Menyikapi Wahabi dan Urgensi Merawat Moderatisme Islam

Menyikapi Wahabi dan Urgensi Merawat Moderatisme Islam

- in Narasi
516
0
Menyikapi Wahabi dan Urgensi Merawat Moderatisme Islam

Peristiwa persekusi terhadap kelompok Wahhabi yang dilakukan masyarakat di Kabupaten Pamekasan Madura yang viral belakangan ini menjadi jejak kelam keberagamaan Islam. Namun di sisi yang lain, apa yang dilakukan masyarakat Madura tersebut merupakan respon mereka atas apa yang sudah dilakukan oleh Wahhabi sebagai sebuah aliran yang konservatif di dunia. Sebagai mayoritas NU, warga di sana berupaya teguh menjaga moderatisme Islam yang telah lama berurat berakar di masyarakat.

Mengingat secara historis, munculnya Islamofobia di panggung dunia memang tidak bisa lepas dari tindak-tanduk pengaruh wahhabi. Wahhabi sebagai sebuah ideologi, memiliki peranan penting dalam penyebaran ekslusifisme Islam ke seluruh dunia. Sempitnya visi keislaman wahhabi menjadi lahan subur bagi perkembangan ekstremisme bahkan terorisme di dunia Islam. Itulah yang menjadi langkah preventif masyarakat Madura.

Wacana tentang wahhabi meskipun sudah cukup banyak riset yang mengkajinya, tetapi masih saja belum bisa secara komprehensif memotret wajah wahhabi yang sebenarnya. Secara genealogis, munculnya Islamofobia di dunia tidak lepas dari pengaruh Wahhabi dengan mengekspor ideologi keislaman purifikatifnya. Pada gilirannya, wahhabi sebagai gerakan keagamaan konservatif menarik untuk ditelaah secara akademis maupun sosial-historis.

Aliran keagamaan yang dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab ini telah mengampanyekan paham keagamaan Islam yang rigid dan tekstual. Atas nama purifikasi Islam, Muhammad bin Abdul Wahhab berupaya mengganyang segala kekuatan yang bersebrangan dengannya. Hal-hal yang bertentangan dengan Islam seperti filsafat atau sufisme, harus dipurifikasikan sesuai dengan preseden nabi Muhammad pada zamannya, (Abou el-Fadl, 2005).

Dalam sejarahnya, Muhammad bin Abdul Wahhab dengan menggandeng Raja Muhammad bin al-Saud pernah berupaya untuk meratakan makam nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, karena seringkali diziarahi oleh para jamaah Haji dan Umroh dari berbagai penjuru dunia tak terkecuali dari jamaah Muslim asal Indonesia. Bagi mereka, ziarah kubur merupakan kegiatan yang bertentangan dengan Sunnah. Akhirnya utusan NU melalui Komite Hijaz kemudian menyelamatkan makam Nabi.

Gerakan Wahhabisme

Di Indonesia, wahhabi dikenal sebagai pendobrak TBC “Tahayyul, Bid’ahdan Churafat“. Masuknya wahhabi telah banyak mempengaruhi beberapa ormas Islam di Indonesia. Meskipun demikian, saat ini ormas tersebut telah banyak mengalami pergeseran, misalnya Muhammadiyah yang lahir sebagai penggaung TBC dan pendobrak tradisi, sudah tidak bergairah lagi dalam membela pemurnian wahhabisme (Ridwan, 2019:23). Tetapi di tubuh Muhammadiyah sendiri masih terdapat oknum yang memegang teguh ajaran wahhabisme, meminjam bahasa Abdul Munir Mulkhan, mereka yang disebut sebagai Muhammadiyah rasa Salafi-Wahhabi.

Wahhabisme sebagai sebuah paham memiliki pengaruh yang cukup kuat dan luas, terutama dalam eskpansi terorisme global. Sedangkan sebagai media propaganda, mereka mendirikan lembaga pendidikan dan pesantren-pesantren—yang biasanya diindentikkan dengan Kalangan NU, serta menerbitkan majalah-majalah.

Selain itu, mereka banyak memberikan beasiswa kepada para pemuda khususnya di Indonesia untuk belajar ke Universitas-Universitas di Arab Saudi dan negara lain yang terafiliasi dengan ideologi wahhabi. Gerakan wahhabi ini cepat menjadi besar karena memiliki basis finansial yang unlimited dari kerajaan Arab Saudi. Dengan doktrinnya, Wahhabi mampu mengakomodir massa untuk melakukan aksi-aksi ekstrimisme yang kemudian berlanjut menjadi terorisme.

Untuk memuluskan tujuannya, kelompok wahhabi beberapa kali melakukan upaya mendistorsi terhadap karya-karya ulama. Syaikh Idahram mengatakan, mereka telah banyakmenthahrif(menghilangkan kalimat) dalam karya Ulama-ulama, seperti dalam KitabRiyadus Sholihin, Al-Adzkar, Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyahdan lain sebagainya. Bahkan mereka banyak memalsukan karya-karya ulama, kemudian menggantinya dengan karya dari paham mereka sendiri yang justru sangat jauh dari substansi karya sebelumnya.

Tantangan Moderatisme Islam

Wajah wahhabi di Indonesia saat ini mengalami banyak transformasi. Wajah wahhabi yang sebenarnya cenderung kaku, dan tunggal dalam menafsirkan pesan keagamaan, sudah menjelma menjadi neo-wahhabisme. Tetapi kita tidak bisa membohongi sejarah masa kelam, bahwa lahirnya wahhabi menjadi oase pertumpahan darah di berbagai kawasan di dunia. Wahhabisme ke depan akan menjadi tantangan keberagamaan dan keberagaman pemahaman Islam di Indonesia, untuk itu kita perlu mengetahui secara detail secara akademis-historis tentang penyebaran dakwahnya di Indonesia.

Wahhabi menjadi suatu tantangan bagi moderatisme Islam di Indonesia. Untuk itu, mereduksinya merupakan suatu ikhtiar dalam merawat keragaman sebagai cita-cita bersama masyarakat Islam di Indonesia. apa yang dilakukan masyarakat Madura di atas sudah menjadi jalan terbaik untuk merawat moderatisme Islam, dalam konteks makro menjaga NKRI dari rongrongan ideologi ekstrim.

Wahhabisme merupakan embrio dan corong terorisme global. Dengan segala propagandanya, wahhabi dengan kuasa finansial yang tak terbatas mampu memobilisasi massa untuk dikaderisasi melalui jalan-jalan pendidikan dan dakwah sehingga secara persuasif dapat diterima di masyarakat. Untuk itu, memahami wahhabi merupakan suatu usaha yang baik agar dapat mengajarkan kepada generasi bangsa untuk beragama dengan toleran dan inklusif serta menolak aksi-aksi radikal yang mengatasnamakan agama.

Facebook Comments