Pertikaian dan kekacauan yang diakibatkan ujaran kebencian di media sosial tak bisa dibiarkan. Di satu sisi, upaya penegakan hukum tetap harus dijalankan secara konsisten untuk menindak pembuat dan penyebar ujaran kebencian. Namun, tentu saja hal tersebut tidak cukup. Dibutuhkan langkah yang lebih mendasar untuk bisa memberantas perkembangan konten ujaran kebencian di dunia maya.
Hal tersebut di antaranya bisa dilakukan dengan menggerakkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat, terutama warganet yang aktif di dunia maya untuk terus menyebarkan konten-konten positif berisi pesan perdamaian. Kesadaran ini harus ditumbuhkan dengan terus menyuarakan pentingnya nilai-nilai persaudaraan antar sesama, yang disampaikan lewat komunikasi yang beretika dan beradab.
Bagi masyarakat yang selama ini tidak terpengaruh dampak negatif ujaran kebencian, mereka perlu didorong agar tergerak dan turut andil dalam upaya memberantas virus ujaran kebencian. Sebab, tidak semua orang memiliki kesadaran berperan serta menjadikan media sosial menjadi lebih damai. Banyak orang menggunakan media sosial sekadar untuk hiburan, menyebarkan aktivitas keseharian, hingga untuk bisnis atau berjualan, tanpa terlalu peduli dengan problem yang terjadi. Jika orang-orang tersebut bergerak bersama dan turut menyebarkan pesan perdamaian, bisa dibayangkan betapa besar dampak yang dirasakan di media sosial.
Kemudian, bagaimana dengan orang-orang yang selama ini telanjur terpapar virus kebencian dari penyebaran konten negatif di media sosial? Perlu ada refleksi khusus bagi orang-orang yang selama ini “terbiasa” dan menganggap wajar menyebarkan konten-konten negatif seperti ujaran kebencian di media sosial. Sebab, tak jarang orang-orang tersebut selama ini merasa melakukan sesuatu yang “benar” dan sedang memperjuangkan “kebenaran” versi mereka. Oleh karena itu, menyadarkan orang-orang yang sudah terpapar virus kebencian bukan hal mudah.
Baca juga :Media Sosial sebagai Taman Cinta
Bersihkan hati
Kebencian membahayakan ketika sudah bercokol dalam hati. Ia bisa tertanam karena rasa iri, dengki, dan juga pengaruh provokasi dan narasi kebencian yang didapatkan dari mana saja, termasuk media sosial. Konten kebencian di media sosial menanamkan kebencian dalam hati seseorang, sementara orang yang hatinya diliputi kebencian juga gampang menyebar ujaran kebencian. Jadi, ada hubungan timbal-balik dan saling memengaruhi antar keduanya, sehingga virus kebencian mudah menyebar dan meluas ke mana saja.
Kebencian menjadi salah satu penyakit hati yang sangat membahayakan, karena bisa mendorong orang melakukan kerusakan dan memantik perpecahan. Saking bahayanya kebencian, orang yang bisa membersihkan hatinya dari kebencian menempati posisi istimewa dalam Islam. Suatu kali, Rasulullah Saw berkata pada para sahabat bahwa seseorang pria yang sedang lewat adalah penghuni surga. Maka, seorang sahabat mencari tahu tentang pria tersebut dan menghabiskan waktu dengannya untuk mengetahui apa yang membuatnya mendapatkan pujian dari Rasulullah Saw.
Setelah mengamati dan menghabiskan waktu bersama, sahabat melihat bahwa pria tersebut nampak seperti pria Madinah pada umumnya. Saat sahabat bertanya apakah ia melakukan hal yang istimewa, pria tersebut menjawab, “Satu-satunya hal yang dapat saya pikirkan, selain apa yang dilakukan semua orang lainnya, adalah saya memastikan bahwa saya tidak pernah tidur dengan menyimpan rasa benci atau dendam di hati terhadap orang lain”. Kisah tersebut terdapat dalam buku Purification of the Heart karya Hamza Yusuf, terjemahan dan penjelasan dari kitab Muthharat Al-Qulub karya Imam Al-Mawlud.
Sebarkan cinta
Setelah menyadari pentingnya mengobati dan membersihkan hati kita dari virus kebencian, dari sana orang baru bisa mulai menanamkan dan menyemai benih-benih kasih sayang pada sesama. Pandangan dan pikiran yang mulanya selalu negatif dan penuh rasa curiga, pelan-pelan akan luruh berganti pandangan positif yang diwujudkan lewat sikap ramah, menebar kebaikan dan kasih sayang pada sesama.
Berubahan tersebut pun akan berpengaruh ketika beraktivitas di media sosial. Respon dalam menyikapi setiap konten pun akan berbeda, dari yang sebelumnya gampang terprovokasi ujaran kebencian, berganti menjadi lebih bijak, lebih kritis, hati-hati, dan lebih mengedepankan terciptanya keharmonisan dengan sesama. Dari sini, orang akan mulai menyadari pentingnya menjaga adab, etika, dan kedamaian di dunia maya. Hal ini ditunjukkan lewat berbagai aktivitas, mulai saat mem-posting status yang lebih sejuk dan damai, berkomentar dengan ramah dan beretika, serta membagikan konten-konten positif yang membawa kedamaian dan kebaikan bagi sesama.
Memberantas ujaran kebencian memang bukan hal gampang, terlebih ketika sudah menyebar di media sosial. Kebencian yang menyebar bukan sekadar apa-apa yang nampak, namun harus ditelusuri dari dalam, dari akarnya. Orang tak mungkin mudah menyebar konten negatif seperti ujaran kebencian, hoax, hingga fitnah, jika hatinya bersih dan pikirannya sehat. Orang-orang yang sudah telanjur terpengaruh virus kebencian, mesti belajar untuk berefleksi dan melakukan evaluasi diri. Dari sana, diharapkan problem ujaran kebencian bisa benar-benar teratasi.