Semua Warganet Bersaudara

Semua Warganet Bersaudara

- in Narasi
1455
0
Semua Warganet Bersaudara

“Semua manusia bersaudara”, Mahatma Gandhi

Rasanya, agama apa pun pasti akan bersepakat bahwa setiap manusia bersaudara tanpa terkecuali. Maka, segala perilaku yang dapat membahayakan persaudaraan layak untuk dikecam dan dijauhi. Begitu juga, di era internet seperti sekarang, apa yang diungkapkan Gandhi tersebut tetap masih relevan. Di era ini, ungkapan itu bisa berubah menjadi “semua warganet bersaudara”. Itulah keniscayaan yang harus kita pegang sekarang ini dan tidak boleh berubah.

Termasuk di Indonesia, prinsip “semua warganet bersaudara” bahkan seharusnya harus mendarah daging. Tidak boleh ada satu pun warganet penduduk Indonesia yang mengabaikan prinsip ini.

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 menunjukkan bahwa dari sejumlah 262 juta penduduk Indonesia, lebih dari 50 persen atau sekitar 143 juta orang telah terhubung jaringan internet. Dari total pengguna tersebut, 43,89 persen pengguna internet di Indonesia rata-rata mengakses internet paling tidak 1 hingga 3 jam per hari. Sekira 29,63 persen mengatakan mengakses internet selama 4 hingga 7 jam per hari, dan sekira 26,48 persen pengguna mengakses internet lebih dari 7 jam per hari. Data lain dari penelitian yang dilakukan We Are Social, perusahaan media asal Inggris yang bekerja sama dengan Hootsuite, rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial.

Berdasarkan pada data tersebut, jelaslah kalau peran warganet juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan bangsa Indonesia. Kita pahami, hari ini, dengan mudah kita temukan konten-konten di internet yang bernada provokasi, ujaran kebencian, SARA, adu domba, dan berisi kebohongan. Tak heran, kalau Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) mencatat bahwa terdapat lebih dari 826 ribu konten yang telah diadukan oleh masyarakat. Tentu saja, ini menjadi ironi melihat kenyataan bahwa bangsa ini berdiri dalam keberagaman etnis, suku, budaya, agama, dan bahasa. Sekali isu provokasi SARA disulut di dunia maya, bisa terpecah belah persatuan NKRI yang sudah mapan berdiri dan bisa saja masa depan bangsa hancur karena ulah warganet Indonesia. Maka itu, memastikan dunia maya aman dari konten negatif merupakan keniscayaan bagi setiap pengguna internet di Indonesia.

Mari Kuatkan Persaudaraan!

Perlu dipahami, membangun perdamaian adalah bentuk sikap dan perilaku baik kepada sesama. Secara tegas, Allah Swt. Menyatakan dalam QS An-Nisa, ayat 114, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari kerelaan Allah, maka kelak Kami memberinya pahala yang besar.” Penegasan yang sama juga dinyatakan dalam QS Al-Hujurat ayat 10, “Sesungguhnya orang muslim itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”

Hanya saja, seringkali masih saja ada warganet mengabaikan perdamaian tersebut. Padahal, mengabaikan bentuk perbaikan baik ini, bisa mengancam keberlangsungan sebuah bangsa. Mereka sibuk mendesain konten radikal dengan membajak ayat agama, dan kemudian digunakan untuk legitimasi perilaku yang mengancam persatuan. Ironinya, fenomena ini seolah mengakar, karena hampir semua warganet menikmati hal ini. Buktinya, konten-konten provokatif dan berisi hoaks seringkali lebih viral daripada konten yang berisi hal positif nan damai.

Ini seharusnya menjadi lecutan bagi kita para pengguna internet untuk senantiasa memenuh-sesaki dunia maya dengan konten positf sebagai narasi penangkal radikalisme di dunia maya. Dunia maya harus damai. Karena damai adalah kebutuhan dasar manusia (Muhammadun, 2018). Ibnu Khaldun dalam Muqoddimah-nya menjelaskan bahwa setiap manusia harus menjalin hubungan baik dengan sesama, karena manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang senantiasa melakukan interaksi. Jadi, sebenarnya tanpa adanya hubungan persaudaraan antarmanusia, sebenarnya manusia telah menegasikan eksistensi kemanusiaannya yang hakiki.

Secara lebih lanjut, Zuhairi Misrawi (2005) juga pernah mengemukakan bahwa Islam merupakan agama perdamaian. Jadi, kalau masih ada warganet yang beragama Islam dan menebar konten internet bernada provokasi adu domba, SARA, radikal, dan hoaks, sebenarnya ia belum sepenuhnya memahami dan melaksakan ajaran Islam.

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Maukah aku kabarkan kepada kalian amal yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan sedekah?”. Mereka (para sahabat) berkata: “Tentu saja.” Beliau lalu bersabda: “Yaitu mendamaikan antara dua golongan, karena sesungguhnya rusaknya perhubungan antara dua golongan itu ialah menggunting.” (HR. Turmudzi). Imam Mundziri menafsirkan, yang dimaksud menggunting di sini bukanlah menggunting rambut, tetapi menggunting agama.

Jadi, marilah kuatkan persaudaraan di mana pun kita berada, termasuk di dunia maya. Bayangkan, kalau seluruh warganet yang berjumlah lebih dari 50% penduduk Indonesia ini memenuh-sesaki dengan konten positif, betapa kita akan lebih optimis menatap masa depan Indonesia menjadi bangsa yang maju dan beradab. Semua akan merasakan nikmatnya bersaudara. Terhindar dari pecah belah dan ancaman terorisme. Lain lagi kalau sebaliknya yang kita lakukan, kita hanya akan mendekatkan bangsa Indonesia ke jurang kehancuran. Lalu, kita mau pilih yang mana? Kitalah yang menentukan.

Yang jelas, semua warganet adalah bersaudara. Mereka tidak berhak mendapatkan hal-hal negatif dari apa yang kita share di dunia maya. Dan, yang harus dipahami, bahwa mengorbankan kepentingan orang banyak dengan menebar konten negatif adalah bentuk kejahatan atas kebinnekaan kita. Wallahu a’lam bish-shawaab.

Facebook Comments