Perang Semesta Melawan Ekstrimisme Lewat RAN PE

Perang Semesta Melawan Ekstrimisme Lewat RAN PE

- in Narasi
972
0
Perang Semesta Melawan Ekstrimisme Lewat RAN PE

Perang semesta melawan ekstremisme dan terorisme, dan segala bentuknya sudah dimulai. Pemerintah melalui Perpres No. 7 tahun 2021 telah mengeluarkan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstrimisme Berbasis Kekerasan (RAN PE).

RAN PE ini merupakan payung bersama untuk secara bersama-sama untuk memerangi segala bentuk radikalisme. Peraturan ini sekaligus menyatakan bahwa perang melawan ekstremisme-radikalisme itu sejatinya adalah tugas bersama.

Memang betul di lapangan pemerintah dan pihak yang berwajiblah yang berada pada garda paling depan. Akan tetapi, pada hakikatnya semua anak bangsa bisa dan harus ikut berpartisipasi secara aktif.

Segala kemampuan harus dicurahkan. Musuh kita bukan musuh biasa. Sudah ribuan korban dan ratus ribuan yang sudah terindokrinasi dan menjadi korban. Jika kita masih berpikir, ini adalah kewajiban pemerintah, sementara kita sendiri tidak berbuat banyak, ini akan semakin berbahaya.

Pemerintah sudah berbuat dan mengeluarkan kebijakan. Kita harus mengikutinya. Kita buang ego sektoral dan keras kepala kita, yang sejauh ini masih banyak yang ngeyel, bersikap acuh tak acuh, bahkan tidak jarang menuding pemerintah dengan tudingan negatif-destruktif.

Ini bukan waktunya lagi berdebat. Yang kita butuhkan sekarang adalah partisipasi aktif dari semua pihak. Semuanya harus ikut terlibat sesuai dengan kadar dan kemampuannya.

Inilah yang disebut dengan semesta partisipan. Artinya semua lini, aspek, pendekatan harus berpartisipasi ikut perang melawan ekstremisme. Semua harus sama-sama melindungi dan dilindungi. Semua berjasa. Dan, semuanya bisa terlibat aktif.

Radikalisme tidak bisa ditangkal hanya sekadar dengan pendekatan parsial dan hanya dilakukan oleh sekelompok orang. Pemerintah, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, perempuan dan seluruh lapisan masyarakat harus pro-aktif dan saling bahu-membahu.

Semua pendekatan harus ditempuh. Tidak bisa hanya dengan amunisi tetapi juga harus melibatkan akademisi.Tidak bisa hanya dengan bedil, tetapi juga harus dengan dalil.Tidak bisa hanya dengan otot, tetapi juga harus dengan otak. Tidak bisa hanya dengan laras panjang, tetapi juga harus dengan hati yang lapang.

Melawan radikalisme-ekstremisme tidak harus dimaknai harus terjun kelapangan dengan memakai pakaian khusus lengkap dengan peralatannya. Bisa juga –bahkan dalam konteks sekarang ini yang paling urgen –dengan cara partisipasi sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Melawan virus radikalisme harus dimulai dari hal yang paling kecil dan dari diri sendiri. Berikan pengertian kepada keluarga. Kasih literasi dalam bermedia sosial. Agar tidak terlalu takut juga tidak terlalu sepele. Yang harus dilakukan adalah sikap waspada.

Menangkal radikalisme-ekstremisme ini dengan memberikan pendidikan kepada sesama agar tidak terperangkap dalam penyebaran virus merupakan jihad yang mulia. Ini adalah tindakan yang mulia. Semua bisa melakukan sesuai dengan kedudukan masing-masing.

Melawan virus radikalisme ala tokoh agama, mengampanyekan ajaran agama yang optimis dan responsif terhadap bahaya virus ini. Melawan radikalisme ala mahasiswa mengawal kebijakan agar sesuai dengan jalurnya. Melawan ala akademisi mencari strategi baru untuk obat anti-virus berbahaya ini. Begitu seterusnya.

Semuanya ikut berpartisipasi. Melawan radikalisme dan segala turunannya adalah panggilan semesta yang semunya harus hadir dan ikut aktif berpartisipasi. Alam akan mendukung, jika semua pihak melibatkan diri.

Pada konteks inilah, kita harus satu komando, satu suara, dan satu tujuan. Agar virus ini bisa dengan cepat bisa ditanggulangi. Mari sejenak membuang perbedaan pilihan politik, kita fokus bergandengan tangan menangkal Corona. Tidak ada masalah yang tanpa solusi dan tidak ada ujian yang tanpa penyelesaian jika semua aspek dan lini masyarakat terlibat aktif. Hukum alam akan berlaku, jika semua lini ber-aksi, alam akan ber-reaksi. Kita semua aktif, radikalisme bisa diatasi.

Facebook Comments