Pancasila Academy 4.0: Pendidikan Berbasis Pancasila di Era Digital

Pancasila Academy 4.0: Pendidikan Berbasis Pancasila di Era Digital

- in Narasi
2939
0
Pancasila Academy 4.0: Pendidikan Berbasis Pancasila di Era Digital

Derasnya arus teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di era idustri 4.0 tidak hanya menimbulkan dampak positif, kan tetapi juga dapat memicu efek negatif. Laju kilat TIK ini membuat informasi kaya tumpah ruah. Namun, di sisi lain dapat menebar keresahan masyarakat. Media yang awal kemunculannya hanya berfungsi satu arah, kini dengan kecanggihannya dapat berfungsi multi-arah. Siapa saja dapat menjadi pelopor, penyimak, distributor, maupun hanya sekedar penikmat. Luasnya jangkauan media canggih ini dan kemampuannya sebagai wadah umpan balik serta tanggapan telah menjadi trend tersendiri yang mampu merubah gaya hidup, termasuk ideologi.

Jurgen Habernas dalam Structurwandel der Offentlichkeit mengatakan bahwa ruang publik dapat menjembatani antara negara (pemerintah) dengan masyarakat sipil. Karenanya, antara media, pemerintah, dan masyarakat sipil harus membentuk simbiosis mutualisme, agar tercipta kehidupan yang aman dan damai dalam bagunan kokoh kebhinekaan. Jangan malah membentuk simbiosis parasitisme yang dapat menyuburkan benih-benih radikalisme dan menghancurkan tatanan Pancasila sebagai ideology bangsa.

Pancasila di era industry 4.0 saat ini harus dikembalikan fungsinya menjadi dasar falsafah negara, pandangan hidup, ideologi nasional, dan juga pemersatu (ligatur) dalam nafas kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti halnya yang diyakini Sukarno (1958) terhadap pentingnya Pancasila sebagai alat pemersatu yang mampu menghilangkan berbagai penyakit bangsa serta menjadi alat perjuangan bangsa Indonesia dari masa ke masa.

Dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman pokok dalam pergaulan di dunia maya melalui internalisasi nilai-nilai luhurnya. Maka, Pancasila akan menjadi ideologi tangguh dan ampuh. Bangsa Indonesia juga tak akan dengan mudahnya terprovokasi oleh tindakan radikalisme, malah justru akan berusaha sekuat tenaga memberantas tindakan radikalisme baik di dunia nyata maupun maya. Hal ini dapat diupayakan melalui pendidikan literasi media berbasis Pancasila.

Melalui pendidikan literasi berbasis Pancasila dalam keluarga, orang tua harus bisa menjadi kontrol bagi anak-anaknya dalam berselancar mengakses internet ataupun media sosial. Beri pemahaman kepada mereka mana konten yang baik dan mana yang jelek. Nilai-nilai luhur Pancasila juga dipahamkan melalui situs website yang baik di internet. Pendidikan ramah anak dan anti-kekerasan juga perlu ditanamkan sejak dini pada anak.

Sementara itu, pendidikan literasi di sekolah bisa dilakukan dengan cara menggencarkan budaya literasi media berwawasan Pancasila dan juga gerakan sadar-nasionalisme yang terwujud nyata. Mapel seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) tidak hanya dipelajari saja, akan tetapi juga diaktualisasikan dan diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pergaulan atau berselancar di dunia maya melalui internet.

Lemahnya pendidikan berwawasan Pancasila yang diajarkan masyarakat turut serta menjadi kelemahan akan pembentukan karakter generasi muda di era industry 4.0 ini. Di mana sikap individualis egois lebih didahulukan dari pada gotong royong dan bermusyawarah, dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Apalagi, masyarakat sibuk memberikan penilaian negatif tanpa melakukan proses pendidikan berbasis Pancasila. Hal ini justru merupakan bom waktu bagi anak-anak yang siap meledak kapan saja.

Masyarakat harus bisa menjadi kontrol dan penunjang pendidikan anti-radikalisme misalnya melalui Kampung Ramah Anak (KRA). Begitupun di jagat maya, bila ada situs atau oknum yang menyebar virus radikalisme dan berbahaya serta anti-Pancasila di medsos, harus segera dilaporkan. Dengan adanya sinergitas antara pemerintah dan masyarakat, harapannya mata rantai informasi anti-Pancasila di internet dapat dibasmi.

Berubahnya arah paradigma dan gaya hidup (life style) seolah semakin membenarkan ramalah Gandhi. Di mana-mana degradasi moral tampak nyata. Jika kita cek berita baik media cetak maupun eleltronik isinya tidak pernah luput dari kasus korupsi, tindak kekerasan dan berbagai tindakan anti-Pancasila lainnya. Karenanya, pendidikan dewasa ini harus diintegrasikan dengan Pancasila sebagai national character building(Amir, 2013), bisa melalui Pancasila Academy 4.0 yaitu pendidikan berbasis pancasila.

Dalam Pancasila Academy 4.0, visi-misi berlandaskan Pancasila. Untuk mewujudkan hal ini, Pancasila harus diaktualisasikan secara praksis terutama nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kelima silanya. Nili-nilai yang dimiliki Pancasila harus mengakar kuat dan menjadi nafas serta dijiwai segenap warga negara sebelum terlibat dalam pergaulan yang lebih luas (Latif, 2011: 44).

Hal itu dapat dilakukan dengan lima langkah yakni, 1) mengembalikan Pancasila sebagai ideologi utama bangsa; 2) mengembangkan Pancasila sebagai ideologi menjadi Pancasila sebagai ilmu atau epistemologi Pancasila; 3) mengusahakan Pancasila memiliki konsistensi dengan produk-produk perundangan, koherensi antar-sila, dan korespondensi dengan realitas sosial; 4) Pancasila haruslah mampu mengakomodasi kepentingan secara horisontal (rakyat), tidak hanya secara vertikal (negara); dan 5) menjadikan Pancasila sebagai sarana dan pondasi kritik kebijakan bangsa. Kesemuanya juga perlu diinternalisasikan melalui Pancasila Academy 4.0.

Facebook Comments