Upaya pemenuhan vaksin radikalisme telah dilakukan oleh pemerintah, tokoh agama, hingga masyarakat sipil. Namun demikian, masih saja ada kelompok masyarakat yang menolak bahkan membuat propaganda terhadap masyarakat lain sehingga menolak vaksin yang ada. Masyarakat umum digiring agar orang-orang yang membuat serta menyebarkan vaksin radikalisme terlihat sebagai seorang yang salah. Sejalan dengan upaya ini, mereka juga berusaha mencitrakan diri sebagai kelompok yang shalih.
Kenyataan ini sangat disayangkan dikarenakan sangat merugikan persatuan bangsa. Dengannya, kerukunan antar-agama, antar-suku, bahkan antar-kelompok mudah dirobohkan. Masyarakat dijejali dengan informasi yang telah di-framming sedemikian rupa sehingga orang-orang baik terlihat boroknya sementara orang-orang busuk terkesan baik. Adu domba terjadi di mana-mana. Parahnya, banyak masyarakat yang dijadikan penerus juang radikalisme kelompok tidak bertanggung jawab.
Bermula dari sinilah, seluruh komponen masyarakat mesti paham bahwa tersendatnya penyebaran vaksin radikalisme sejatinya dikarenakan adanya kelompok masyarakat yang justru menghalang-halanginya. Masyarakat juga mesti sadar bahwa mereka juga merupakan bagian yang sewaktu-watu bisa menjadi bagian dari kelompok tidak benar ini lantaran iming-iming dan terperangkap dalam tipu muslihat. Beberapa hal yang menyebabkan kelompok ini menolak vaksin radikalisme antara lain adalah:
Pertama, mereka berasal dari masyarakat yang tidak memiliki pegangan hidup yang jelas. Sehingga, ketika ada informasi yang sepintas dirasa baik, maka dirinya akan dengan mudah terpengaruh. Lebih-lebih informasi tersebut berdasarkan pada dalil-dalil yang bersumber dari agama. Mereka dengan mudah percaya, bahkan takut untuk menolaknya. Padahal, demi kepentingan diri dan kelompok, dasar-dasar agama bisa saja ditafsir sesuai dengan nafsu seseorang, sesuai kepentingan diri dan kelompok.
Di sinilah masyarakat mesti selalu bisa tabayun, menimang-nimang informasi yang datang kepada dirinya. Apakah informasi tersebut benar-benar baik atau justru hanya tipu muslihat. Dalam diri setiap masyarakat mesti memiliki pandangan hidup yang jelas, jangan sampai mudah terpengaruh oleh lingkungan yang tidak jelas asal-usulnya. Jika toh diri merasa tidak cukup berpengalaman dan pengetahuan untuk bisa menatap jalan hidup, setiap individu bisa taklit (mengikuti) orang-orang terdekat yang dirasa memiliki jalan hidup jelas. Di sini, dalam setiap kelompok masyarakat dipastikan ada tokoh masyarakat atau kiai kampong yang bisa dijadikan sandaran kehidupan. Masyarakat bisa menilai apakah tokoh masyarakat dan/atau kiai kampung yang ada di daerahnya memiliki jejak kehidupan yang menyejukkan atau tidak. Dengan kedekatan jarak, masyarakat bisa menilai secara utuh dan apabila mereka baik, masyaakat juga bisa dengan mudah setiap saat bertemu untuk meminta petunjuk kepadanya. Hal ini berbeda jika masyarakat justru melarikan diri pada dunia maya, mereka hanya melihat seseorang dari layar HP, padahal kenyataannya belum tentu sama dengan yang ada di dunia maya.
Kedua, para penolak vaksin radikalisme merupakan orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu. Dengan menolak vaksin tersebut, dalam artian menolak orang yang memberi vaksin, berarti menguntungkan orang-orang yang menolak vaksin. Di sinilah mereka bisa mengambil keuntungan darinya. Dengan begitu, bisa saja kelompok ini mendapat bayaran langsung dari kelompok antivaksin atau mendapat lapangan pekerjaan yang luas darinya. Dengan begitu, meski dalam hati mengingkari, masyarakat bisa saja menolak vaksin radikal demi mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Di sini masyarakat mesti sadar bahwa persaudaraan jauh lebih baik dibandingkan dengan materi keduniawian. Laba sedikit rupiah tidaklah ada bandingan jika disandingkan dengan pengorbanan persaudaraan. Selain itu, masyarakat juga mesti memiliki lapangan pekerjaan yang halal sehingga tidak mudah tergiur dengan iming-iming lapangan pekerjaan “yang penting asal dapat bayaran” lantaran tidak adanya penghasilan dalam diri dan keluarga. Di sini bukan berarti manusia mesti tergantung pada dunia, namun dunia bisa menjadi fasilitas untuk berbuat baik.
Ketiga, kelompok yang menolak vaksin radikal dikarenakan terlalu mengagungkan kelompok yang diikuti dan membeci kelompok lain. Bermula dari sini, kelompok ini tidak memperdulikan apa perkataan kelompok lain, baginya perkataan kelompok lain adalah selalu salah. Dan apapun perkataan kelompok yang diikutinya adalah benar. Di sinilah bahaya terbesar yang ada dalam tubuh kelompok ini. Karena, akal sehat tidak lagi digunakan.
Dalam mengatasi pandangan kelompok ini, mereka mesti sadar bahwa setiap siapa saja bisa berkesempatan benar dan berkesempatan salah. Maka, tidak ada yang bisa terbebas dari kesalahan dan tidak ada yang dijamin mesti benar. Sehingga mereka mesti mengubah pola pikir. Mereka mesti berpikir realistis terhadap kenyataan kehidupan. Jangan sampai otak tertutup oleh kecintaan terhadap kelompok yang berlebihan.Wallahu a’lam.