Bangsa Indonesia dalam menghadapi Covid-19 telah menghabiskan tenaga dan anggaran. Pemerintah telah berupaya merelokasikan dan refocusing (memfokuskan kembali) sebagian anggaran pembangunan ke program kesehatan dalam menghadapi Covid-19. Covid-19 mengajarkan bangsa ini untuk saling peduli dalam pertahanan kesehatan bersama. Saat ini bukan waktunya untuk saling ribut karena perbedaan tetapi dengan adanya Covid-19 mari bersama saling bergotong-royong keluar dari cengkraman pandemi.
Upaya-upaya telah dilakukan dalam malawan Covid-19. Kini saatnya melawan Covid-19 dengan memfocuskan kembali hakikat semangat puasa dan Kebangkitan Nasional . Puasa akan melatih diri dalam keperihatinan, sedangkan semangat Kebangkitan Nasional dikontektualisasikan dalam membebaskan bangsa dari Covid-19. Sejarah Indonesia mencatat bahwa kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 tepat bulan Ramadan tanggal 9. Berpijak pada dua momentum sejarah bangsa ini perlu bersatu untuk meraih kemerdekaan diri dari serangan Covid-19.
Puasa adalah ajang pelatihan hawa nafsu seseorang. Insan yang puasa mampu meninggalkan kenikmatan-kenikmatan dunia seperti nikmat kenyang, nikmat tidur, nikmat kesenangan duniawi. Apabila seseorang mampu refocusing puasa, maka ia akan semakin mudah untuk mengendalikan hawa nafsu untuk tidak keluar rumah, tidak mudik, menjaga kesehatan dan menjaga jarak dalam kontak langsung dengan sesama. Memang dalam kondisi pandemi ini kita dituntut menahan hawa nafsu yang liar. Sehingga puncak dari puasa ini adalah sepenuhnya melakukan sesuatu untuk menggapai ridha Allah SWT, lalu berkahnya bangsa ini diberi kekuatan dalam menghadapi Covid-19.
Adanya ibadah Puasa Ramadan mari umat Muslim maksimalkannya. Siapa tahu dengan puasa sebulan penuh diri ini menjadi penguat kekebalan tubuh dari serangan Covid-19. Berharap dengan puasa yang belum tertular jadi ampuh tidak tertular dan yang sudah tertular Covid-19 segera diberikan kesembuhan. Sebagai hamba terpenting tahu kepada siapa harus dirinya menghamba. Puasa disini menjadi sarana hubungan hamba pada Sang Pencipta. Skenario Allah dalam puasa tentu ada unsur-unsur refocusing kesehatan insan yang berpuasa.
Baca Juga : Hikmah Ramadhan Di Tengah Pandemi Covid-19
Diri yang berhasil dalam puasa juga bisa diukur. Apa ukuran keberhasilaan orang yang berpuasa? Tentu tolak ukurnya adalah ringan tangan dalam berbagi sebagai wujud kepedulian sosial. Orang yang menghayati lapar dan hausnya puasa akan mendapat pelajaran untuk peduli kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan untuk makan. Pelajaran dari puasa penting dalam kebersamaan dalam membangun kepedulian untuk berbagi di tengah Covid-19. Saudara-saudara kita yang ekonominya terdampak Covid-19 perlu dibantu sebagai wujud rasa senasib sepenangungan dalam ibadah puasa dan dalam cengkraman pandemi.
Kebangkitan Nasional ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, maka momentum ini selalu diperinggati sebagai tonggak awal Kebangkitan Nasional. Lahirnya Boedi Oetomo adalah sebagai pelopor penumbuh rasa kesadaran diri dalam sikap nasionalisme. Dulu sikap nasionalisme sangat dibutuhkan dalam meraih kemerdekaan. Saat inipun sikap nasionalisme dalam melawan Covid-19 juga dibutuhkan!.
Nasionalisme kaum profesional dibidang kesehatan (dokter, perawat dan tenaga medis lainnya) sangat dibutuhkan dalam menangani pasien Covid-19. Para tenaga medis telah berusaha all out dalam menangani Covid-19 hingga bertaruh nyawanya sendiri. Sebagai orang yang bukan tenaga kesehatan tentu harus paham dan tahu diri dalam merespon dalam mengimbanginya. Sederhana saja, bagi orang yang bukan tenaga medis bisa membantu dalam donasi atau cukup mematuhi peraturan pemerintah dalam situasi Covid-19.
Kepatuhan warga dalam peraturan kesehatan terkait Covid-19 sudah cukup membuat senang para tenaga medis. Sebab dengan patuh Covid-19 segera teratasi, ini akan meringankan tugas tenaga kesehatan dan membantu bangsa keluar dari penderitaan pandemi. Semangat Kebangkitan Nasional penting dimiliki para pasien positif Covid-19. Harapanya dengan adanya refocusing semangat Kebangkitan Nasional yang ke 112 para pasien memiliki energi positif dalam melawan penyakitnya.
Energi positif sangat dibutuhkan bagi pasien Covid-19, ini menjadi terobosan sembari menunggu ditemukan vaksin Covid-19. Adanya energi positif pada diri pasien berharap mampu mensugesti sistem imun untuk tetap dalam peforma terbaik. Bagi masyarakat yang sehat juga bisa memberi semangat untuk membangkitkan pola pikir pasrah para pasien. Pasien Covid-19 harus gigih dalam melawan seperti selayaknya para leluhur dulu yang semangat dalam melawan penjajah supaya bisa keluar dari penderitaan.
Pemerintah telah all out dalam menghadapi Covid-19. Banyak anggaran pembangunan telah dialokasikan dan di refocusing ke kepentingan kesehatan. Sebagai rakyat bisa berkontribusi dengan refocusing semangat puasa dan Kebangkitan Nasional menjadi aplikasi tindakan dalam menguatkan bangsa di tengah Covid-19. Kalau rakyat ini mampu membangun ketahanan dengan dua momentum yang menjadi dasar semangat, maka bangsa Indonesia tidak terlalu berat memikul beban penderitaan ini. Berusaha kita optimalkan, doa kita panjatkan, semoga bangsa ini diberi kemampuan untuk keluar dari pandemi Covid-19.