Tiga Mata

Tiga Mata

- in Narasi
1768
0

Salah satu program acara di sebuah televisi swasta adalah “Empat Mata” yang dipandu oleh pelawak kawakan yang terkenal jenaka dan menghibur, Tukul Arwana. Acara ini kemudian berubah nama menjadi ‘Bukan Empat Mata’, dengan penampilan yang tetap menghibur masyarakat penonton yang menghadirkan banyak tokoh yang memiliki keterampilan dan kelebihan masing-masing yang diulas oleh pemandu acaranya dengan apik dan menghibur segenap pemirsa dan penonton di seluruh pelosok nusantara. Kiranya acara ‘Bukan Empat Mata’ dapat membuka mata kepala dan mata hati kita untuk mengambil pelajaran yang berharga dari tayangan tersebut.

Beda halnya dengan topik yang diulas dalam tulisan ini, tiga mata yang dimaksudkan adalah “mata kepala”, “mata hati” dan “mata kaki”. Semua mata tersebut terdapat dalam tubuh manusia mulai dari atas mata kepala kemudian di posisi tengah mata hati, dan yang paling bawah adalah mata kaki, tentu kesemua mata tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam tubuh setiap manusia.

Topik tiga mata bukan merupakan materi acara di semua media, namun sangat esensial untuk diketahui peran, fungsi dan hakekatnya kenapa Tuhan menciptakan mata bagi manusia. Uraian tiga mata tersebut adalah sebagai berikut;

Pertama, mata yang ada di kepala berfungsi untuk melihat, membaca dan mengamati alam raya beserta isinya, sejak manusia lahir di dunia Tuhan langsung menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati agar manusia dapat berterima kasih kepada-Nya (QS. al-Nahl 16 : 78) Allah tidak memberikan alatnya atau mata dan telinga serta hati sebagai bagian dari jasad manusia, tetapi Allah menyebutkan fungsinya yang langsung bisa dimanfaatkan seorang bayi dengan segera. Mata sebagai alat dan penglihatan sebagai fungsi yang membawa pengaruh besar dalam menghadapi kenyataan dan fenomena hidup.

Peran mata kepala digunakan untuk melihat dan membaca tanda-tanda alam dan kekuasaan Tuhan yang dianugerahkan kepada seluruh makhluk-Nya agar dapat merasakan begitu banyak nikmat yang bisa dilihat dan disaksikan yang membawa manfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, jika Tuhan tidak memberikan mata kepala kepada manusia, yang dapat dirasakan dan disaksikan hanyalah kegelapan, tidak lagi bisa kita saksikan indahnya lingkungan alam sekitar kita, tidak lagi bisa kita nikmati kecantikan seorang wanita yang Tuhan ciptakan dari berbagai macam bangsa dan negara, tidak pula kita dapat nikmati gemerlapnya pemandangan malam hari di seluruh penjuru bumi.

Namun tidak sedikit orang yang tidak memiliki mata kepala, tetapi tetap memiliki penglihatan yang tajam, banyak orang yang diberikan mata yang memiliki sorotan yang tajam, tetapi tidak memiliki penglihatan; tidak dapat memanfaatkan matanya menuju jalan kebenaran. Inilah yang disebutkan punya mata tetapi tidak digunakan melihat dan membaca ayat-ayat Tuhan, baik ayat yang tersurat maupun ayat yang tersirat lingkungan alam sekitar.

Atas kekuasaan Allah swt tidak sedikit manusia yang mengalami buta alias tuna netra, namun tidak menjadi kendala baginya untuk meraih prestasi besar dan tetap teguh dan konsisten melaksanakan perintah Allah swt beribadah bahkan aktif melaksanakan sholat berjamaah di masjid dengan sebatang tongkat yang digunakannya meraba jalanan baik di siang hari terutama pada gelaphya malam menuju masjid.

Adakah semangat itu menjadi contoh pembelajaran bagi yang memiliki mata dan penglihatan yang sehat? Jika kedua mata kita sakit, banyak ahli mata yang dapat mengobatinya, mengoperasinya, mengangkat katarak, atau mengganti bola mata dengan mata yang telah didonorkan oleh orang yang telah berwasiat mendonorkan bola matanya sebelum wafat. Namun jika penglihatan yang sakit, sampai saat ini belum ada dokter spealis ahli mengobati penderita sakit penglihatan, belum ada juga orang berada yang telah mewakafkan dan mendonorkan penglihatannya, yang ada bank mata tapi tidak ada bank yang menampung penglihatan.

Kedua, adalah mata hati, secara fisik bentuk mata hati tentu berbeda dengan mata kepala, mata hati tidak dapat dilihat tetapi menjadi istilah untuk peran dan fungsi hati nurani yang tidak pernah tidur, tidak menggunakan kacamata, dan juga tidak memiliki bulu yang lentik, tetapi lebih kepada peran yang diciptakan oleh Allah swt untuk menuntun manusia menuju jalan lurus meraih hidayah dan inayah-Nya.

Ketiga, adalah mata kaki, sama halnya mata hati yang menggunakan istilah yang tidak memiliki peran dan fungsi layaknya mata di kepala, mata hati digunakan untuk menghayati dan merenungkan kekuasaan Allah swt, sekaligus digunakan lebih banyak untuk melakukan instrospeksi, berkaca dan ber-muhasabah dalam kehidupan ini agar kita bisa tetap menjadi hamba Allah swt dan bukan menjadi hamba nafsu, hamba materi, terlebih lagi bukan menjadi hamba syaithon, iblis dan kawan-kawannya.

Mata kaki tentu tidak dapat melihat seterang mata kepala dan setajam mata hati. Mata kaki juga tidak dapat disalahkan jika melangkah keluar ruangan kemudian mengambil alas kaki yang lebih bagus dari alas kaki yang dikenakan sebelumnya. Tidak ada pula dokter ahli mata kaki yang bisa mengobati dan mendonorkan bola mata kaki manusia.

Namun sangat disayangkan jika ada paham yang berkembang dalam masyarakat seolah hanya mata kaki yang menjadi prioritas untuk dibuka dan diperlihatkan, tetapi yang lebih utama dibuka lebar-lebar adalah mata kepala, terutama mata hati agar setiap hamba Allah swt dapat mengambil pelajaran berharga bahwa ternyata selain kita dan keluarga, lebih banyak lagi makhluk Tuhan yang berbeda dengan kita dalam hal paham, gagasan, dan pendapat dalam berbangsa dan beragama, namun mereka juga merupakan hamba ciptaan Tuhan dan kekasih Allah swt., yang bersatus seperti hamba yang lainnya sebagai khalifah – wakil Tuhan di atas bumi.

Jika dalam masyarakat kita bisa menyaksikan saudara kita mengenakan celana cingkrang yang membuka mata kaki nampak kelihatan sempurna, hal tersebut bukan sesuatu yang menjadi perdebatan sebab ada juga dasarnya (hadis Abu Daud juz 2 dan Imam Turmuzi juz 3), dan jangan pula disimpulkan bahwa itu pelaku radikal anarkis. Celana cingkrang tidak ada hubungannya dengan prilaku oknum radikal anarkis.

Pelajaran berharga yang dapat dipetik adalah Tuhan menganugrahi kita ‘tiga mata’, mari kita membuka lebar ketiga mata tersebut, bukan hanya mata kaki yang dinampakkan, akan tetapi yang lebih utama dibuka adalah mata kepala guna menyaksikan aneka ragam pandangan yang ada dalam masyarakat, dan tidak kalah pentingnya adalah membuka mata hati agar kita mampu memahami betapa kuasa Allah swt telah menciptakan berbagai macam bangsa, suku, dan agama yang dapat dijadikan sebagai media pemersatu di tengah perbedaan, dan selalu menjaga keanekaragaman dalam persatuan, bersatu karena kita sama-sama manusia, dan bukan membiarkan konflik hanya karena berbeda. Kita menjadi komunitas terbaik, khaira ummah, komunitas yang moderat – ummatan wasatan, karena mampu mengolah perbedaan sebagai sumber kekuatan.

Facebook Comments