Hari Perdamaian Internasional 2023; Menyatukan Prinsip-Prinsip Universal untuk Mewujudkan Dunia yang Bebas Konflik

Hari Perdamaian Internasional 2023; Menyatukan Prinsip-Prinsip Universal untuk Mewujudkan Dunia yang Bebas Konflik

- in Faktual
571
0
Hari Perdamaian Internasional 2023; Menyatukan Prinsip-Prinsip Universal untuk Mewujudkan Dunia yang Bebas Konflik

Sepanjang sejarah peradaban, manusia selalu merindukan dan mengupayakan hidup damai. Karenanya, damai merupakan pesan penting dalam ajaran agama-agama dan moral. Para tokoh dan pemimpin agama selalu menyerukan pentingnya perdamaian. Meski demikian, adanya kerinduan akan hidup damai justru menggambarkan bahwa kehidupan manusia masih jauh dari kata damai. Berbagai peristiwa dan tindakan manusia yang bertolakbelakang dengan prinsip perdamaian seperti konflik, pertikaian, kekerasan, terror, pembunuhan, dan perang terjadi silih berganti dan selalu mewarnai kehidupan manusia hingga saat ini.

Komitmen untuk hidup damai ini menjadi salah satu concern Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang pada akhirnya melahirkan sebuah peringatan bernama The International Day of Peace (IDP). Peringatan Hari Perdamaian Internasional ditetapkan melalui resolusi Nomor 55/282 tahun 1991 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Peringatan ini pertama kali digelar pada 1982. Sejak saat itu sejumlah negara, kelompok politik, militer, dan masyarakat turut mempertahankan peringatan ini sampai sekarang.

Hari Perdamaian Internasional diperingati pada tanggal 21 September setiap tahunnya. Di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, Hari Perdamaian Internasional diperingati dengan membunyikan Lonceng Perdamaian sekaligus sebagai simbol untuk membuka hari perdamaian dunia. Lonceng yang menjadi simbol perdamaian dunia ini bertuliskan “Long Live Absolute World Peace” atau panjang umur perdamaian dunia sepenuhnya. Pada tahun 2013, Sekretasi Jendral PBB menetapkan peringatan ini untuk meningkatkan pendidikan perdamaian di dunia.

Sebagai upaya meningkatkan perdamaian dunia, Hari Perdamaian Internasional memiliki cita-cita yang luhur agar penduduk di dunia dapat merasakan kedamaian. Tujuannya; pertama, memperkuat cita-cita perdamaian dengan 24 jam tanpa kekerasan dan gencatan senjata. Kedua, meningkatkan komitmen perdamaian di atas segala perbedaan. Ketiga, membangun budaya perdamaian di dunia. Keempat, meski berbeda ras, warna kulit, agama, dan cara hidup, diharapkan budaya perdamaian dapat terwujud secara global.

Mengutip dari laman resmi PBB, tema The International Day of Peace 2023 adalah Actions for Peace: Our Ambition for the #GlobalGoals. Tema ini menyeru bahwa aksi perdamaian membutuhkan partisipasi masyarakat di mana semua lapis warga negara merasa bahwa mereka dapat berkontribusi untuk menciptakan perdamaian. Khususnya di Indonesia, mencapai perdamaian sejati memerlukan lebih dari sekadar non-kekerasan dan meletakkan senjata. Partisipasi aktif ini membutuhkan kesadaran tentang pentingnya mengintegrasikan prinsip-prinsip universal dalam laku hidup sehari-hari.

Setidaknya, terdapat tiga prinsip universal yang harus dimiliki oleh masing-masing individu, yaitu keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Prinsip keadilan berfokus pada pemberian hak dan perlakuan yang sama kepada semua individu tanpa memandang ras, agama, jenis kelamin, atau latar belakang sosial ekonomi. Keadilan juga mencakup adanya hukum yang berlaku dan penegakan hukum yang adil. Ekosistem yang damai akan sangat membutuhkan prinsip ini. Prinsip egaliter ini juga menjadi landasan sikap toleransi dan menghargai antar masyarakat multi identitas seperti Indonesia.

Prinsip kesetaraan menekankan pentingnya memperlakukan semua individu dengan hormat dan tanpa diskriminasi. Hal ini mencakup kesetaraan gender, hak asasi manusia, dan kesetaraan kesempatan. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia merupakan komposisi utama dalam masyarakat yang demokratis dan inklusif. Prinsip ini meniscayakan kebebasan individu dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip fundamental sebagai manusia.

Prinsip-prinsip ini dapat membantu membentuk dasar bagi masyarakat yang sehat, adil, dan harmonis. Di satu sisi, interpretasi dan implementasi prinsip-prinsip ini dapat bervariasi antara budaya dan konteks sosial yang berbeda. Namun di sisi lain, tiga prinsip universal tersebut sejatinya merupakan landasar moral setiap individu untuk berinteraksi dengan sesamanya terlepas dari identitas yang melekat dalam dirinya.

Tentu saja, semua tindakan manusia yang mengabaikan ketiga prinsip ini tidak bisa ditolerir. Paham radikalisme-terorisme terang saja bertolakbelakang dengan prinsip kemanusiaan. Doktrin ini melanggar hak asasi manusia dasar, termasuk hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan.

Terorisme cenderung mengabaikan prinsip-prinsip toleransi dan dialog yang penting dalam masyarakat yang damai. Daripada mencari solusi melalui perundingan dan diplomasi, radikalis dan teroris memilih jalan kekerasan yang rentan merusak nawacita peradaban manusia, khususnya di zaman sekarang, untuk hidup dalam dunia yang damai dan bebas konflik.

Facebook Comments