Pemuda dan Sumpah Menangkal Hoax

Pemuda dan Sumpah Menangkal Hoax

- in Narasi
1790
0
Pemuda dan Sumpah Menangkal Hoax

Kami Putra-putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Demikianlah, penggalan sumpah para pemuda kala itu tentang betapa penting menjaga Bahasa peratuan Bahasa Idonesia. Sumpah tersebut merupan komitmen para pemuda saat itu untuk mempersatukan Negara Indonesia dengan Bahasa Indonesia. Dalam konteks sekarang, komitmen tersebut juga dapat direalisasikan oleh para pemuda masa kini, yaitu dengan menangkal penyebaran berita bohong (hoax) dan maraknya ujaran kebencian yang berimpilkasi pada relasi sosial antar anggota masyarakat.

Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2020 Negara Indonesia akan “dipegang” oleh generasi millenial. Generasi tersebut dalam buku Milenial Nusantara karya Hasanudin dan Lilik Purwandi (2017) memiliki tanda utama karakter connected, artinya kehidupaya ketergantungan kepada internet. Bahkan, menurut Asosiasi Penyelenggar Jasa Internet (APJI) melaporkan, bahwa 50 orang atau sekitar 143 orang dari 262 juta orang di Indonesia terhubng dengan nternet

Akan tetapi, dengan banyaknya masyarakat yang berselancar di dunia maya tersebut, juga dibarengi berita hoax yang disebar oleh oknum tidak bertangung jawab. Hasil dari survei Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) pada tahun 2017 menujukan bahwa, hoax tertinggi mebicarakan tentang isu sosial politik dan SARA. Sedangkan hoax yang paling sering tersebar adalah berita bohong yang berbentuk tulisan (62,10 persen) dan gambar (37, 50 persen).

Mastel juga memberi catatan penting, bahwa media sosial merupakan lahan yang paling banyak dalam penyebaran hoax. Bahkan, H.A. Saefudin dna Antar Venus dalam Cultivation Theory (2007) menyatakan, melalui media sosial para pencipta berita hoax membentuk dan menanamkan sebuah keyakinan tentang realitas sosial untuk menggiring opini dan menyebarkan berita bohong.

Setidaknya ada tiga penyebab kenapa hoax dapat tersebar begitu cepat dan massif di bumi pertiwi. Pertama, masyarakat Indonesia minim dalam literasi di tengah serangan informasi. Sehingga masyarakat sangat sulit membedakan mana fakta dan mana hoax. Pesan-pesan berbau hoax disebarluaskan oleh masyarakat tanpa adanya filterisasi dengan memperbanyak literasi dan klarifikasi.

Kedua, manusia memiliki kesamaan ideologi. Menurut Martin van Bruinesen—profesor emerius studi perbandingan muslim kontemporer di Utrech Universitiy—mengatakan bahwa, manusia yang mempunyai kesamaan dalam ideologi, maka akan sangat muda dalam mebentuk sebuah kelompok. Dalam hal ini, kesaman ideologi juga memiliki kesamaan dengan suatu berita. Dengan demikian, tanpa memikirkan akibat dan kebenaranya, mereka langsung menyebarluaskanya.

Ketiga, suatu berita tersebut bernuansa provokatif dan menghebohkan. Berita yang berbau provokatif dan menghebohkan merupakan strategi yang sangat jitu dalam menyebarkan berita hoax, apalagi pembuat berita tersebut paham tentang market place dunia. Maka, masyarakat akan mudah terprovokasi terhadap berita bombastis yang mengancam persatuan dan kesatuan NKRI.

Penyebaran berita hoax temasuk dalam kejahatan di dunia maya (cyber crime). Di negara Amerika, mereka sudah menyatakan perang dan para pelaku dihukum seberat-beratnya. Di Inggris, kejahatan tersebut sudah temasuk dalam kejahatan nasional. Lantas, bagamana dengan Negara Indonesia? Meskipun pemerintah sudah membuat UU ITE, tetapi jika tidak didukung perangkat teknologi yang kurang memadai, maka penyebaran hoax sulit untuk dicari.

Tidak bisa kita pungkiri, bahwa hoax memang sangat sulit untuk kita hindari. Setiap kali, kita membuka dunia nyata dan dunia maya hoax sudah menjadi konsumsi sehari-hari. Apalagi didukung dengan momen-momen yang pas, seperti pemilu, hari-hari nasional, dana tau konflik yang berbau SARA.

Komitmen sumpah Pemuda masa kini

Pada 28 Oktober kemarin, Indonesia memperingati hari nasional yang sangat monumental, yaitu sumpah pemuda. Sumpah pemuda merupakan tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sebab, dengan komitmen ini merupakan kristaalisasi untuk menegaskan kemerdekaan Indonesia. Dalam konteks kekinian, komitmen tesebut dapat diwujudkan degan berpartisipasi aktif menangkal berita hoax.

Pemuda menjadi harapan bagi Bangsa Indonesia untuk memepertahankan kesatuan dan perdaiman NKRI dari berbagai rong-rongan berta hoax. Sebab, di tangan pemudalah estafet kepmimpinan bangsa akan diemban. Maka, para pemuda harus mempersiapkan mental dan fikiran untuk berjuang melawan gempuran berita bohong.

Sebenarnya para pemuda sudah melek informasi, akan tetapi belum diiringi dengan kesadaran etika dan etis dalam mengelola informasi. Sudah saatnya para pemuda dibantu oleh pemerintah, penegak hukum, masyarakat, dan media untuk berbondong-bondong berkomitmen untuk menangkal berita hoax. Semoga dengan kerjasama bebagai elemen masyarakat dapat memnimalisisr hoax di bumi pertiwi. Wallahu a’lam bi al-shawaab

Facebook Comments