Hoax di media: Terlalu Mudah Meyakini Tanpa Melakukan Koreksi

Hoax di media: Terlalu Mudah Meyakini Tanpa Melakukan Koreksi

- in Editorial
4148
0

Dunia maya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di dunia nyata, bahkan dengan kemajuan teknologi yang terjadi saat ini, tidak mudah rasanya untuk benar-benar bisa membedakan mana yang ‘maya’ dan mana yang ‘nyata’; keduanya selalu bersinggungan. Beberapa kalangan bahkan berpendapat bahwa apa yang terjadi di dunia maya merupakan cerminan atas apa yang terjadi di dunia nyata. Namun, benarkah demikian?

Tulisan ini akan mencoba menjawab pertanyaan di atas, terutama pada perubahan pola hubungan (shifting patern) antara dunia maya dan dunia nyata dengan berkaca pada banyaknya konten-konten negative bernada hoax yang menyeruak di dunia maya kita.

Hoax adalah pemberitaan palsu yang ditujukan untuk membohongi dan menipu audiensnya. Disebut menipu karena si penebar berita mengetahui bahwa berita atau kabar yang ia sebar adalah kebohongan, namun tetap disebarkan untuk menciptakan kebingungan. Hoax yang mulai kerap muncul di dunia maya kita belakangan ini adalah pemberitaan bohong terkait dengan isu-isu keagamaan. Beberapa kelompok sepertinya memang sengaja memancing di air keruh, hampir segala hal yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan rentan untuk dipelesetkan dari fakta aslinya.

Dalam tudung hoax ini pula berbagai hal negatif seperti kekerasan dan permusuhan ditampilkan secara sembarangan seolah ia adalah benar perintah tuhan. Hal ini tentu sangat berbahaya untuk dibiarkan saja, karena kita tidak ingin agama yang sejatinya baik dan ditujukan untuk kebaikan ditunggangi oleh orang-orang tidak bertanggungjawab untuk menebar kebencian dan permusuhan.

Ironisnya, pemberitaan yang tidak berdasarkan pada kebenaran ini menyebar luas di tengah-tengah masyarakat kita lantaran terlalu mudahnya kita mempercayai segala sesuatu yang dilabeli agama. padahal sudah semestinya bagi kita untuk melakukan cross-check terlebih dahulu sebelum akhirnya percaya begitu saja terhadap suatu berita.

Dalam Islam misalnya, dikenal istilah Tabayun, yakni melakukan klarifikasi terhadap otentisitas sebuah berita; apakah berita tersebut benar, dan apakah berita tersebut baik untuk disebarluaskan. Tidak dapat dipungkiri, menyebarnya pemberitaan bernada hoax juga tidak lepas dari sikap acuh para pengguna dunia maya, terutama media sosial, yang dengan mudahnya menyebarkan suatu berita tanpa terlebih dahulu memeriksa kebenarannya.

Penyebaran hoax sebenarnya dapat ditangkal dengan pengawasan dan bimbingan yang sifatnya menyeluruh; mulai dari lingkup keluarga, lingkungan masyarakat, hingga lingkungan belajar/kerja. Hal ini penting untuk dilakukan sebab bimbingan dan pengawasan tersebut akan menjadi dasar pengetahuan, sehingga masyarakat kita tidak akan mudah terpengaruh oleh pemberitaan-pemberitaan yang penuh dengan kebohongan.

Di samping itu, tokoh agama juga perlu mengambil peran akif dalam menyampaikan ajaran agama yang sesuai dengan tuntunan, tidak mudah terpengaruh dengan ajaran-ajaran rusuh. Salah satunya dengan melakukan up-grade keagamaan; memberikan ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan konteks kekinian; inovatif dan aplikatif, sehingga dapat menjawab kebutuhan masyarakat.

Facebook Comments