Ramadan yang Memberikan Kegembiraan, Bukan Ketakutan kepada Yang Lain

Ramadan yang Memberikan Kegembiraan, Bukan Ketakutan kepada Yang Lain

- in Narasi
58
0
Ramadan yang Memberikan Kegembiraan, Bukan Ketakutan kepada Yang Lain

Dulu, mungkin perasaan umat yang berbeda agama agak sedikit berkeluh kesah ketika memasuki bulan Ramadan. Sepertinya akan memasuki bulan yang penuh dengan kekangan aktifitas di ruang publik. Warung makan, hiburan dan aktifitas lain menjadi terbatas karena harus menghormati orang yang berpuasa. Sesekali ada perasaan takut ketika ada segerombolan orang yang bertindak polisi moral dan agama dengan merazia berbagai toko dan warung.

Sekarang umat yang berbeda agama seakan merasakan kegembiraan bulan Ramadan. Perasaan takut dan terkekang menjadi hilang. Bahkan akhir-akhir ini dengan fenomena berburu takjil yang dilakukan oleh non muslim menandakan tradisi bulan Ramadan dapat dinikmati bersama. Dengan kegembiraan dan penuh kehangatan yang berbeda merasa masuk ke dalam tradisi-tradisi bulan suci.

Tentu ini menjadi poin penting dari mindset dan paradigma beragama yang berkembang saat ini. Termasuk pula corak dakwah yang digemari saat ini. Acara Login yang digawangi oleh Habib Jakfar dan Onad memberikan sentuhan dialog Ramadan yang interaktif, komunikatif dan inklusif. Tontonan ringan dengan nuansa Ramadan yang mengikutsertakan yang berbeda dalam menyambut Ramadan.

Beberapa kisah yang mengharukan terus muncul. Ada beberapa gereja yang membagikan takjil untuk orang yang berpuasa. Ada pula gereja yang menyelenggarakan buka bersama dengan masyarakat. Dan tentu masih banyak kisah lainnya dari sudut masyarakat pedesaan.

Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa agama sejatinya bukan pembatas persaudaraan kemanusiaan. Agama merupakan cara pandang sekaligus jalan yang diyakini untuk sebuah kebenaran. Cara pandang menuju kebenaran ternyata beragam. Bukan mendiskusikan tentang benar atau tidaknya, tetapi bagaimana cara umat yang berbeda mencapai tujuan benar itu.

Islam dan tentunya dakwah Islam harus mampu mengikuti pola dan nuansa zaman. Tidak bisa Islam selalu ditampilkan hitam putih hanya dengan berbekal dalil semata. Tujuan beragama tidak sekedar harus berkekuatan dalil. Terkadang ada kebiasaan yang tidak punya dalil tetapi memiliki manfaat kepada manusia. Kemanfaatan itu tidak menunggu dalil untuk mengatakan hal itu kebaikan.

Ramadan pun harus dikemas menjadi bulan yang menggembirakan dan bulan milik bersama seluruh manusia. Ramadan tidak hanya sekedar parade ritual 24 jam umat Islam, tetapi memiliki dampak sosiologis bagi non muslim dari sekedar kebiasaan hingga persoalan ekonomi. Artinya, Ramadan mempengaruhi beberapa aktivitas dan gerak sosial, budaya dan ekonomi masyarakat.

Karena itulah, Ramadan harus menjadi bulan yang tidak hanya ditunggu umat Islam, tetapi juga bagi agama-agama lain. Ramadan harus menampilkan kisah dan citra Islam yang meneduhkan dan membuat yang berbeda menjadi merasa aman dengan kehadiran Islam. Tentu ini menjadi kesempatan yang baik bagi umat Islam untuk membuktikan Islam adalah agama yang membawa kegembiraan, keamanan dan kenyamanan bukan hanya bagi umat Islam, tetapi juga kepada semesta alam.

Facebook Comments