Tak lama lagi kita akan masuk pada momen pesta politik yakni pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia. momen ini sangat penting bagi penentuan kemajuan kehidupan bangsa Indonesia lima tahun ke depan. Maka dari itu, kita tidak boleh asal memilih karena orang-orang yang akan memimpin nanti sangat berperan penting dalam menata bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Di momen politik, terdapat banyak gangguan yang bisa mengacaukan keputusan seseorang dalam memilih seperti politik uang, politik identitas, dan isu agama di ruang digital. Tak dapat dipungkiri bahwa, isu yang terakhir, yakni politisasi agama di ruang digital sangat berbahaya saat ini. Jelang momen-momen politik nasional, gerakan politisasi dan mistifikasi agama oleh kelompok radikal semakin aktif.
‘Khilafah’ misalnya adalah konsep politik yang selalu dihembuskan. Mereka hanya mengemas sedemikian rupa seolah itu adalah mandat ketuhanan. Banyak kelompok radikal yang menggunakan narasi agama untuk menggiring suara menuju calon tertentu yang tidak berkualitas. Di kampung saya, daerah Nusa Tenggara Timur, banyak kelompok yang mencap calon tertentu sebagai pro Palestina tanpa alasan apa pun. Kelompok Kristen radikal menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat gambar calon tertentu dengan diberi latar bendera Palestina. Tentu perbuatan tersebut mencoreng kejujuran dan marwah pesta politik yang tentu harus kita hormati bersama.
Demi menyambut pesta politik yang jujur, adil, dan bermartabat, tentu kita perlu memikirkan bersama bagaimana seharusnya komunitas beragama menata jalan menuju pesta politik secara ideal? Bagaimana peran agama di ruang publik di momen politik? Serta bagaimana cara mencegah politisasi agama di ruang digital di era seperti ini? Berikut beberapa pokok penting yang saya tawarkan untuk kita semua sikapi demi menjaga kesehatan memanfaatkan media digital menjelang pesta politik yang sudah berada di depan mata kita semua.
Menjaga Kesehatan Ruang digital di Momen Politik
Di era digital, politisasi agama menjadi ancaman serius, terutama menjelang momen politik seperti pemilihan umum. Agama sering dimanfaatkan untuk kepentingan politik, yang berpotensi memicu polarisasi masyarakat, menyebarkan disinformasi, dan merusak kerukunan sosial. Ruang digital, dengan kemampuannya mempercepat penyebaran informasi, sering kali menjadi arena propaganda yang menggunakan narasi keagamaan untuk menggiring opini bahkan menyulut ujaran kebencian. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kewarasan dan kesehatan digital di tengah dinamika politik saat ini.
Kesehatan ruang digital merupakan isu yang semakin relevan, mengingat internet kini menjadi pusat interaksi sosial dan distribusi informasi. Politisasi agama di ruang digital memiliki dampak destruktif terhadap harmoni masyarakat, terutama dalam konteks pemilu. Ketika agama dipolitisasi, ruang digital dapat berubah menjadi ladang perpecahan, di mana narasi intoleransi, ujaran kebencian, dan berita bohong tersebar luas. Menjaga ruang digital tetap sehat berarti melindungi platform ini dari manipulasi berbasis sentimen agama demi kepentingan politik.
Upaya menjaga kesehatan ruang digital harus dimulai dari peningkatan literasi digital masyarakat. Kemampuan untuk membedakan fakta dari hoaks sangatlah penting agar pengguna internet tidak mudah terjebak dalam narasi yang bersifat manipulatif. Selain itu, masyarakat perlu aktif melaporkan konten yang mengandung ujaran kebencian atau berpotensi memecah belah. Kesadaran kolektif semacam ini dapat membantu meminimalkan dampak buruk politisasi agama di ruang digital.
Di sisi lain, platform digital memegang tanggung jawab besar dalam menciptakan ekosistem yang sehat. Teknologi pendeteksian konten bermasalah harus terus dikembangkan, sementara kerja sama dengan pemerintah dan organisasi sipil diperlukan untuk memantau serta menghapus konten yang berbahaya. Transparansi algoritma juga penting agar sistem tidak disalahgunakan untuk menyebarkan agenda tertentu.
Tokoh agama dan masyarakat memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas. Mereka harus memanfaatkan ruang digital untuk menyampaikan pesan-pesan damai serta mendorong dialog lintas agama yang konstruktif. Agama seharusnya menjadi sumber inspirasi moral, bukan alat politik yang merusak tatanan sosial.
Mencegah bahaya politisasi agama di ruang digital memerlukan komitmen bersama. Literasi digital, pengawasan platform, serta peran aktif tokoh agama dan masyarakat merupakan pilar utama untuk menciptakan ruang digital yang sehat. Dengan menjaga ruang digital bebas dari manipulasi berbasis agama, kita dapat melindungi harmoni sosial dan memastikan proses demokrasi berjalan secara inklusif dan sehat. Persatuan bangsa dan kesehatan memanfaatkan ruang digital harus selalu menjadi prioritas utama di atas kepentingan politik sesaat, khususnya menjelang pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia.