Ciri Haji Mabrur : Anti Hoaks, Fitnah dan Pro Kemanusiaan

Ciri Haji Mabrur : Anti Hoaks, Fitnah dan Pro Kemanusiaan

- in Narasi
1313
0
Ciri Haji Mabrur : Anti Hoaks, Fitnah dan Pro Kemanusiaan

Berbahagialah mereka yang sudah tuntas melaksanakan ibadah haji sebagai rukun Islam yang tidak semua umat Islam bisa mencicipinya. Hanya mereka yang mampu dan mendapatkan panggilan suci dari ilahi ke tanah suci yang bisa menikmati. Mereka adalah jamaah yang digembleng langsung dengan menapaki teladan Ibrahim, Ismail dan Baginda Rasulullah.

Saatnya jamaah haji kembali dari tanah suci ke tanar air. Selain kepuasan spiritual yang didapatkan di rumah Tuhan, jamaah haji mendambakan satu predikat penting. Ya, haji mabrur. Istilah yang disabdakan Nabi sebagai haji yang diterima dan berhak mendapatkan pahala surga.

Dalam hadist tertuang, Rasul SAW menegaskan bahwa balasan bagi haji mabrur adalah surga,“Dari sahabat Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda: “Umrah ke umrah merupakan kafarah (dosa) di antara keduanya. Sedangkan haji mabrur tiada balasan baginya kecuali surga” (HR Bukhari).

Janji surga dan ampunan itulah yang menggairahkan hati umat Islam, bukan sekedar menjalankan wisata religi ke tanah suci. Bagaimana memperoleh gelar yang tidak hanya panggilang “pak haji dan bu haji”, tetapi gelar dari Allah sebagai haji mabrur.
Cermin Mabrur dari Perilaku Pasca Haji

Setiap ibadah dalam Islam memiliki dimensi sosial berupa akhlak. Dimensi akhlak inilah yang menjadikan hikmah sekaligus ciri dari ibadah yang berhasil ditunaikan. Jika sekedar dimensi fikih, tentu sudah bisa menyelesaikan persoalan sah dan menghindari batal suatu ibadah. Terpenuhinya syarat dan rukun hanya menuntaskan keabsahan ibadah, tetapi belum cukup memberikan nilai diterima atau tidaknya sebuah ibadah.

Dimensi akhlak inilah yang membedakan antara ibadah yang berkualitas atau hanya sekedar memenuhi kauntitas. Shalat, misalnya, memiliki dimensi akhlak mencegah dari perilaku yang keji dan mungkar. Sudahkah shalat kita berdampak secara sosial?

Begitu pula dengan haji. Haji akan mendapatkan predikat diterima atau tidak bisa dinilai dari perilaku pasca haji. Cermin haji mabrur atau tidak adalah dilihat dari dimensi akhlak atau dampak sosial.

Dan ciri haji mabrur dapat dilihat dari pasca Haji. Apakah seorang yang datang dari tanah suci semakin menambahkan keimanan, keislaman dan keihsanan seseorang. Jika ia mampu merubah kearah kebaikan dari ibadah, kebaikan dan akhlak tentu ia telah mendapatkan hal yang indah dari tanah suci berupa pelajaran berharga mengunjungi rumah Tuhan.

Lalu apa ciri haji mabrur pasca haji?

Haji Mabrur : Duta Kemanusiaan dan Perdamaian

Rasulullah memberikan satu indikasi penting untuk predikat haji mabrur. Dari sahabat Jabir bin Abdillah ra, dari Rasulullah saw, ia bersabda, ‘Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga.’ Sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa (tanda) mabrurnya?’ Rasulullah saw menjawab, ‘Memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik,’ (HR Ahmad, At-Thabarani, Ibnu Khuzaimah, Al-Baihaqi, dan Al-Hakim).
Jika kita melihat hadist di atas mabrur merupakan predikat yang tercermin dari perilaku pasca Haji. Haji menempa kepekaan kepada seseorang. Timbul kepedulian untuk selalu berbagi kepada sesama. Haji yang telah menghabiskan banyak harta, berarti kemampuan untuk dirinya. Namun, selanjutnya apakah dia mampu untuk memanusiakan manusia dan menyenangkan orang lain?

Rasulullah memberikan contoh kecil memberikan makan kepada orang lain. Artinya, haji mabrur memiliki kepekaan dan kepedulian sosial. Beragama bukan hanya urusan dengan Tuhan, tetapi memiliki dimensi sosial-kemanusiaan. Itulah dimensi akhlak dari haji.

Ciri kedua haji mabrur adalah dimensi akhlak baik yang ditunjukkan dengan ucapan yang baik. Memberi kesenangan dengan ucapan merupakan salah satu ciri dari haji mabrur. Orang yang sudah berhaji berarti orang yang mampu mengontrol emosi dalam dirinya. Tidak mudah terpancing dengan melontarkan kata-kata kotor.

Haji mabrur akan menjauhi perkataan yang buruk termasuk menebar hoaks, menciptakan dan menebar fitnah, apalagi provokasi. Haji mengajarkan jamaahnya untuk bertanggungjawab memelihara keadaan sosial yang kondusif, rukun dan damai.

Jamaah haji yang berjumlah 229.000 orang dari Indonesia yang datang dari tanah suci adalah duta kemanusiaan dan duta perdamaian. Merekalah para duta kemanusiaan dan perdamaian yang akan memberikan dampak sosial ke tanah air.

Facebook Comments