang memiliki hajatan untuk menghancurkan bangsa ini masuk. Lalu melakukan semacam “Hibrida” pensikronan antara watak premanisme dan radikalisme yang akan relevan keduanya berpotensi mengancam stabilitas bangsa ini.

Facebook Comments