HUT ke-14 BNPT : Komitmen Anti Kekerasan untuk Indonesia Emas

HUT ke-14 BNPT : Komitmen Anti Kekerasan untuk Indonesia Emas

- in Narasi
128
0
HUT ke-14 BNPT : Komitmen Anti Kekerasan untuk Indonesia Emas

Di tahun-tahun mendatang, Indonesia memasuki usia Emas yang menandai kesempatan besar bagi generasi saat ini dan masa depan untuk berperan aktif dalam membangun negara. Pada peringatan HUT ke-14 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tema yang diangkat, “Gelorakan Anti Kekerasan, Indonesia Damai Menuju Indonesia Emas”, menjadi panggilan bagi kita semua untuk merenungkan komitmen bersama dalam menghadapi tantangan kekerasan, radikalisme dan terorisme.

Pembubaran Jamaah Islamiyah (JI) baru-baru ini bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi malah menggarisbawahi perlunya pendekatan komprehensif dalam menghadapi akar masalah ini. JI hanya bagian dari masalah sumber terorisme di Indonesia. Itu pun hanya sebuah organisasi yang dibubarkan, bukan ideologi yang diganti. Kita tidak bisa memastikan.

Kita perlu mempersiapkan karakter generasi mendatang sejak dini agar mereka mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Inilah saatnya untuk merangkul teknologi dan kolaborasi lintas-sektor dalam upaya pencegahan.

Di era digital saat ini, teknologi bukan hanya alat tambahan, tetapi juga katalisator utama dalam memperkuat nilai-nilai anti-kekerasan. Implementasi kecerdasan buatan (AI) dalam menganalisis pola perilaku online, mendeteksi konten radikal, dan memberikan intervensi tepat waktu dapat mengurangi potensi pemuda terlibat dalam aktivitas radikalisme (Bunce, M. et al., 2016). Teknologi bukan hanya mempermudah pengawasan, tetapi juga memungkinkan pendidikan yang lebih efektif tentang bahaya radikalisme bagi generasi Z dan Alpha.

Penggunaan AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola perilaku online yang mencurigakan, seperti pola pencarian konten terkait terorisme, radikalisme, atau kekerasan, dan memberikan intervensi yang tepat waktu. Sebagai contoh, platform-platform media sosial dapat mengintegrasikan algoritma AI yang dapat memperingatkan pengguna atau keluarga mereka jika pola perilaku online menunjukkan potensi kecenderungan terhadap radikalisme atau kekerasan.

Kolaborasi Antar-Sektor untuk Solusi Holistik

Pendekatan lintas-sektor atau pentahelix, yang melibatkan pemerintah, akademisi, industri, masyarakat sipil, dan media, adalah kunci dalam menanggapi tantangan kompleks seperti radikalisme dan terorisme. Kolaborasi ini bukan hanya tentang mengkoordinasikan upaya, tetapi juga tentang mengintegrasikan keahlian dan sumber daya yang berbeda untuk menciptakan kebijakan yang holistik dan program-program yang terkoordinasi dengan baik (Nawawi, M., 2022). Hanya dengan pendekatan ini kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi generasi yang akan datang.

Kolaborasi lintas-sektor juga memungkinkan adanya pertukaran informasi yang lebih efektif dan pemahaman yang lebih dalam terkait tantangan-tantangan yang dihadapi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme. Misalnya, pemerintah dapat bekerja sama dengan sektor swasta untuk mengembangkan program pelatihan dan pendidikan anti-radikalisme yang dapat diimplementasikan di lingkungan kerja maupun di sekolah-sekolah.

Penguatan Literasi Media dan Kritis di Era Digital

Generasi Z dan Alpha hidup dalam era di mana informasi tersebar luas melalui media sosial dan platform digital. Untuk menghadapi tantangan ini, penguatan literasi media yang mencakup keterampilan kritis dalam mengonsumsi informasi online sangatlah penting. Program pelatihan yang membedakan antara informasi yang sahih dan yang tidak serta mempromosikan sikap kritis terhadap narasi radikal akan membantu membangun ketahanan terhadap propaganda (Azra, A., 2021). Investasi dalam literasi ini bukan hanya untuk keamanan saat ini, tetapi juga sebagai pondasi bagi masa depan yang aman dan stabil.

Pelatihan literasi media juga harus melibatkan kolaborasi dengan platform-platform teknologi untuk mengembangkan alat dan sumber daya yang membantu pengguna menganalisis dan mengevaluasi informasi yang mereka temui online. Misalnya, pembelajaran tentang cara mengidentifikasi sumber informasi yang tidak dapat dipercaya atau manipulatif dapat disertakan dalam program pelajaran di sekolah-sekolah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan yang lebih luas tentang keamanan digital.

Dengan mengintegrasikan strategi-strategi ini, diharapkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh dengan penuh kesadaran akan pentingnya memelihara perdamaian dan menghormati keberagaman. Mereka bukan hanya akan menjadi agen perubahan yang kuat dalam mewujudkan visi Indonesia Emas pada tahun 2045, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme.

Sebagai negara dengan populasi yang didominasi oleh generasi muda, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengubah paradigma dalam penanggulangan terorisme. Melalui komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai anti-kekerasan, pemanfaatan teknologi yang bijak, kolaborasi lintas-sektor yang efektif, dan penguatan literasi media, kita dapat bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih aman dan damai.

Facebook Comments