Ramadhan merupakan bulan suci yang sarat dengan keistimewaan. Di bulan ini Qur’an pertama kali diturunkan atau kita sering peringati dengan malam Nuzulul Qur’an. Di bulan ini pahala ibadah seorang hamba dilipatgandakan. Di bulan ini Allah menjanjikan limpahan rahmat, ampunan dan keberkahan. Dan di bulan ini, Allah menyimpan “misteri” malam lailatul Qadar. Sebuah malam yang melebihi kualitas seribu malam.
Selain keistimewaan di atas, secara historis Ramadhan pada zaman Rasul dan para sahabat juga bertepatan dengan berbagai peristiwa penting peperangan dan kemenangan. Perintah pertama kali puasa juga sangat berdekatan dengan perintah pertama kali jihad yang dilakukan oleh Nabi, yakni perang Badar. Namun, secara kronologis Allah memerintahkan puasa terlebih dahulu (QS: Al-Baqarah 183) dan selanjutnya perintah Jihad (QS:Al-Baqarah 190). Apa artinya? Sebelum menaklukkan musuh yang nyata, umat Islam harus bisa menaklukan musuh tidak nyata yang bermakna hawa nafsu melalui berpuasa.
Selanjutnya Ramadhan juga selalu merekam momen-momen penting kemenangan Nabi. Beberapa peristiwa kemenangan terjadi di bulan Ramadhan. Salah satunya adalah Peristiwa yang sangat terkenal penaklukan Makkah, sebuah penaklukan nir-kekerasan paling fenomenal dalam sejarah yang juga terjadi pada bulan Ramadhan. Atas berbagai keterkaitan tersebut, beberapa ulama menyebut Ramadhan juga dikenal dengan syahrul jihad.
Bagi bangsa Indonesia Ramadhan juga memberikan kenangan indah dan berkah tersendiri. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H. Bulan Ramadhan bagi bangsa ini secara histroris dapat dimaknai sebagai sebuah bulan perjuangan sekaligus kemenangan dalam sejarah bangsa. Kemerdekaan bangsa yang dimaknai tidak hanya sebagai perjuangan, tetapi anugerah dan berkah dari Allah SWT.
Melihat berbagai momentum penting di atas, Ramadhan dengan ragam keistimewaannya tepat dikatakan sebagai bulan jihad, bulan perjuangan untuk menuju kemenangan sebagaimana telah dipetik oleh Nabi dalam sejarah. Ramadhan sebagai bulan jihad berarti bulan penuh perjuangan dan semangat kemenangan. Ramadhan bukan malah menyebabkan seorang lemah, berdiam diri, apalagi bermalas-malasan. Sebagai bulan jihad dan perjuangan, justru di bulan ini umat Islam harus lebih produktif meraih kemenangan dalam berbagai aspek, sebagaimana Rasul mencapai kemenangan dalam berbagai persitiwa penting dalam sejarah Islam.
Dalam konteks hari ini dan dalam kehidupan berbangsa, Ramadhan dengan makna bulan jihad tentu saja tidak cukup relevan dimaknai sebagai perang fisik melawan musuh. Tidak ada dasar yang dapat diterima untuk melakukan jihad perang di bumi nusantara yang damai. Memaksakan makna jihad hanya dalam arti sempit peperangan (qital) dalam praktek berbangsa justru sangat menyalahi makna subtantif jihad itu sendiri. Jihad bermakna perang hanya dilakukan untuk mencapai perdamaian, bukan untuk merusak kondisi damai.
Karena itulah, momentum jihad dalam Ramadhan ini harus dimaknai sebagai latihan untuk berjuang melawan musuh yang lebih berat. Perang melawan musuh yang tidak nyata lebih sulit ketimbang melawan musuh yang nyata. Musuh tidak nyata itu adalah hawa nafsu dan diri kita sendiri. Hawa nafsu bisa memalingkan pekerjaan baik menjadi tidak baik bahkan menjadi sia-sia karena semata mengerjakan bukan demi Allah. Hawa nafsu sukar dideteksi karena terkait gejolak hati dalam diri. Karena itulah, wajar jika Rasul SAW mengatakan peperangan hawa nafsu sebagai perang besar.
Saking sulitnya kita memerangi hawa nafsu, Islam pun memberikan momentum penting bagi umatnya untuk berlatih melawan hawa nafsu. Bulan Ramadhan merupakan pintu masuk jihad yang seutuhnya. Di bulan ini umat Islam diajari berjihad dengan harta melalui zakat dan memperbanyak shadaqah. Di bulan ini umat Islam diajari berjihad melalui ilmu melalui tadarus dan aktifitas keilmuan lainnya, dan di bulan ini umat Islam diajari berjihad melawan hawa nafsu, sebagai perang besar antara kebaikan dan keburukan.
Di bulan ini nafsu kita tidak dihilangkan, tetapi dikendalikan. Syarat mutlak seseorang mencapai kemenangan adalah ketika ia mampu menaklukan diri sendiri atau hawa nafsunya. Karena itulah, ujian untuk mencapai kemenangan yang berupa ampunan, rahmat dan barakah bulan Ramadhan adalah ketika umat Islam mampu menaklukan dan mengendalikan nafsunya.
Ramadhan tentu saja bukan tujuan, melainkan sarana mencapai tujuan kemenangan. Apa produk kemenangan dari pengendalian hawa nafsu. Buah kemenangan itu tidak lain adalah sikap sabar, dan ikhlas. Sikap dan sifat tersebut sangat penting karena seringkali umat Islam bertingkah seolah membela Islam, tetapi sejatinya ia membela hawa nafsunya sendiri. Ia berteriak membela Islam, tetapi tanpa sadar dalam hatinya penuh nafsu pujian, kegagahan, harta benda dan kekuasaan.
Jihad merupakan puncak kesabaran, pengorbanan, keikhlasan seorang hamba demi Allah semata. Itulah esensi penting dari jihad yang dapat dilatih dalam bulan Ramadhan. Ramadhan tidak hanya menjadi bulan jihad, tetapi juga bulan meraih kemenangan. Karena itulah, sabar dan ikhlas merupakan kunci untuk menjadi orang bertakwa yang sejati sebagai buah manis berpuasa.
Marilah jangan merusak bulan suci ini dengan perbuatan tidak suci apalagi merusak kesucian Islam. Sejarah Ramadhan adalah sejarah kemenangan bukan justru kekalahan kita karena gagal mengendalikan hawa nafsu dalam diri. Ramadhan adalah persiapan bagi umat Islam untuk berjihad di bulan berikutnya dengan medan yang lebih berat. Marilah berjihad dengan bersihkan jiwa dari nafsu di bulan Ramadhan yang suci ini.