Ibadah Sabar Menahan Berhaji

Ibadah Sabar Menahan Berhaji

- in Narasi
1003
0
Ibadah Sabar Menahan Berhaji

Haji merupakan ibadah pamungkas dalam rukun Islam. Umat muslim yang dapat melaksanakan adalah umat pilihan, karena tidak semua bisa melaksanakan. Padahal, ganjaran pelaksana haji mabrur tidak lain dan tidak bukan adalah surga di akhirat kelak.

Maka bukan tidak mustahil manakala banyak umat muslim Indonesia (umumnya dunia) merasa kecewa karena dua tahun ini tidak bisa melaksanakan ibadah mulia ini. Setelah mengkaji secara seksama oleh para ulama dan umara (pemimpin/pemerintah) termasuk di dalamnya orang-orang ahli di bidang medis, pemerintah memutuskan untuk menunda keberangkatan ibadah haji tahun 2020 dan 2021.

Keputusan pemerintah ini tentu sangat berat dirasakan. Lebih-lebih bagi umat muslim yang telah lama mengidam-idamkan untuk bisa berangkat haji. Mereka telah rela menjual tanah ataupun beberapa hewan ternak serta menunggu beberapa tahun untuk dapat berangkat ke Baitullah di Makkah, namun ketika jatuh tempo pelaksanaan, justru ada penundaan.

Perasaan berat juga sejatinya dirasakan oleh pemerintah yang membuat keputusan. Namun demikian, keputusan harus diambil dalam rangka kemaslahatan bersama. Di saat pandemi covid-19 yang masih terus melanda beberapa daerah, kerumunan salah satu sebab terjadinya penyebaran. Lebih-lebih kerumunan berasal dari berbagai masyarakat yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Dan lagi, virus covid-19 dikabarkan cepat menular serta bisa menjadi penyebab pasien meninggal dunia. Sehingga, mesti berat, pemerintah pun harus mengambil keputusan.

Dalam pengambilan keputusan, tentu tidak asal mengambil. Ada kaidah-kaidah yang mesti dipegangi. Dalam kondisi dua pilihan, antara melaksanakan kebaikan di satu sisi dan menghindari kemadlaratan di sisi lain, maka pengambil keputusan harus memilih salah satunya. Tidak mungkin kedua-danya dipilih. Dalam hal ini, pelaksanaan ibadah haji merupakan kebaikan. Sementara menghindari penyebaran covid-19 adalah upaya mencegah adanya kemadlaratan. Kaidah yang bisa menjadi rumus adalah dar’ul mafasid muqadamun ‘ala jalbil mashalih (meninggalkan perkara buruk lebih diutamakan daripada melaksanakan kebaikan). Lebih-lebih mafasid di sini berkaitan dengan kesehatan bahkan nyawa manusia.

Terhadap keputusan penundaan keberangkatan haji ini, masyarakat memiliki beragam tanggapan. Ada yang pro, ada yang kontra, dan uniknya ada yang sibuk membangun opini publik. Mereka yang pro adalah rata-rata dari masyarakat terpelajar dan memiliki pemikiran positif serta masyarakat awam (termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang mestinya berangkat haji tahun 2020 atau 2021 namun harus mengikhlaskan diri untuk bersabar). Selain mereka memahami maksud keputusan yang ada, mereka adalah orang-orang yang mukhlish (ikhlas) terhadap jalan hidup yang digariskan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang selalu bisa menata hati, merasa bersyukur saat mendapat kenikmatan dan sabar saat mendapat ujian.

Golongan kedua adalah mereka yang kontra. Biasanya, golongan ini adalah orang-orang yang mengabaikan pertimbangan mudlarat dalam pelaksaan beribadah. Mereka adalah orang-orang yang berpandangan bahwa ibadah merupakan hal yang sangat utama, tidak boleh ada yang menghalang-halangi. Bagaimanapun keadaannya, umat muslim mesti mengusahakan bisa melaksanakan. Mereka juga sering kali menganggap bahwa apa pun yang terjadi adalah karena Allah SWT, sehingga kemadlaratan tidak perlu dihindari karena sejatinya semua dari Allah SWT. Jika Dia tidak menakdirkan, maka tidak akan terjadi. Tentu golongan ini perlu dihormati.

Golongan ketika adalah orang yang memiliki pendapat pribadi dan membangun opini publik sehingga mengikuti pendapat dirinya. Tentu hal ini tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka sudah memiliki “niatan jahat” dalam pembangunan opini publik. Mereka memanfaatkan situasi dalam rangka merong-rong pemerintah atau golongan yang tidak sepaham dengan dirinya. Mereka bisa saja mengetahui kebenaran kelompok yang tidak sejalan dengan diri atau kelompoknya, namun karena sifatnya yang tidak rela jika diri atau kelompoknya tidak terlihat lebih baik, maka ia terus mengkritisi bahkan memutar fakta demi memperlihatkan diri suci sementara kelompok lain hina. Padahal aslinya tidak seperti itu.

Untuk itulah, kita mesti membersihkan hati. Jangan sampai ada sifat iri dan dengki sehingga menutup hati kita mendapat hidayah Allah SWT. Selain itu, kepada seluruh masyarakat, harus pandai-pandai menilai pendapat orang atau kelompok tertentu. Jangan sampai pendapat yang berseliweran di media maya langsung dijadikan pedoman. Ingatlah bahwa banyak informasi dan pendapat yang berseliweran di media maya merupakan racun-racun hati yang jauh lebih berbahaya daripada virus-virus ganas yang mengancam kesehatan raga manusia.Wallahu a’lam.

Facebook Comments