Teladan Keagamaan dan Kebangsaan KH. Ahmad Dahlan

Teladan Keagamaan dan Kebangsaan KH. Ahmad Dahlan

- in Narasi
2431
0
Teladan Keagamaan dan Kebangsaan KH. Ahmad Dahlan

Sebagian umat Islam di negeri ini terlihat kehilangan arah dan tujuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Di tengah kondisi seperti ini, mengulik sejarah ulama dalam bingkai keindonesiaan menjadi sesuatu yang penting untuk dijalankan. Selain menguatkan rasa nasionalisme—yang sering dikontradiksikan dengan semangat keagamaan, juga bisa menjadi bahan rujukan atau teladan bagi umat saat ini dalam mengarungi kehidupan di dunia ini dan menyeimbangkan aspek keagamaan dengan kebangsaan.

Dalam bingkai itu, penulis akan mengulik sepak terjang KH. Ahmad Dahlan guna mengungkap keteladanan dari beliau sebagai ulama sekaligus negarawan sejati. Sosok KH Ahmad Dahlan sangat melekat erat dalam kisah perjalanan Indonesia. Jasa pria yang mendirikan ormas Muhammadiyah itu sungguh luar biasa. Tidak hanya itu, beliau juga memberikan teladan yang ulung dan lurus berkaitan dengan bagaimana memadukan dan mensinergikan keislaman dan kebangsaan sehingga melahirkan sesuatu yang konkret bagi nusa, agama dan negara.

Muhammadiyah yang kini terus berkhidmat untuk memajukan negeri dan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah diantara bukti nyata bahwa KH. Ahmad Dahlan bukan saja sosok yang Islamis, melainkan juga memiliki komitmen kebangsaan yang tinggi. Keberhasilan dan konsistensi pendiri Muhammadiyah untuk memajukan peradaban bangsa dapat dirasakan secara mutlak, dan ini semakin kuat setelah mendapatkan legitimasi dari pemerintah, yang secara jelas dituangkan dalam Keputusan Presiden sebagai Pahlawan Nasional.

Pria kelahiran Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868 itu masih dan akan terus menjadi referensi dan teladan bagi generasi muda saat ini dalam membangun bangsa Indonesia. Jika kita pelajari dengan seksama terhadap sepak terjang Kyai Ahmad Dahlan, maka kita akan dapati keteladanan yang luar biasa, yakni menjadi pionir lahirnya pendidikan Islam dan pendidikan itu bertujuan untuk memajukan umat Islam dan negara kesatuan republik Indonesia secara keseluruhan. Kita dapat melihat dalam diri KH. Ahmad Dahlan yang menyeimbangkan dan mensinergikan ajaran Islam untuk membangun bangsa dan negara.

Teladan di Bidang Keagamaan

Keharuman nama KH. Ahmad Dahlan dalam sejarah Indonesia dimulai ketika beliau mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912, yang kala itu fokus bergerak di bidang keagamaan khususnya ranah kesejahteraan sosial dan pendidikan (Noer, 1996: 86). Karena beliau sering bersinggungan dengan masyarakat Muslim kota, maka model pendidikan Muhammadiyah pun lebih modern, terbuka terhadap informasi dari dunia ‘luar’.

KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah hendak mewujudkan obsesinya, yakni agar orang Islam memiliki wawasan yang luas. Bahkan, beliau tidak menghendaki umat Islam terpaku pada buku-buku atau literatur dari orang Islam itu sendiri, melainkan juga harus ide-ide orang lain. Bagi Ahmad Dahlan, untuk mencari kebenaran, orang tidak boleh merasa benar sendiri. Sehingga, orang harus membuka diri, berdialog dan berdiskusi dengan semua pihak, walaupun dengan orang yang berbeda keyakinan sekalipun (Mulkan, 2010: 11).

Selain itu, jika ditinjau dari setting sosial kala itu, munculnya pendidikan modern yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan karena kebijakan politik Belanda dan sistem pendidikan yang berkembang saat itu sama sekali tidak menguntungkan bagi upaya kebangkitan Islam dan pembebasan belenggu pemerintah Hindia Belanda. Oleh sebab itu, sekali lagi, muncul-lah modernisasi pendidikan Islam, salah satunya dengan cara memadukan pendidikan umum dengan pendidikan agama.

Langkah KH. Ahmad Dahlam dalam memodernkan pendidikan Islam membuahkan hasil. Bahkan hingga sampai detik ini, Muhammadiyah konsisten dalam membangun pendidikan di negeri ini dan tentunya juga kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Karena itu pula, Muhammadiyah menjadi bagian tak terpisahkan dalam perjalanan bangsa ini. Inilah teladan keagamaan yang harus dipelajari dan diteruskan oleh generasi saat ini dan yang akan datang.

Teladan Kebangsaan

Mengingat Muhammadiyah didirikan untuk mensejahterakan umat, sejak awal Muhammadiyah ‘menjaga diri’ untuk tidak terlibat dalam hiruk-pikuk politik praktis. Sekalipun demikian, ia tidak anti politik. Sekalipun demikian, beliau tidak—secara pribadi—tidak menarik diri dari perjuangan di dunia politik. Keterlibatannya menjadi anggota Budi Oetomo sejak tahun 1909, berkhidmat di Jam’iyat al-Khair pada 1910 dan menjadi salah satu pentolan Serekat Islam (SI) adalah bukti bahwa beliau bukan sekedar ulama, melainkan juga seorang politisi ulung yang memiliki komitmen kebangsaan yang tinggi dan tidak bisa diragukan lagi.

KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari adalah dua sosok yang berbeda namun memiliki banyak kesamaan. Diantara kesamaannya adalah, usaha-usaha kedua ulama itu dalam bidang pendidikan diarahkan pada tujuan yang sama, yakni mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Pendidikan mereka jadikan sebagai ‘kendaraan’ untuk mencapai kemerdekaan dengan cara meningkatkan kesadaran dan pengetahuan. Mereka juga memiliki cita-cita dan harapan besar, yakni dengan pendidikan, bangsa Indonesia mampu hidup mandiri dan bermartabat.

Persoalan nasionalisme dan komitmen menjaga NKRI, terutama oleh para ulama sangat relevan dikaitkan dengan ide atau gagasan KH. Ahmad Dahlan. Terlebih di saat narasi dari oknum tertentu yang ingin membenturkan ulama dengan TNI atau negara.

KH. Ahmad Dahlan telah meletakkan pondasi nasionalisme melalui cara yang elegan, diantaranya memasukkan pendidikan-pendidikan agama pada sekolah-sekolah umum serta memasukkan pendidikan umum ke sekolah-sekolah agama dengan tanpa ada sekat; apakah ia santri atau abangan. Dengan model pendidikan seperti ini, generasi bangsa menjadi bersatu dan memiliki komitmen kebangsaan yang sama.

Bahkan, nasionalisme KH. Ahmad Dahlan tentang pentingnya kemerdekaan Indonesia, menghantarkan pada sikap dan keputusannya yang brilian, yakni mempersilahkan para anggota Muhammadiyah yang mendukung pada kemerdekaan Indonesia dapat menyalurkan aspirasinya lewat SI tanpa mengorbankan Muhammadiyah yang tetap pada jalur sosial dan pendidikan. Inilah teladan yang luar biasa dari sosok KH. Ahmad Dahlan yang dapat dijadikan sebagai panutan dalam membangun bangsa dan agama tanpa harus menegasikan salah satu diantara keduanya. Azizatun Ni’mah dalam kajiannya menyimpulkan bahwa kepahlawan KH. Ahmad Dahlan bukan dalam sosok prajurit yang memanggul senjata dan gugur dalam medan perang, tetapi dalam sosok ulama otentik: ia mengabdikan dirinya kepada kepentingan dan kemaslahatan pendidikan, dakwah dan sosial keagamaan dalam wawasan kebangsaan yang kental dan integral.

Facebook Comments