Hanan Attaki “Login” ke NU; Simbol Kemenangan Gerakan Moderasi Beragama?

Hanan Attaki “Login” ke NU; Simbol Kemenangan Gerakan Moderasi Beragama?

- in Narasi
508
0
Hanan Attaki "Login" ke NU; Simbol Kemenangan Gerakan Moderasi Beragama?

Nama Hanan Attaki sontak menjadi perbincangan warganet. Namanya menjadi trending topic di Twitter selama berjam-jam. Sebelum-sebelumnya, jika namanya menjadi pemuncak obrolan di lini masa, isunya pasti tidak jauh-jauh dari kontroversinya ceramahnya. Namun, kali ini tidak. Namanya menjadi trending topic di Twitter lantaran keputusannya untuk “log in” alias berbaiat sepenuhnya pada ormas Nahdlatul Ulama.

Momen pembaiatan itu terjadi pada acara halal bi halal Pondok Pesantren Sabilurrasyad, Gesik, Malang. Deklarasi baiat itu dibacakan langsung oleh Ketua PWNU Jawa Timur, K. H. Marzuki Mustamar , dan disaksikan kiai kondang, Anwar Zahid, serta intelektual Islam, Nadirsyah Hosein.

Ada lima poin dalam deklarasi baiat Hanan Attaki sebagai warga NU. Pertama, ia mengucap dua kalimat syahadat. Kedua, ia bersumpah mengikuti akidah ahlussunah wal jamaah. Ketiga, ia bersumpah mengikuti jam’iyah Nahdlatul Ulama sesuai ajaran KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, dan KH. Bisri Syansuri. Keempat, menerima sistem berbangsa dan bernegara NKRI, yang berdasar Pancasila, dan UUD 1945. Kelima, ia berkomitmen untuk rela mati demi membela ahlussunah wal jamaah, NU, dan NKRI.

Hanan Attaki dan Fenomena Hijrah di Kalangan Anak Muda

Peristiwa ini terbilang monumental lantaran selama ini Hanan dipersepsikan sebagai antitesis NU. Pengajiannya di Pamekasan beberapa waktu lalu dicekal oleh Banser. Pencekalan itu terjadi lantaran muatan ceramah Hanan yang acapkali tidak sesuai dengan prinsip ahlusunnah wan nahdhiyah.

Berkali-kali ia melontarkan pernyataan kontroversial dalam ceramahnya yang mau tidak mau membikin umat Islam gerah. Hanan juga kerap menunjukkan kedekatan dengan kelompok-kelompok Islam kanan-konservatif, seperti Ihkwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir Indonesia.

Hanan Attaki barangkali adalah fenomena baru dalam lanskap keislaman di Indonesia. Ia merupakan lulusan Al Azhar Mesir, berusia nisbi muda, dan identik dengan penampilan khas anak muda kekinian. Alih-alih mengenakan sorban, ia memilih kupluk sebagai penutup kepala. Ia jarang sekali terlihat di publik mengenakan jubah. Pakaian andalannya ketika berceramah adalah kemeja flannel dan celana jins. Suara seraknya dan intonasinya yang lembut mampu membius para jemaahnya.

Materi dakwahnya sebenarnya sederhana. Ia merangkul dan mengajak remaja dan anak muda yang masih mencari jatidiri untuk bertaubat dari kenalakannya (mabuk, seks bebas, judi, dan sejenisnya). Ia menginisasi sebuah komunitas bernama Gerakan Pemuda Hijrah sebagai wadah bagi remaja dan kaum muda yang ingin melakukan pertaubatan.

Namun, belakangan corak dakwahnya mulai mengarah pada konservatisme beragama. Ayang Utriza Yakin, seorang intelektual muda NU, pernah mengkritik ceramah Hanan yang dinilainya kerap merendahkan nabi dan rasul, serta para ummul mukminin. Ia juga mengatakan bahwa Hanan kerap mempropagandakan khilafah dalam ceramah-ceramahnya.

Kritikan tersebut nyatanya bukan isapan jempol belaka. Di media sosial Youtube, kita akan dengan mudah menemukan ceramah Hanan yang bernada propaganda khilafah. Ia memang tidak seeksplisit tokoh-tokoh HTI lain seperti Felix Shiaw dan Ismail Yusanto dalam mengampanyekan khilafah. Namun, sulit menutupi kesan bahwa Hanan adalah simpatisan gerakan khilafah. Ia pun dekat dengan HTI dan Ikhwanul Muslimin.

Membaca Masa Depan Moderasi Beragama di Indonesia

Momen Hanan berbaiat ke NU ini menyiratkan dua hal. Pertama, adanya perubahan radikal dalam pemahaman agama dan politik Hanan. Ia kini berkomitmen memegang teguh akidah ahlussunnah wal jamaah dan patuh pada jamiyah NU. Komitmen mengikuti doktrin akidah ahlussunnah dan garis ajaran NU ini memiliki konsekuensi yakni patuh pemimpin dan pemerintahan yang sah dan menolak jalan kekerasan apalagi pemberontakan dalam merebut kekuasaan.

Kedua, masuknya Hanan ke NU kiranya juga dapat dipahami sebagai simbol kemenangan gerakan moderasi beragama dalam membendung arus konservatisme dan radikalisme yang belakangan kian masif. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah, terutama melalui Kementerian Agama gencar menggalakkan program moderasi beragama.

Agenda yang bertujuan mendorong umat beragama menjalani laku keimanan dan peribadatan tanpa berlebihan (ekstrem) dan tetap ada dalam koridor kebangsaan. Kemenag juga menggandeng ormas-ormas keislaman moderat seperti NU dan Muhammadiyah. Salah satu sasaran atau target utama moderasi beragama adalah kelompok-kelompok yang memang masih terkategorikan konservatif bahkan radikal.

Dalam konteks inilah, masuknya Hanan ke NU kiranya bisa menjadi stimulus penting gerakan moderasi beragama di Indonesia. Hanan adalah salah satu ikon konservatisme Islam. Jika ikonnya saja bisa dimoderatkan, maka para pengikut atau simpatisannya tentu berpotensi mengikuti jejaknya. Efek domino inilah yang kiranya bisa kita harapkan dari berbaitnya Hanan ke NU.

Apalagi, Hanan sendiri mengaku pada media bahwa ia akan mendakwahkan paham ahlussunah dah ke-NU-an kepada kurang lebih 9 juta pengikutnya di media sosial Instagram. Kita berharap, berbaiatnya Hanan ke NU menjadi momentum awal kebangkitan gerakan moderasi beragama di Indonesia. Sehingga banyak ikon-ikon gerakan dakwah konservatif lain yang juga berubah haluan menjadi moderat dan nasionalis.

Facebook Comments