Living Pancasila: Menjaga Indonesia Tetap Damai

Living Pancasila: Menjaga Indonesia Tetap Damai

- in Narasi
1450
0

Pancasila bukan barang antik, hanya sekedar dikunjungi dan diabadikan dalam gambar. Ia senantiasa bergerak dalam fisik dan jiwa-jiwa kehidupan. Pancasila itu roh kehidupan berbangsa. Ibaratnya Indonesia ini jasad, pancasila adalah jiwanya. Bayangkan sebuah kehidupan tanpa keberadaan jiwa, ia pasti terombang-ambing tanpa arah, hampa tanpa tujuan.

Sebuah kendaraan yang bergerak membutuhkan kendali. Apa jadinya jika kendaraan tanpa kendali, bisa jadi akan saling berbenturan, bertabrakan, menghilangkan nyawa penumpangnya. Indonesia ini kendaraan, dikendalikan oleh Pancasila, agar setiap penumpangnya selamat dalam menjalani kehidupan. Tentu untuk mengarahkan perjalanan hidupnya, kehidupan beragama, berbudaya, bersosial, ekonomi, dan juga politik.

Kenapa Pancasila? karena kehidupan di Indonesia ini beragam. Bahkan sangat beragam. Indonesia terdiri dari ratusan suku dan budaya. Kekayaan yang tidak dimiliki negara manapun di dunia, keragaman kehidupan yang luar biasa di Indonesia. Itulah alasan kita membutuhkan sebuah kendali agar keberagaman tetap terawat dan terjaga.

Pancasila satu-satunya pegangan ideologis-filosofis yang diterima oleh semua agama. Sebagai landasan bebangsa pancasila menjadi kunci bagi terciptanya kehidupan yang harmonis. Tentu sebagai sebuah nilai yang paripurna, pancasila tidak bisa didiamkan tanpa diresapi. Pancasila akan “mati” jika tidak ditafsirkan dan juga diamalkan.

Sejauh ini kita melihat banyak sekali benturan antar agama. Ada lagi benturan antar politisi. Ada pula benturan antar kelompok-kelompok seagama. Ada juga benturan karena berbeda penafsiran. Dan masih banyak benturan terjadi. Jika benturan mengarah kepada munculnya kelompok terorisme, maka demikian itu merupakan benturan luar biasa. Kejadian demikian tidak bisa dibiarkan karena bisa merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa.

Kenapa keberagaman semakin rusak?

Dewasa ini kita tidak lagi menjadi dewasa. Karena alasan berbeda banyak orang saling menikam. Kini kedewasaan kita berbangsa benar-benar diuji oleh keragaman yang kian nyata. Kita dihadapkan berbagai caci-hujatan, bahkan di depan muka sendiri. Tanpa kedewasaan kerusakan akan semakin parah tanpa kendali. Tahun demi tahun keberagaman tidak menjadikan dewasa, namun memperuncing senjata untuk menentang.

Kenapa semakin rusak? Jiwanya telah hilang. Jiwa untuk saling hormat-menghormati telah memudar. Senggolan sedikit saja kawan dekatnya dibantai. Padahal mereka hanya karena berbeda warna koas saja. Demikian parahnya kerusakan itu hingga kini sama sekali tidak tampak siapa yang serius berbangsa dan mana yang berbangsa tapi dengan cara menipu.

Hati-hati, akhir-akhir ini mungkin akan banyak tipu-tipu. Seakan-akan membela kesejahteran tapi demi kepentingan golongan. Seakan-akan taat sekali beragama, menafsirkan ayat-ayat suci, tapi lihat juga bahwa dia dalam sebuah kontestasi politik identitas. Hal demikian sangat gampang memicu munculnya konflik dalam kehidupan masyarakat. Warga yang tidak paham dengan mudah terpicu, tanpa disadari bertindak bertentangan dengan hukum, moral dan agama.

Lalu, apa yang hilang dari kehidupan berbangsa kita? Yang hilang adalah nilai-nilai etis dan moral berbangsa. Suadaraku sebangsa dan setanah air, sejauh ini lahir konflik saling hujat di mana-mana, termasu di sosial media. Jika dibiarkan bangsa kita rusak dan berantakan. Saudaraku sebenarnya saat ini kita kehilangan pancasila yang selama ini teguh kita pegang. Memang kita miliki pancasila, tapi tidak pernah diamalkan.

Saudaraku, kita telah keluar dari jalur-jalur pancasila. Zaman semakin now tapi justru lebih suka saling hujat. Padahal pancasila menanamkan kepada kita untuk menjaga kebangsaan dengan saling hormat-menghormati demi kesejahteraan bersama. Saat ini juga kita harus kembali kepada jalur yang benar, jalurnya Pancasila. Sejauh ini banyak orang tersesat dengan penafsiran golongan, politik identitasnya, dan ambisi kekuasaanya. Dan ini waktunya kita tinggalkan kesesatan dan kembali kepada jalan kebenaran.

Hidupkan Kembali Pancasila

Kenapa perlu dihidupkan? Karena selama ini kita sendiri yang telah mematikannya. Buktinya banyak orang kehilangan kendali, ketika nafsu politiknya memuncak, tanpa kendali menyerang dengan menghalalkan segala cara. Orang semakin dibutakan oleh politik identitas, sehingga kepentingan berbangsa menjadi gelap. Inilah alasan mendesak kenapa Pancasila wajib dihidupkan kembali.

Pancasila harus benar-benar hidup kembali dalam setiap rumah, kantor, sekolah, pemerintahan dan sebagainya. Ruang-ruang keagamaan juga semestinya mengedepankan nilai-nilai pancasila, sebagai perekat dan toleransi bagi perbedaan. Sekali lagi, pancasila bukan benda mati, ia ideologi hidup yang menjiwai laku kehidupan berbangsa. Demikian itulah jati diri bangsa Indonesia, kini tidak perlu lagi ribut apa landasan kita, para pendahulu negeri ini sudah mewariskan tradisi berbangsa yang teramat luhur, sebagaimana tertuang dalam Pancasila.

Kini untuk menjaga Indonesia sebuah keniscayaan untuk berperilaku berdasarkan pancasila. Keluar dari mulut kita ungkapan-ungkapan inspratif berpancasila. Mata kita berpandangan Pancasila. Gerak kaki kita merupakan langkah berbangsa berdasarkan pancasila. Tangan kita terulurkan menjabat keberagaman dalam berpancasila. Cerminkan segala perilaku kita dalam laku keseharian sebagai wujudnya jiwa berpancasila.

Secara luas, pancasila harus menjadi landasan dalam seluruh kehidupan. Maka ia akan hidup, selalu hidup, menjadi penerang bagi kehidupan. Pancasila hidup, dan terus menjadi teman diskusi, menemani kehidupan beragama, sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Jangan pernah berhenti menghidupkan pancasila dalam hati dan pikiran kita semua. Pancasila adalah harapan satu-satunya, cahaya damai bagi keberagaman di Indonesia yang kita cintai.

Facebook Comments