Resolusi Damai Tahun 2018

Resolusi Damai Tahun 2018

- in Narasi
1236
0

Luar biasa. Tahun 2017, perdamaikan kita telah banyak diuji. Sejatinya hanyalah segelintir orang yang berusaha merusak perdamaian masyarakat kita. Namun, karena virus permusuhan disebarkan secara massif dan dengan berbagai varian produk, maka dapat mewabah ke mana-mana. Hingga saat ini berita hoax di dunia maya belum dapat dibendung secara tuntas. Padahal, dengannya akan membuat persaudaraan menjadi terpecah-belah.

Di tahun 2018, pesta pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang melibatkan 171 daerah akan menjadi santapan empuk para pembuat onar. Kelompok pecinta permusuhan bisa memanfaatkan momen politik sebagai kendaraan untuk memecah-belah masyarakat. Apalagi dunia politik praktis sudah terbiasa memutar-balikkan keadaan, sesuai dengan kepentingan masing-masing. Dalam politik praktis, kawan yang memiliki perbedaan pandangan akan menjadi lawan. Sebaliknya, lawan akan menjadi kawan guna mendapatkan kue bersama.

Para politikus pun banyak yang dengan mudah “bekerja sama” dengan kelompok anti-perdamaian guna melampiaskan berahi kekuasaan. Tidak sedikit dari para politikus yang justru dengan sengaja mengorbankan kepentingan masyarakat, bahkan ‘membohongi’, dalam rangka mewujudkan cita-cita. Dan, peluang semacam ini akan dengan mudah ditangkap oleh kelompok anti-perdamaian guna memuluskan cita-citanya (juga).

Sebagai langkah antisipasi, kita dapat mengaca pada pesta demokrasi yang telah dilaksanakan di beberapa daerah. Kita telah banyak mendapatkan kabar betapa kelompok anti-perdamaian telah banyak memainkan politik sebagai kendaraan untuk memecah belah masyarakat. Tak hanya itu, mereka juga dapat dengan mudah menyerimpung orang-orang yang dianggap berbahaya bagi kelompoknya.

Ke depan, jangan sampai virus perdamaian kalah hebat dibandingkan dengan virus perpecahan yang disebarkan oleh kelompok anti-perdamaian. Jika tidak, maka bukan saja dalam dunia politik praktis saja yang dapat ditunggangi oleh kelompok anti-perdamaian. Di segala sisi kehidupan kita akan digilas habis. Tentu, hal ini tidak menjadi keinginan bersama.

Ketika virus perpecahan telah merambah ke masyarakat, maka kehancuran pun tak dapat dihindarkan. Masyarakat akan dengan mudah menyalahkan masyarakat lain yang hanya karena beda pandangan. Belum lagi mereka yang beda keyakinan agama, suku, ras, dan golongan. Jika virus perpecahan telah menggejala di masyarakat, maka perbedaan-perbedaan ini akan menjadi sumber perpecahan yang tidak dapat dipadamkan.

Masyarakat kita adalah masyarakat media. Mereka adalah “masyarakat zaman now” yang kehidupannya tak dapat dilepaskan dengan media maya. Dalam pada itulah, virus perdamaian mesti disebarluaskan di media maya sebanyak-banyaknya. Selain itu, virus perdamaian juga mesti dikemas dengan cantik sehingga memikat dan dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Dengan begitu, masyarakat kita akan dengan mudah mempertahankan perdamaian yang telah diteladankan oleh para founding father bangsa serta diajarkan dalam agama.

Bagi masyarakat yang tidak kenal media maya, rata-rata mereka adalah orang-orang tua yang berada di pedesaan. Meski secara intelektual termasuk katagori rendah, bahkan banyak yang tidak lulus Sekolah Dasar (SD), namun mereka tidak mudah terpengaruh oleh dunia luar. Rata-rata mereka memiliki keyakinan yang kuat. Pengalaman hidup yang sudah sangat panjang membuatnya bisa berpikir bijaksana. Sehingga, mereka cenderung mempertahankan perdamaian. Dengan kata lain, masyarakat yang tidak kenal media maya sejatinya lebih kebal terhadap virus perpecahan yang disebarkan oleh kelompok anti-perdamaian. Sehingga, mereka cukup diberikan pemahaman terbaru terkait kondisi zaman terkini, sehingga mereka dapat memilih mana yang baik dan buruk. Jangan sampai mereka mendapatkan berita buruk yang dikemas baik sehingga dianggapnya baik. Wallahu a’lam.

Facebook Comments