Pentingnya Pluralisme Bagi Buzzer!

Pentingnya Pluralisme Bagi Buzzer!

- in Narasi
619
0
Pentingnya Pluralisme Bagi Buzzer!Ilustrasi

Acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada hari Selasa, 08 Oktober 2019, sangat menarik ditanggapi. ILC malam itu mengangkat tema: Siapa yang bermain buzzer?. Tema ini diambil setelah ada rame-rame terkait isu buzzer istana. Dari gelaran ILC malam itu ada pembicara Haikal Hasan (Babe Haikal) yang menstigma buzzer. Babe Haikal memiliki latar belakang ormas FPI dan mendukung HTI, Babe Haikal juga pernah menjadi panitia reuni 212, serta pernah jadi timses Prabowo, yang jelas dalam lingkaran Babe Haikal ada buzzer bayaran.

Tragisnya Babe Haikal dalam ILC malam itu ketika memberi statement haram kepada buzzer bayaran. Babe Haikal menyatakan, “Demi Allah yang dia saksikan semua orang, buzzer bayaran itu dalam Islam hukumnya haram dan tidak satupun kami mengeluarkan buzzer bayaran”. Pernyataan Babe Haikal menjadi sumpah dirinya dan kelompoknya sendiri. Apa Babe Haikal tidak tahu kalau kelompoknya juga menggunakan jasa buzzer berbayar?.

Sebagai pengguna twitter aktif pasti paham kalau memantau trending di twitter. Paham yang dimaksud adalah aktifitas buzzer dan kelompok siapa yang main. Kelompok FPI dan HTI kalau ada isu pemerintah atau isu yang menyangkut ideologinya pasti buzzernya mengusai trending. Untuk mempertahankan trending berjam-jam itu butuh pasukan yang terstruktur, sistematis dan masif, intinya butuh tim buzzer berbayar. Peryataan Babe Haikal di ILC hanya pengelakan dan menggap kelompoknya paling suci di media sosial (medsos).

Baca juga :Media dan Demokrasi dan Pertarungan Buzzer

Di acara ILC itu mengutip beberapa ayat Al-Qur’an surat Al-Humazah. Surat Humazah ini menerangkan tentang para pengumpat yang mencela. Kalau konteksnya buzzer bayaran kerjaannya mengumpat dan mencela maka jelas honornya haram. Apakah semua buzzer bayaran honornya haram? Bagaimana dengan buzzer bayaran yang memiliki tugas mulia melawan kejahatan medsos? Bagaimana dengan buzzer bayaran yang bekerja dalam promosi produk? Memang harus jeli dalam menilai buzzer serta konteks kerjanya.

Disini tidak menyalahkan istana punya tim buzzer atau kelompok Babe Haikal punya buzzer. Silahkan istana punya buzzer, silahkan HTI punya buzzer, silahkan FPI punya buzzer, silahkan pribadi, kelompok dan ormas memiliki buzzer, toh UU ITE tidak melarang buzzer. Tetapi para buzzer jangan sampai saling lempar fitnah, adu domba, ujaran kebencian dan hoax yang melukai pluralisme. Perlu diingat suatu saat nanti dimana publik tidak percaya lagi dengan trending bikinan buzzer. Hal ini terjadi karena warganet semakin melek literasi medsos.

Indonesia ini negara bangsa yang penuh keberagaman. Untuk menjaga keberagaman Indonesia butuh pluralisme di berbagai ruang, termasuk ruang medsos. Pluralisme atau keberagaman bearti hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, golongan, agama, adat, hingga pandangan hidup. Pluralisme tidak serta merta muncul pada diri seseorang, sebab pluralisme butuh ilmu dan kejernihan hati dalam merasa serta kejernihan otak dalam berpikir. Pluralisme membebaskan seseorang beragama, beradat, beropini, berpetualang informasi untuk menuju pribadi yang dewasa.

Buzzer harus menjaga Persatuan Indonesia, caranya mengisi medsos dengan konten interaksi sosial yang santun. Dalam ilmu sosial, menjelaskan bahwa pluralisme merupakan kerangka interaksi kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Jadi jelas peran membawa pluralisme ke ruang medsos ini tepat, kenapa dianggap tepat? Sebab saat ini manusia selain hidup didunia nyata, manusia juga hidup dalam dunia maya.

Marilah kita bangun pluralisme dengan kerjasama untuk mempertahankan kedamaian bangsa. Kerjasama sebagai bentuk interaksi sosial yang memiliki sifat asosiatif (proses sosial yang menciptakan kesatuan) atau terjadi karena ada pandangan yang sama dalam suatu kelompok masyarakat baik antar perorangan ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Memang kerjasama itu berat dilakukan. Tetapi dengan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antar individu atau antar kelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama atau sering disebut asimilasi, kerjasama akan mudah digalakkan.

Menurut Koentjaraningrat, “Proses asimilasi akan timbul jika ada kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kebudayaan, kemudian individu-individu dalam kelompok tersebut saling berinteraksi secara langsung dan terus menerus dalam jangka waktu lama sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri”. Asimilasi dapat mengidentifikasi kepentingan-kepentingan dan tujuan kelompok. Konkritnya tujuan kelompok yang dimaksud adalah tujuan bangsa.

Apabila dua kelompok atau dua orang melakukan asimilasi, maka batas-batas antar kelompok akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok yang baru. Hal seperti inilah yang diharapkan bangsa Indonesia untuk menjaga kerukunan dan perdamaian. Sekali-kali buzzer bayaran jangan hanya memikirkan perut saja. Adakalanya buzzer juga menyuarakan pesan-pesan damai dalam medsos. Masyarakat itu butuh kedamaian hidup. Jangan sampai buzzer setiap hari hanya menyajikan kericuhan-kericuhan di medsos lalu memancing aksi yang ricuh. Kalau negeri ini damai siapa yang untung? Tentu yang untung adalah kita semua. Boleh berselisih tetapi jangan sampai mengusik kedamaian negeri ini.

Facebook Comments