Larangan Islam, Terpengaruh Narasi yang Mengajak Benci dan Anti Pemerintah

Larangan Islam, Terpengaruh Narasi yang Mengajak Benci dan Anti Pemerintah

- in Keagamaan
720
0
Larangan Islam, Terpengaruh Narasi yang Mengajak Benci dan Anti Pemerintah

Kalau kita amati, ada begitu banyak narasi yang tersebar di media sosial. Mencoba mencuci otak masyarakat Indonesia agar benci dan anti terhadap pemerintah. Memanfaatkan beragam kondisi realitas sosial yang terjadi. Dijadikan alat untuk memprovokasi masyarakat agar hilang rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Tentu, di dalam Islam saja kita diperintahkan untuk taat dan dilarang terpengaruh dengan segala narasi yang membuat kita “membangkang” atas pemerintah. Karena, di dalam Al-Qur’an (Qs. An-Nisa’:59) “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan Taatilah Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri (Pemegang Kekuasaan) di antara kamu”.

Berbagai macam narasi fitnah dan kebencian yang diproduksi di media sosial. Agar, kesadaran kadar ketaatan dan rasa percaya pada pemerintah menjadi hilang dan kita penuh kebencian. Maka, sangat logis jika Allah SWT memerintahkan kita untuk (meneliti) beragam narasi yang ada di media sosial lalu jika ada perintah (membangkang) atas pemerintah, itu perlu dihindari dan jangan terpengaruh.

Jangan sampai kita terjebak/terpengaruh dengan segala narasi/berita yang disampaikan oleh orang munafik. Yang secara sengaja diproduksi agar membuat kita benci/anti dan enggan taat pada pemerintah. Untuk itu, sangat penting saran Al-Qur’an dalam (Qs. Al-Hujurat:6) “Wahai orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa sebuah berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatan itu”.

Seperti yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan (HR. Bukhari-7144) bahwasanya “Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat”.

Konteks dari hadits Nabi ini menjadi satu substansi penting bagaimana ketaatan atas pemerintah itu sangat penting. Bahkan ada salah-satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa kita perlu taat pada pemerintah sekalipun punggung kita “dicambuk”. Sebab, larangan terpengaruh atas narasi yang membuat kita membangkang juga bagian dari pentingnya taat pada pemerintah itu.

Jadi, komitmen kita di tengah gempuran narasi yang sengaja membuat kita agar anti/benci dan alergi atas pemerintah/umara’. Maka, komitmen yang harus kita miliki adalah, dengan tidak terpengaruh dengan segala narasi yang sengaja meracuni otak kita agar membangkang atas pemerintah.

Kita berkomitmen untuk menjauhi narasi yang semacam itu dengan berpacu pada komitmen hukum Islam dalam Al-Qur’an. Untuk tetap taat pada pemerintah, tidak membangkang dan tetap mengikuti segala kebijakan yang dibangun. Sebab, narasi-narasi yang membuat rasa percaya kita pada pemerintah hilang itu memiliki tujuan politik agar mereka mudah menghancurkan bangsa ini.

Kunci agar bangsa ini hancur memang salah-satu jalan adalah membuat kita benci/anti/alergi terhadap pemerintah. Lalu, muncul semacam rasa pembangkangan atas segala kebijakan yang dibangun. Ini adalah keuntungan besar bagi kelompok radikal yang selalu ingin menguasai tatanan di negeri ini. Karena, kehilangan taat pada pemerintah akan semakin mudah menggerakkan masyarakat ke dalam basis ideologis anti terhadap sistem kebangsaannya yang dimiliki.

Maka, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Berdasarkan dalil Al-Qur’an dan Hadits yang menunjukkan satu prinsip hukum dalam Islam. Bahwa, kita dilarang terpengaruh dengan segala narasi di media sosial yang mengajak kita untuk membangkang atas pemerintah. Kita selalu diperintahkan untuk taat pada pemerintah dan jangan membangkang.

Facebook Comments