Kesetaraan bagi kaum perempuan di ruang publik adalah isu yang sangat penting. Ruang publik merupakan arena di mana individu berinteraksi, berpartisipasi, dan mengekspresikan identitas serta jati diri mereka. Bagi perempuan, kesetaraan di ruang publik bukan hanya tentang hak untuk berpartisipasi secara aktif, tetapi juga tentang kebebasan untuk mengekspresikan identitas diri mereka tanpa rasa takut akan diskriminasi atau stigma.
Salah satu contoh paling nyata dari isu ini adalah kebebasan perempuan untuk memilih apakah akan mengenakan hijab atau tidak dalam posisi mereka sebagai manusia publik. Hal ini memang tampak sederhana dan sepele. Namun, dalam praktiknya, jauh panggang dari api. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak kita temukan di mana perempuan dipaksa untuk mengenakan atau melepas jilbab mereka yang seharusnya dihormati sebagai pilihan mereka.
Bagi sebagian perempuan, hijab adalah ekspresi dari keyakinan religius yang mendalam dan identitas budaya yang kuat. Ini adalah bentuk dari ketaatan dan penghormatan terhadap nilai-nilai yang mereka yakini, dan merupakan bagian integral dari jati diri mereka. Di sisi lain, ada perempuan yang memilih untuk tidak mengenakan hijab sebagai bagian dari ekspresi kebebasan individu mereka. Bagi mereka, tidak mengenakan hijab mungkin merupakan cara untuk menegaskan kemandirian mereka, atau cara untuk mengekspresikan identitas pribadi yang berbeda dari norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat sekitar.
Yang menjadi masalah utama di sini adalah ketika ruang publik tidak menyediakan kesetaraan bagi perempuan dalam mengekspresikan pilihan mereka ini. Dalam banyak kasus, perempuan yang mengenakan hijab sering menghadapi diskriminasi, prasangka, dan bahkan pelecehan, baik secara verbal maupun fisik. Di sisi lain, perempuan yang memilih untuk tidak berhijab sering menghadapi tekanan sosial, terutama di lingkungan yang sangat konservatif, di mana tidak berhijab dianggap sebagai penolakan terhadap nilai-nilai agama atau budaya.
Kesetaraan di ruang publik berarti semua perempuan, terlepas dari pilihan mereka, harus dihormati dan dilindungi hak-hak mereka. Pemerintah, masyarakat, dan individu harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan di mana perempuan dapat merasa aman dan bebas untuk mengekspresikan diri mereka. Ini termasuk memastikan bahwa tidak ada diskriminasi berbasis gender atau agama di ruang publik, baik di tempat kerja, sekolah, atau di tempat-tempat umum lainnya. Hukum dan kebijakan harus mendukung kesetaraan ini, memastikan bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk memilih bagaimana mereka ingin mengekspresikan identitas mereka, tanpa rasa takut akan pembalasan atau stigma negatif.
Kesetaraan bagi perempuan di ruang publik adalah tentang pengakuan dan penghormatan terhadap hak individu untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas dan tanpa rasa takut. Ini adalah hak asasi manusia yang harus dihormati oleh semua orang, di semua tempat, dan di semua waktu. Mencapai kesetaraan ini membutuhkan kerja keras, komitmen, dan kemauan untuk mengubah norma-norma dan struktur sosial yang sering diskriminatif
Membangun ruang publik yang pro kesetaraan bagi kaum perempuan memang tak mudah. Namun, dengan upaya yang konsisten dan dukungan dari semua pihak, kita dapat menciptakan ruang publik yang lebih inklusif dan adil bagi perempuan, di mana mereka dapat hidup dengan penuh martabat dan kebebasan untuk mengekspresikan identitas mereka. Kesetaraan ini tidak hanya penting bagi perempuan, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan, karena hanya dengan kesetaraan kita dapat mencapai masyarakat yang adil.