Meneladani Kerukunan Kaum Anshar dan Muhajirin

Meneladani Kerukunan Kaum Anshar dan Muhajirin

- in Narasi
4475
0
Meneladani Kerukunan Kaum Anshar dan Muhajirin

Peristiwa hijrah yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW merupakan suatu kejadian yang bisa dijadikan contoh bagi kita sebagai umatnya beliau, Nabi Muhammad SAW berani meninggalkan tanah kelahirannya yaitu Mekkah menuju ke Madinah demi keamanan beliau dalam menyiarkan agama Islam. Begitu juga dengan kita sebagai umatnya, semestinya kita bisa meninggalkan segala sesutu yang bisa menjadikan kita jauh dari Allah SWT.

Dari peristiwa hijrahnya Nabi tersebut, terdapat manfaat yang bisa kita ambil dan dipelajari pada saat ini. Salah satunya ialah kerukunan dan keramahan yang tercipta dari kaum Anshar sebagai penduduk asli Madinah dengan kaum Muhajirin sebagai pendatang dari Mekkah. Dengan segala kebesaran hatinya, mereka kaum Anshar bisa dengan mudah menerima kedatangan kaum Muhajirin. Bahkan tanpa disangka, mereka seperti sudah menyiapkan kedatangan sang Rasul dengan pengikutnya dari Mekkah.

Harus kita akui, jika penduduk Madinah tidak memiliki hati yang lapang, tentu mereka tidak serta merta akan menerima kedatangan kaum Muhajirin dengan mudah. Akan banyak keributaan yang akan terjadi di tanah Madinah, mengingat karena latar belakang budaya dari kedua kaum itu sangat jauh berbeda.

Hal ini bisa dijadikan contoh dengan situasi dan kondisi yang terjadi di negeri ini. Tak bisa dipungkiri memang, dengan banyaknya perbedaan yang ada, maka peluang untuk timbul perselisihan juga akan semakin besar. Hal ini tidak ubahnya seperti bom waktu, yang bisa meledak kapan saja, bisa menimbulkan kegaduhan yang ditimbulkan karena perbedaan yang sangat kental di negeri ini. Padahal, jika perbedaan itu bisa disatukan, maka bukan hal mustahil jika nantinya Indonesia akan terkenal karena beraneka ragam budaya yang dimiliki.

Saat ini, bisa dikatakan jika negeri yang kaya dengan perbedaan ini, dengan kultur yang berbeda antar suku, bahasa, watak, dan juga ciri khasnya masing-masing, menyimpan sejuta potensi untuk menjadi negara yang menjunjung tinggi toleransi. Perbedaan yang terjadi bukan lantas menjadi alasan untuk menciptakan hubungan yang tidak harmonis antar suku. Justru karena perbedaan itulah, yang nantinya akan melahirkan sebuah negara yang memiliki identitas sendiri yang tentunya akan berbeda.

Akan tetapi pada saat ini perselisihan sering kali terjadi dilatar belakangi karena permasalahan yang hanya sepele. Sebuah perbedaan yang harusnya dijadikan sebagai persatuan, justru dijadikan sebagai unjuk gigi untuk menunjukkan siapa suku yang lebih unggul dari yang lainnya. Hal ini sering terjadi, salah satu contohnya peristiwa kekerasan yang terjadi di Sampit, Kalimantan, yang melibatkan suku asli Kalimantan dengan suku Madura sebagai pendatang. Ada juga peristiwa yang terjadi di Ambon, yang melibatkan antar warga. Hal semacam ini, harusnya bisa dihindari jika kita bisa menerima perbedaan yang ada pada masing- masing suku.

Seharusnya kita bisa menjadikan perilaku antara kaum Anshar dan Muhajirin, mereka bisa menerima perbedaan diantara keduanya. Sehingga bisa hidup rukun berdampingan, tanpa harus menyinggung salah satu perasaan dari keduanya. Dengan begitu, akan tercipta suatu perdamaian yang dicita-citakan seperti yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, dan juga pada Pancasila sila ketiga, yaitu persatuan indonesia.

Semoga kedepannya nanti, perbedaan bukan menjadi halangan untuk membawa Indoneisa menjadi negara toleransi.

Facebook Comments