Kebhinnekaan itu Mutlak dalam Islam

Kebhinnekaan itu Mutlak dalam Islam

- in Keagamaan
1383
0

Sebagai agama terakhir dan penyempurna dari semua agama yang telah diturunkan oleh Allah Swt di muka bumi, Islam merupakan agama yang memberikan perhatian dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk hubungan antara penganut Islam dengan penganut agama-agama lain atau dengan istilah etika hidup seorang muslim di tengah-tengah keberagaman.

Dalam Alqur’an, Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa sebagaimana firmannya “ Sesungguhnya kami telah menciptakan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian dapat saling mengenal antara satu dengan lain dan sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertaqwa”.

Ayat ini menunjukkan bahwa kebhinnekan dan keanekaragaman suku dan bangsa dalam kehidupan ini adalah sebuah aksioma yang harus diterima oleh setiap orang. Kulit putih, sawomatang, hitam dan lain sebagainya. Semuanya adalah bentuk ciptaan tuhan kepada makhluknya . Sebagai seorang muslim dituntut untuk menghormati dan menghargai setiap suku dan bangsa apapun latarbelakang agama dan keyakinannya dan tidak diperbolehkan untuk menghina atau mengintimidasi siapapun di muka bumi ini bahkan sebaliknya Allah meminta kita agar mengetahui dan mengenal mereka agar setiap kita dapat mengetahui budaya dan tradisi mereka sehingga dengan demikian kita bisa saling menghargai dan menghormati.

Mengetahui dan memahami budaya dan tradisi suku dan bangsa lain adalah sebuah keharusan karena demikian bukan saja akan menambah wawasan dan pengetahuan kita tetapi juga akan membantu kita untuk mampu mengendalikan pergaulan kita terhadap mereka. Rasulullah Saw bersabda “ bahwa barang siapa yang mengetahui dan menguasai bahasa sebuah kaum maka mereka akan selamat dari tipu daya mereka” Hadis ini menunjukkan bahwa mengetahui tradisi dan budaya bahkan bahasa sebuah kaum adalah sesuatu yang sangat positif karena dengan demikian kita bisa berinteraksi dengan kaum itu secara positif dan kita akan selamat dari tipu daya mereka.

Pengetahuan terhadap suku dan bangsa lain selain memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang suku itu juga akan mendorong kita memahami dan mengerti betapa maha besarnya Allah yang telah menciptakan berbagai bentuk manusia dan tradisi serta budaya yang berbeda-beda, tetapi inti dari semua budaya dan tradisi itu tetap sama yaitu selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan walaupun bentuk dan pengamalan budayanya berbeda beda.

Rasulullah Saw adalah contoh yang paling baik bagaimana ia hidup dan menghargai orang-orang yang beragama lain termasuk bagaimana ia menyikapi orang-orang yang membencinya dan berusaha menghalangi dakwahnya. Cukup banyak kisah yang telah menjelaskan keagungan sikap Rasulullah terhadap mereka yang tidak seiman dan seaqidah dengannya. Sikap yang agung itulah yang membuat Rasulullah dikenang sepanjang masa oleh siapapun yang pernah hidup dengannya bahkan dengan sifat-sifat terpuji itulah ia dapat meraih kemenangan yang sesungguhnya dalam dakwahnya.

Ketika Rasulullah Saw dimusuhi bahkan dihina dan dicaci maki oleh penduduk Thoif ia justru sabar dan mundur serta mendoakan agar kelak di kemudian hari turunan dan anak-anak mereka menjadi orang-orang yang beriman. Hanya beberapa tahun kemudian warga Thoif semua beriman kepada rasulullah dan kini kota itu menjadi salah satu kota kebanggan orang-orang Arab Saudi yang kaya akan sumber pertaniannya. Ketika jenazah orang Yahudi sedang digotong lewat di depan Rasullulah, ia pun mendoakan dan menghormati jenazah itu walaupun para sahabat sempat terkejut dan mempertanyakan kenapa Rasulullah menghormati jenazah itu padahal ia adalah seorang Yahudi kafir dari penduduk kota ini. Rasulullah Saw justru menjawab “ Bukankah ia juga sebagai manusia dan makhluk Tuhan juga”. Masih banyak sifat-sifat Rasulullah yang menunjukkan bahwa Nabi sendiri sangat menghargai perbedaan dan kebhinnekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kini sifat-sifat mulia itu sudah tidak lagi nampak di tengah-tengah kita saat ini. Kefanatikan dan egoisme menjadi ciri khas utama kita. Semua merasa paling benar dan paling berhak mengatasnamakan dirinya sebagai pahlawan Islam. Kelompok lain dituduh bermacam-macam. Suku dan agama lain menjadi sasaran empuk untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pionir dan untuk memperoleh dukungan sebanyak mungkin. Berbagai istilah pun bermunculan untuk menjauhkan kita dari mereka dan yang tidak kalah pentingnya menyebarkan rasa benci antara sesama. Pemahaman tentang Islam yang berkelembutan, santun, berakhlak mulia, berpengatahuan, bermartabat dan berbagai karakteristik yang dimiliki Islam sebagai agama yang sempurna dan sebagai agama yang menerangi kehidupan umat manusia dari semua aspek secara perlahan mulai luntur. Yang menonjol, seakan-akan Islam adalah agama satu kelompok yang keras terhadap siapapun yang tidak mengikutinya.

Padahal Islam jelas-jelas menekankan bahwa manusia semuanya sama, semua diciptakan dari tanah dan sebagai mahkluk yang sempurna yang dibekali dengan akal dan pikiran serta naluri kemanusiaan. Yang membedakan antara satu dengan yang lain hanyalah keimanan terhadap Allah Swt. Jika umat Islam terus menerus khususnya di negeri ini menampilkan Islam dengan wajah yang egois dan eksklusif, maka tidak menutup kemungkinan agama yang kita cintai ini akan semakin tersudut. Bukan saja terorisme yang selama ini ditempelkan kepada Islam akan tetapi radikalisme dan fanatisme akan menjadi renteten yang akan selalu ditempelkan kepada umat Islam.

Facebook Comments