Salah satu tempat utama yang menjadi pusat ibadah umat Islam di bulan suci Ramadan adalah masjid. Di masjid, berbagai acara guna meramaikan bulan suci Ramadan, biasanya disemarakkan. Mulai dari pengajian sekaligus buka bersama (bukber) dan yang lainnya yang sifatnya melibatkan banyak orang dan biasanya satu tokoh sentral sebagai penceramah.
Kegiatan berkumpul, mengaji, dan lain semacamnya guna memeriahkan bulan suci Ramadan tentu sangatlah baik dan positif. Selain sebagai sarana ibadah dan menambah ilmu pengetahuan, kegiatan-kegiatan semacam itu di bulan suci Ramadan juga bermanfaat untuk merekatkan tali silaturahmi dan persaudaraan kita sesama umat Islam.
Akan tetapi, berhubung Ramadan tahun 2023 bertepatan dengan tahun politik, tahun di mana banyak aktivitas politik elektoral di lakukan menjelang tahun 2024, maka tidak ada salahnya bagi kita semua untuk sedikit menaruh kewaspadaan terhadap ancaman politisasi masjid di bulan suci Ramadan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Politisasi masjid itu, seperti adanya kampanye terselubung oleh pihak tertentu untuk memilih calon ini atau itu, misalnya. Tentu, hal semacam itu penting kiranya untuk diwaspadai dan diantisipasi sejak dini. Sebab, jika hal itu sampai terjadi, maka pertama, hal itu jelas akan mencederai dan menodai kesucian dan keluhuran Ramadan.
Bulan suci Ramadan, yang seharusnya dijadikan momentum untuk saling mengingatkan ke jalan yang lurus dan diridhai-Nya, justru dimanfaatkan dan dieksploitasi untuk mensukseskan kepentingan diri dan kelompok tertentu. Kedua, politisasi masjid di bulan Ramadan berpotensi menciptakan konflik. Konflik dan ketegangan sangat mungkin terjadi bila ada pihak yang tak bertanggung jawab melakukan kampanye terselubung di masjid.
Sebab, bagaimana pun, secara umum, meski secara preferensi keagamaan masyarakat yang dalam satu masjid memiliki kesamaan, namun belum tentu mereka memiliki kesamaan preferensi politik. Sangat mungkin mereka memiliki preferensi politik yang berbeda-beda. Karena itu, akan sangat berbahaya bila ada pihak tertentu yang berupaya menyeragamkan pilihan dan preferensi politik mereka, terlebih upaya penyeragaman itu dilakukan di masjid, tentu akan sangat berbahaya yang boleh jadi akan membuat jemaah masjid terpecah belah.
Di bulan suci Ramadan ini, kita sangat dianjurkan untuk merekatkan tali persaudaraan, menghindari konflik dan ketegangan. Karena itu, hal-hal yang dapat memicu ketegangan, seperti politisasi masjid itu, harus diwaspadai dan diantisipasi sejak dini. Jangan sampai Ramadan kita terpecah-belah oleh kepentingan politik praktis-sesaat.
Untuk itu, elite politik dan semua pihak harus menyadari hal itu. Bahwa membawa kepentingan politik ke dalam masjid (politisasi masjid) bukanlah cara terbaik merebut kekuasaan. Politik (kekuasaan) adalah seni mengelola kehidupan bersama. Karena itu, politik bukanlah perkara buruk. Akan tetapi, menghalalkan segala cara (menjadikan masjid untuk memperoleh kekuasaan, misalnya), sekali lagi, itu bukanla cara yang baik, apalagi yang terbaik. Sebab, mempolitisasi masjid untuk kepentingan politik, alih-alih membawa kemaslahatan, politisasi masjid hanya akan menimbulkan perpecahan.
Ramadan adalah bulan suci. Karena itu, kesucian Ramadan itu harus kita jaga. Jangan sampai kesucian Ramadan tahun ini ternodai oleh kepentingan politik yang bersifat sesaat.