Menguatkan Literasi di Kampung, Menangkal Radikalisme

Menguatkan Literasi di Kampung, Menangkal Radikalisme

- in Narasi
1635
0
Menguatkan Literasi di Kampung, Menangkal Radikalisme

Membaca dan menulis menjadi budaya yang seharusnya sudah familiar bagi setiap orang. Dua hal ini menjadi esensi sekaligus menjadi bentuk nyata dari kualitas dirinya. Dengan membaca seseorang akan membuka jendela dunia dan dengan menulis seseorang bisa menuangkan kejanggalan yang ada di dalam pikiran dan dirinya. Sehingga setiap orang bisa memahami budaya persatuan.

Dengan mengembangkan budaya literasi di kampung, seseorang juga akan memahami betapa pentingnya sebuah komunikasi. Sebuah pendekatan yang akan mengantarkan masyarakat merasakan ketenteraman dan ketenangan dalam bersosialisasi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan menjadi salah satu pendekatan yang bisa menjadi budaya tolong menolong untuk setiap orang.

Berkaca dalam hal itu, sudah seharusnya literasi-literasi senantiasa dikembangkan. Selain hal ini bertujuan mengembangkan kampung atau kampung tersebut, ini juga menjadi salah satu cara terbaik untuk menangkal radikalisme. Sebab, dengan pengembangan tersebut, masyarakat akan memiliki pandangan mana yang pantas dan bisa digunakan untuk kemakmuran bersama.

Apabila kita cermati dengan detail, para pelaku terorisme pasti memiliki hubungan kurang terbuka dengan lingkungan masyarakat dan keluarganya. Karena dirinya hanya mengamini, bahwa pemahamannya yang benar, dan pemahaman dari orang luar adalah suatu yang salah dan kesalahan.

Inilah yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan untuk setiap orang. Bahwa dengan mengembangkan literasi di kampung-kampung, seseorang akan bisa menjaga adanya kejanggalan-kejanggalan yang merusak moral generasi penerus. Sehingga setiap orang juga bisa memahami betapa pentingnya harkat dan martabat negeri Indonesia ini.

Hal ini, sejatinya menjadi salah satu proses penanaman anti radikalisme kepada setiap orang, khususnya kepada anak-anak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Haidar Nasir yaitu moderatisme. Yang mana Nasir berusaha menguatkan nilai-nilai keberagaman, kemajemukan, hingga nilai kemanusiaan serta nilai kebersamaan.

Dengan adanya hal ini, akan tumbuh kesadaran diri. Pentingnya nilai-nilai dan norma kebaikan yang harus disampaikan kepada generasi selanjutnya. Pun dengan orang tua, harus bisa memberikan bimbingan yang bisa membangun untuk anak-anaknya. Sehingga anaknya tumbuh menjadi generasi yang bisa menjunjung tinggi harkat dan martabat orang tua dan negara tercinta.

Sejalan dengan itu, adanya budaya literasi di kampung-kampung, maka akan menumbuhkan minat baca penduduk di Indonesia yang sebenarnya masih sangat minim. Akan tumbuh pengetahuan baru yang bisa menggiring dirinya menjadi pribadi yang kuat dan bertanggung jawab. Sebagaimana, yang diungkapkan oleh pepatah, semakin orang membaca, maka dirinya sudah berusaha membuka jendela dunia.

Dalam konteks ini bisa dipahami, bahwa dengan membaca seseorang akan bisa menemukan pengetahuan baru, sejarah lahirnya Indonesia, hingga pentingnya menjaga keragaman dan keunikan yang ada di Indonesia ini. Sebagaimana yang terdapat dalam Pancasila, Sila ke-3 (Persatuan Indonesia). Dengan bersatu seseorang akan bisa menangkal kejanggalan-kejanggalan yang bisa merusak bangsa.

Itulah dengan semangat membangun dan mengembangkan literasi, maka akan menumbangkan komunikasi yang baik pula dengan lingkungan sekitar. Sehingga, berangkat dari komunikasi ini, seseorang bisa bersatu dan memiliki ideologi yang sama. Yaitu ideologi yang bisa menyelaraskan dan menyetarakan kehidupan berdampingan. Hingga menumbuhkan perdamaian di dalamnya.

Menguatkan Literasi, Membangun Kerukunan

Kampung literasi atau sebuah pengetahuan tambahan untuk setiap orang ini, menjadi salah satu spirit untuk membangun kerukunan. Di mana setiap orang setiap harinya akan senantiasa dipertemukan di tempat yang sama, tetapi dengan pengetahuan yang baru. Dan dalam setiap pertemuan ini, pasti akan ada perbincangan-perbincangan yang bisa mengikat satu sama lain untuk saling mendukung dan menjaga, terkhusus untuk dalam menjaga kampungnya agar penuh kedamaian.

Dari budaya literasi ini, seseorang akan menemukan informasi dan pengetahuan yang bisa mengembangkan dirinya. Dirinya juga bisa mengekspresikan pengetahuan sesuai dengan keinginannya, tanpa ada batas waktu. Hal inilah yang kemudian menjadikan seseorang senantiasa merasakan kedamaian dan ketenteraman. Karena dirinya bisa memahami betapa pentingnya kebersamaan.

Tujuan utama dari tulisan ini ialah, bagaimana budaya literasi itu menjadi salah satu kebijakan untuk setiap orang, khususnya perkampungan/pedesaan yang sebenarnya membutuhkan asupan bacaan, karena minimnya buku yang bisa dijangkau. Selain itu, hal ini juga menjadi yang salah satu upaya membangun kerukunan di lingkungan setempat. Sehingga bisa menangkal radikalisme yang kerap kali menjadi bumerang, khususnya untuk anak-anak dan remaja.

Facebook Comments