Ramadan, Fathu Makkah dan Rekonsiliasi Ala Rasulullah

Ramadan, Fathu Makkah dan Rekonsiliasi Ala Rasulullah

- in Narasi
1105
0
Ramadan, Fathu Makkah dan Rekonsiliasi Ala Rasulullah

Ramadan telah tiba. Bulan suci yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam seluruh dunia telah datang. Di berbagai belahan dunia, umat Islam menyambutnya dengan gegap gempita, tak terkecuali umat Islam Indonesia. Bagi umat Islam, ramadan adalah bulan spesial. Bulan berlipatnya pahala ketika melakukan kebaikan, bulan ampunan dan bulan diturunkannya al-Qur’an. Pada bulan ini terdapat malam Lailatul Qadar yang kebaikannya melebihi seribu bulan. Maka tak heran jika umat Islam begitu bahagia ketika ramadan tiba.

Sebagai bulan spesial, ramadan juga menjadi latar belakang lahirnya peristiwa penting dalam sejarah peradaban Islam. Peristiwa tersebut menjadi titik balik tersebarnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw., ke seluruh penjuru dunia. Peristiwa itu dikenal dengan Fathu Makkah atau penaklukkan/pembebasan Kota Makkah. Hitti dalam History of Arabs menyebut bahwa hampir tidak ada kemenangan militer dalam catatan sejarah kuno yang bisa menandingi peristiwa penaklukkan Makkah.

10.000 Pasukan

Syahdan, pada tanggal 20 Ramadhan tahun 8H/630 M, Rasulullah bersama para sahabatnya membawa 10.000 pasukan muslim. Pasukan besar itu bergerak dari Madinah menuju Kota Makkah dalam keadaan berpuasa. Lapar dan dahaga sama sekali tidak menjadi penghalang berarti. Apalagi, pasukan besar itu dipimpin langsung oleh Rasulullah. Bergeraknya Rasulullah dengan bala tentara dalam jumlah besar tersebut akibat orang-orang kafir Quraisy Makkah telah menodai perjanjian Hudaibiyah.

Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian damai antara kaum muslim dengan kaum kafir Quraisy yang terjadi tahun 6 H/628 M. KH. Moenawar Cholil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 4 menyebutkan salah satu poin dalam perjanjian tersebut yakni kedua belah pihak (kaum muslimin dan Quraisy) dan orang-orang yang bersahabat dengan mereka tidak boleh mengadakan peperangan selama sepuluh tahun. Celakanya, baru dua tahun berjalan, kaum Quraisy Makkah melanggar perjanjian tersebut dengan membantu Bani Bakar melawan Bani Khuza’ah yang merupakan sekutu Rasulullah. Atas dasar itulah, Rasulullah mengumpulkan pasukan dan bergerak menuju Makkah untuk memberikan hukuman kepada kaum Quraisy yang telah melanggar kesepatan bersama.

Rasulullah bersama 10.000 pasukan muslim berhasil memasuki Kota Makkah tanpa perlawanan berarti dari kaum Quraisy. Ketika memasuki Ka’bah, menurut Hitti, Rasulullah menghancurkan seluruh berhala yang berjumlah 360 buah sambil berseru, “kebenaran telah datang dan kebatilan telah sirna.” Pada peristiwa ini, meski bertahun-tahun orang-orang Quraisy memusuhi umat Islam, mereka diperlakukan dengan penuh kebaikan dan pengampunan. Orang Quraisy yang awalnya ketakutan Rasulullah akan balas dendam, akhirnya lega.

Pelajaran

Peristiwa Fathu Makkah adalah peristiwa yang memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam di penjuru dunia mana pun. Pada peristiwa tersebut, Rasulullah menunjukkan kelasnya sebagai manusia agung sepanjang zaman. Pasca menaklukkan Kota Makkah, ia sama sekali tidak melakukan pembalasan terhadap orang-orang Quraisy yang dulu berada di garis depan menentang dan menyiksa para pengikutnya. Padahal sejarah mencatat, selama 13 tahun dakwah di Makkah, orang-orang kafir Quraisy tiada henti mengganggunnya. Bahkan mereka pernah melakukan pemboikotan terhadap keluarga Bani Hasyim selama kurang lebih tiga tahun lamanya. Badri Yatim mengungkapkan bahwa salah satu isi dari pemboikotan kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim adalah memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim seperti pernikahan, silaturrahmi dan jual beli. Akibat pemboikotan tersebut, banyak sekali umat Islam dari golongan Bani Hasyim yang mati kelaparan dan kehausan.

Tentu saja, bagi manusia normal, manusia pada umumnya, tidak akan mudah melupakan perlakuan tidak menyenangkan kepadanya. Tetapi Rasulullah berbeda. Ia melupakan segala perlakuan kasar kaum Quraisy terhadapnya dan terhadap umatnya. Ia juga tidak melakukan pembalasan. Ia mengampuni semua musuh-musuhnya. Ia dengan cepat melakukan rekonsiliasi dengan orang-orang yang dahulu memusuhinya. Berkat sikap Rasul yang penuh cinta dan kasih itulah, banyak kemudian orang Quraisy yang berbondong-bondong masuk Islam.

Rekonsiliasi Rasulullah pasca penaklukkan Kota Makkah berjalan sukses karena menggunakan pendekatan cinta, bukan yang lain. Ia memandang para musuhnya dengan cinta dan membelaianya dengan kasih sayang. Rekonsiliasi Rasulullah dengan kekuatan cinta inilah yang harus ditiru oleh seluruh masyarakat Indonesia yang hari ini sedang terpecah menjadi cebong kampret akibat pemilu. Sudah saatnya seluruh komponen bangsa melakukan rekonsiliasi ala Rasulullah di bulan Ramadan ini. Memandang semua orang dengan cinta, termasuk kepada orang-orang yang membenci kita, adalah sebuah teladan yang diberikan oleh Rasulullah.

Mari gunakan ramadan ini sebagai momentum untuk merajut kembali tenun kebangsaan yang telah robek oleh politik idetitas dan ego masing-masing. Mari melakukan rekonsiliasi bersama dan menggalang persatuan demi Indonesia jaya di masa depan. Tak ada lagi kubu 01 atau kubu 02, yang ada hanyalah kita! Ya, kita sebagai bangsa Indonesia yang bhineka tunggal ika. Berbeda-beda tapi tetap satu jua. Yang memiliki tanggung jawab bersama untuk tetap menjaga negara ini utuh untuk kemudian diwariskan kepada cucu-cucu kita nanti. Seperti kata Tony Stark si Iron Man dalam Avengers: Endgame, “uang sebanyak apa pun tidak akan bisa membeli waktu.” Selagi masih ada waktu dan kesempatan, mari kita lakukan rekonsiliasi bersama. Dan saksikanlah keajaiban cinta!

Facebook Comments