Parasit Demokrasi: Mengajak Umat untuk Berbuat Kekacauan

Parasit Demokrasi: Mengajak Umat untuk Berbuat Kekacauan

- in Narasi
736
0
Parasit Demokrasi: Mengajak Umat untuk Berbuat Kekacauan

Saya lebih tertarik mengistilahkan sebagai “parasit” demokrasi. Terhadap mereka-mereka yang selama ini hanya bisa menuduh/memfitnah dan berbuat kekacauan di negeri ini. Sebab, kualitas mereka hanya berada dalam kapasitas semacam itu. Mereka layak disebut parasit, karena pengaruhnya terhadap tubuh bangsa ini hanya menyebabkan kekacauan/kerusakan.

Kita jangan terjebak dengan segala motif yang menggunakan istilah “kekuatan masyarakat” atau yang tengah viral saat ini, yaitu people power. Lalu memercayai itu sebagai kepentingan kita di negeri ini, dengan cara menjatuhkan pemimpin yang sah. Sebab, menjatuhkan pemimpin yang sah berarti merobek tatanan yang ada.

Tidak ada tujuan baik bagi sebuah bangsa yang diperjuangkan dengan cara menghancurkan tatanan bangsanya yang ada. Mereka yang berada dalam kapasitas demikian sebetulnya sedang dalam kondisi nafsu kekuasaan. Di sinilah titik-terang benang-merah di balik gerakan-gerakan mengatasnamakan kekuatan masyarakat itu. Mereka sebetulnya tidak terang-benderang mengatakan sejujurnya.

Mereka yang sekadar menuduh pemimpin yang sah kafir dan menawarkan dirinya yang dianggap paling islami dan paling layak memimpin. Atau, mereka yang sekadar gemar memfitnah pemimpin zhalim lalu menganggap dirinya/golongan-nya yang lebih layak memimpin. Semua yang berada dalam kapasitas semacam itu, bisa dipastikan mereka ini “miskin kualitas” yang dapat diberikan untuk bangsa ini.

Saya hanya ingin mengajak seluruh masyarakat untuk cerdas menyikapi segala ajakan untuk menghancurkan pemerintah yang sah. Bahwa, ketertarikan kita terhadap ajakan itu, sama halnya kita diajak untuk menghancurkan bangsa ini. Dengan beragam dalih pembenar mengatasnamakan masyarakat.

Parasit demokrasi tidak pernah menjadikan pijakan demokrasi yang sehat untuk menunjukkan kualitas dan kontribusi terhadap bangsa ini. Mereka hanya bisa menuduh, mengadu-domba dan memecah-belah tatanan. Dengan kadar kualitas yang “jahiliah” semacam itu sebetulnya kita bisa menilai, bahwa mereka sebetulnya sama-sekali tidak layak memimpin bangsa ini.

Saya hanya ingin menekankan kepada seluruh masyarakat. Bahwa, perhelatan demokrasi itu tidak selamanya berjalan dengan baik dan mulus jika kita hanya berhenti dalam konteks (kebebasan) semata. Sebab, kebebasan haruslah diimbangi dengan rasa tanggung-jawab dan mereka-mereka yang ingin menghancurkan pemimpin yang sah, sebetulnya tak sekadar bertanggung-jawab tetapi dengan sengaja membuat kekacauan di negeri ini.

Parasit demokrasi itu banyak model/corak yang bisa kita kenali. Seperti membawa dalih keagamaan lalu dijadikan alat untuk mengafirkan pemimpin. Menganggap pemimpin yang sah zhalim dan dianggap buruk. Mengajak kita untuk menjatuhkan pemimpin yang semacam itu dan berharap kekuasaan itu berada di tangannya.

Secara kualitas, mereka tidak memiliki kualitas/ide yang ingin ditawarkan demi kebaikan bangsa ini. Mereka hanya bisa menghancurkan tatanan dan ingin merampas tahta itu. Sebab, mereka-mereka dengan corak parasit demokrasi yang saya sebutkan di atas sebetulnya, mereka hanya haus akan kekuasaan. Tentu, mereka tidak peduli dengan yang namanya kemaslahatan bangsa karena yang terpenting, mereka berkuasa.

Ingatlah di mana, Ibnu Rusyd selalu menyadarkan kita. Bahwa, kita layaknya orang bodoh jika mudah termakan bujuk-rayuan mereka yang membawa dalih agama lalu diajak untuk menghancurkan tatanan yang ada. Kita jangan mudah dikuasai oleh mereka yang hanya memiliki kepentingan politik kekuasaan hanya karena mereka membawa dalih agama.

Maka, menjelang pesta demokrasi ini, kita harus ekstra waspada dengan yang namanya parasit demokrasi. Ciri-cirinya, mereka hadir dan berlindung mengatasnamakan perjuangan demokrasi. Lalu, mengajak masyarakat benci/alergi/anti dan tidak percaya terhadap pemimpin yang sah dengan segala macam tuduhan.

Facebook Comments