Budaya Tabayun dalam Islam untuk Menangkal Hoax

Budaya Tabayun dalam Islam untuk Menangkal Hoax

- in Narasi
414
0
Budaya Tabayun dalam Islam untuk Menangkal Hoax

Saat ini semua orang banyak menyandarkan kehidupannya kepada media social. Dengan adanya media social, semua orang di penjuru dunia dapat bertukar informasi kepada sesame penggunanya.

Internet sebagai media online yang dapat terakses oleh siapa saja, membuat informasi didalamnya menjadi belum tentu kebenarannya. Banyak informasi didalamnya yang belum terverivikasi namun sudah cepat menyebar karena dinilai menjadi informasi yang sedang ramai di bicarakan.

Dalam hitungan detik, banyak peristiwa yang sedang trending dapat terpost dengan mudah. Kita sebagai salah satu penikmat media social, hendaknya mampu memilah-milah informasi mana yang bisa kita konsumsi dan mana yang tidak.

Karena, saat ini banyak orang menggunakan media social untuk menyebar kebencian, provokasi dan hoax. Hoax kini menjadi wilayah yang paling sensitif dikalangan isu politik dan juga agama. Hoax kini telah menopang konflik semu yang terjadi di Indonesia.

Hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Banyak kita jumpai di medsos menjadi ajang pertengkaran atasnama keyakinan yang terkesan subyektif dan bukan kebenaran yang sesungguhnya.

Hoax di Indonesia banyak di buat karena alasan politik. Salah satu contohnya, informasi yang menyebutkan bahwa jutaan pekerja asal China telah masuk ke Indonesia dan nantinya akan menggantikan tenaga-tenaga local.

Dengan penggodokan beritaini, banyak warga yang melayangkan protes besar-besaran di media social. Padahal, realitanya tidak demikian. Karena alasan inilah, banyak pihak yang menilai hoax hanya akan memicu sentiment demi mendongkrak elektabilitas politik.

Namun berita hoax ternyata tidak hanya menghinggapi era milenial saja. Dahulu, ketika nabi Adam berada di surge. Nabi Adam telah di bohongi oleh iblis agar memakan buah khuldi. Dan karena peristiwa itulah pada akhirnya, Nabi Adam dikeluarkan Allah dari Surga.

Kita perlu ingat, bagi setiap insan nantinya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah tentang berbagai hal yang diperbuatnya. Dengan menyebarkan berita hoax sudah jelas sangat bertentangan dengan ajaran Islam.

Dilihat dari segi jurnalistik, fakta yang menarik patut untuk di sebarkan sebagai berita, namun dalam pandangan Islam, sebuah berita mustinya harus mengindahkan etika dalam menyampaikan informasi, dan juga menghindari fitnah.

Berita hendaknya mempertimbangkan kemaslahatan bagi banyak orang. Informasi di dalamnya hendaknya berguna bagi banyak orang dan bermanfaat bagi khalayak luas. Seharusnya informasi tidak begitu saja digelontorkan seperti air mengalir dari sungai apa adanya.

Hoax di media sosial belakangan ini menimbulkan keprihatinan berbagai kalangan. Hoax seolah tengah memasuki fase euforia di dalam masyarakat seiring kemajuan teknologi. Dalam al-Quran sendiri, Allah telah memperingatkan umatnya untuk tidak gegabah dalam membenarkan sebuah berita yang bersumber dari orang fasik.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS al-Hujurat:6)

Ayat di atas menjelaskan tentang penegasan kepada umat Islam supaya berhati-hati dalam menerima laporan atau berita seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya. Hal ini baik dalam ranah persaksian maupun dalam periwayatan.

Dapat diartikan juga, sebagai seorang muslim kita dituntut agar lebih berhati-hati dalam menerima pemberitaan dari media manapun, terlebih media yang isinya sarat dengan muatan kebencian kepada pihak lain.

Islam telah memberikan solusi untuk menagkal berita hoax melalui konsep tabbayun. Konsep tabayyun memberikan sebuah arahan agar seseorang tidak mudah percaya atas apapun informasi yang menyebar dan sampai kepadanya tanpa menelusuri dengan sungguh-sungguh siapa dan dari mana sumber itu berasal.

Penelitian atas kebenaran berita adalah instrumen paling penting dalam memastikan kualitas berita atau informasi. Islam menekankan pentingnya riset yang valid, itulah yang disebut proses tabayyun sebagai mekanisme untuk menyelesaikan bencana komunikasi . Dengan menggunakan metode riset atau tabayyun ini diharapkan dapat mencegah terjadinya bencana komunikasi yang lebih luas lagi. Inilah mekanisme ilahi dalam menyelesaikan persoalan komunikasi dalam masyarakat manusia yang dinamis.

Facebook Comments