Kiai Hasyim, ia seorang ulama yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap umat dan bangsa yang majemuk. Sebab, ulama bukanlah identitas yang terisolasi dengan realitas sosial. Ulama adalah pemimpin umat, perannya melakukan pencerahan dan pemberdayaan umat.
Zuhairi Miswari yang menuliskan tentang Hadratussaikh Hasyim Asy’ari. Mengemukakan bahwa sebagai seorang warga negara, kiai Hasyim merupakan simbol dari ulama yang nasionalis. Hidupnya dipersembahkan untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Peran kiai Hasyim dalam kemerdekaan tidaklah diragukan. Sejarah mencatat, ia berjibaku melawan penjajah dan tak mau bertekuk lutut pada kehendak mereka.
Tidak hanya itu, ia turut membangun bangsa ini melalui pendidikan keagamaan yang memperkukuh semangat kebangsaan dan kemajuan.
Wujud Kepedulian Untuk Umat
Kiai Hasyim menasbihkan dirinya sebagai pemimpin yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap kesejahteraan umat. Hal tersebut terpatri ketika muncul ide tentang koperasi pada masa-masa sebelum kemerdekaan tahun 1919.
Kiai Hasyim menyambut inisiatif tersebut untuk meningkatkan perekonomian umat. Semakin menegaskan bahwa beliau seorang kiai yang tidak hanya sebagai tokoh agama tetapi juga tokoh sosial yang mendermakan hidupnya untuk menyejahterakan umat.
Keteladanan yang patut dicontoh oleh leaders zaman now bahwa seorang pemimpin harus senantiasa memikirkan nasib umat dan mencarikan solusi terbaik menyelamatkan mereka dari kubangan kemiskinan.
Puncak dari komitmen beliau dalam menyelamatkan umat dari kubangan kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan adalah mendirikan organisasi sosial keagamaan pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya yang diberi nama Nahdlatul Ulama.
Sebagai nahkoda NU, kiai Hasyim menekankan kerelaan untuk berkorban demi kepentingan umum, jujur, dan adil. Serta untuk hidup berlandaskan persaudaraan dan toleransi.
Wujud Kepedulian Untuk Bangsa
Pada masa penjajahan, Kiai Hasyim menjadi sosok yang getol menentang segala macam penindasan yang dilakukan penjajah. Aguk Irawan dalam novelnya Penakluk Badai menceritakan, kiai Hasyim mengeluarkan fatwa jihad menggerakkan tokoh-tokoh lokal memanggul senjata, bergerylia dengan cara masing-masing melawan penjajah. Perlawanan rakyat dibeberapa tempat pun meledak, yang kemudian persitiwa tersebut dikenal dengan Hari Pahlawan Nasional, diperingati setiap tanggal 10 November.
Fatwa tersebut terdiri dari tiga butir: pertama, perang melawan Belanda adalah jihad yang wajib dan mengikat dilaksanakan oleh seluruh umat islam Indonesia. Kedua, kaum muslimin dilarang menggunakan kapal Belanda selamamenunaikan ibadah haji ke Mekkah. Ketiga, kaum muslimin dilarang menggunakan pakaian atau atribut yang menyerupai penjajah.
Point yang paling penting untuk dicatat, bahwa fatwa tersebut lahir dalam konteks membela Tanah Air untuk mencapai kedaulatan dan kemerdekaan. Perjalanan intelektual dan perjuangan patriotik kiai Hasyim menjadi pengingat bahwa kecintaan terhadap agama harus sejalan dengan kecintaan terhadap Tanah Air.
Tidak seperti fenomena keberagaman zaman millennial saat ini dimana kecintaan terhadap agamanya kerap kali melupakan kecintaan terhadap Tanah Air. Sehingga muncul gerakan kelompok radikal yang menginginkan negara hilafah menapikkan keberagaman, terus menebar ketakutan dan teror di dunia nyata dan dunia maya guna mencapai tujuannya.
Kiai Hasyim adalah sosok brilliant yang menggabungkan gagasan keumatan dengan ide kebangsaan, serta menjadikan islam dan spirit kebangsaan saling mengisi dan menyempurnakan. Hingga detik ini, berkat jasa dan pemikirannya banyak mempengaruhi tidak hanya umat Nahdliyin, tapi juga warga Indonesia lainnya berada di garda terdepan dalam mengawal pancasila, dan UUD 1945, guna menangkal ideologi penebar ketakutan untuk NKRI dan Indonesia damai.
Damailah di syurga sang pahlawan pejuang kemerdekaan. Tumbuhlah subur pahlawan zaman now pejuang perdamaian.